Pengadilan Kekaisaran berlangsung di istana untuk membahas ujian kekaisaran yang akan berlangsung dalam beberapa hari. Baik Kaisar Chen, Putra Mahkota, maupun beberapa pangeran kekaisaran lainnya juga turut hadir dalam pertemuan besar itu.
“Chen Wang, bagaimana dengan persiapan ujian di bidang militer? Apakah semuanya sudah diurus?” Tanya Kaisar Chen.
“Semuanya sudah siap Yang Mulia. Saya telah melakukan pengecekan dan tidak ada masalah.” Kata Chen Wang.
Chen Wang adalah penanggung jawab ujian militer yang juga termasuk ke dalam salah satu ujian kekaisaran selain ujian pengetahuan. Chen Wang dipercaya karena kemampuannya di dunia militer yang tidak bisa diragukan lagi. Jika saja dia tidak memegang gelar Wangye, maka dia bisa menjadi seorang Jenderal militer.
“Itu bagus. Aku juga berharap bahwa para wangye yang lain akan dapat membantumu,” timpal kaisar Chen.
Para pangeran kekaisaran yang mendengar ucapan ayah kekaisaran mereka itu tidak bisa tidak mengerutkan kening mereka saat kepala mereka juga tertunduk lesu. Mereka merasa malu sekaligus tidak berguna. Itu bukan karena mereka tidak bisa atau tidak mau membantu Chen Wang, hanya saja Chen Wang yang terlalu angkuh menolak menerima bantuan mereka semua.
Chen Wang adalah Wangye yang lahir dari ibu seorang Permaisuri, sedangkan Wangye yang lain adalah putra yang lahir dari seorang selir. Dari fakta ini saja, mereka sudah sungkan untuk bisa dekat dengan saudara se ayah mereka itu. Terlebih lagi, Chen Wang adalah seorang penyendiri yang tidak tersentuh. Aura sombong dan dingin seorang Chen Wang tidak bisa ditembus oleh siapa pun. Jika dibandingkan dengan Putra Mahkota Chen, Chen Wang jelas jauh lebih sulit untuk didekati.
“Lalu bagaimana dengan jumlah peserta?” Tanya Kaisar Chen lagi.
Chen Wang, “jumlah peserta ujian kekaisaran tahun ini mencapai 1700 orang Yang Mulia. Mereka semua berasal dari berbagai provinsi dan tidak hanya berasal dari Luoyang saja.”
Karena semua persiapan telah mantap, pengadilan kekaisaran berakhir lebih cepat dari perkiraan. Chen Wang dengan langkah terburu-buru pergi dari aula istana saat dia tiba-tiba dipanggil oleh putra mahkota Chen.
“Yang Mulia, Chen Wang memberi salam pada Yang Mulia.” Chen Wang membungkuk ketika dia tiba di istana putra Mahkota.
“Tidak perlu terlalu formal, kita adalah saudara. Duduklah,” kata putra mahkota Chen.
Putra Mahkota Chen Ren Jun, dia adalah putra sulung Kaisar Chen dengan Permaisuri Rong Yan. Usianya lebih tua lima tahun dari usia Chen Wang. Keberuntungannya adalah dia lahir beberapa tahun lebih cepat dari Chen Wang, jika tidak, maka Chen Wang tentunya lebih cocok untuk menyandang gelar pewaris tahta. Tapi kenapa?
Putra mahkota Chen memang tidak bisa dikatakan bodoh, tapi dia tidak cukup mumpuni jika harus dibandingkan dengan adiknya, Chen Wang. Chen Wang mahir dalam urusan militer, tapi dia juga mahir dalam urusan politik. Adalah suatu kebohongan jika putra mahkota Chen tidak merasa terancam dengan kehadiran Chen Wang, walau pada dasarnya itu hanyalah ketakutannya semata.
“Ada hal apa sehingga Huang Xiong memanggilku?” Tanya Chen Wang tanpa berbasa-basi.
Putra mahkota Chen dan Chen Wang memang tidak terlalu dekat. Chen Wang yang penyindiri tidak bisa menghabiskan masa kecilnya dengan bermain bersama dengan kakaknya, putra mahkota Chen. Ya, sebagai seorang putra mahkota, Chen Ren Jun harus melakukan pelatihan dan juga pembelajaran khusus. Jadi wajar jika hubungan keduanya sangat canggung.
Putra mahkota Chen menuangkah teh ke cangkir yang ada di depannya sembari berkata. “Aku dengar kau akan dijodohkan dengan Song Zhi Rou?”
Chen Wang tertawa sinis, “di istana ini, berita memang menyebar sangat cepat.”
“Wang Shu, aku tahu kau tidak menyukainya dan aku tahu kau hanya menyukai putri tuan Mo.” Putra mahkota Chen juga tidak lupa mengisi cangkir milik Chen Wang. Dia berkata, “aku bisa membantumu. Katakan saja apa yang ingin kau lakukan, aku akan berusaha untuk membantumu.”
Tidak ada makan siang yang gratis di dunia ini. Ya, semuanya membutuhkan balasan!
Chen Wang telah tinggal dan besar di istana, dia tentunya tahu bahwa ucapan saudaranya itu mengandung implikasi lain. Sejauh dari apa yang bisa dipikirkan oleh Chen Wang, dia hanya bisa menyimpulkan satu hal yang pasti.
“Dia tidak ingin aku mendapatkan dukungan dari klan Song. Itu akan sangat berbahaya untuk posisinya.” Pikir Chen Wang.
Ya, ketakutan putra mahkota Chen masih sama. Dia takut jika posisi pewaris tahta yang telah melekat pada dirinya selama ini akan tiba-tiba beralih pada Chen Wang. Terlebih lagi jika Chen Wang menikah dengan Song Zhi Rou, maka kekuatan Chen Wang akan semakin bertambah.
Bagi Chen Wang, tawaran yang ditawarkan padanya itu samasekali tidak merugikan. Dia tidak berniat untuk merebut posisi putra mahkota, yang dia inginkan hanyalah Mo Qi Yue. Jadi jika dia menerima tawaran kakaknya, maka dia juga akan mendapatkan keuntungan. Selain jalannya akan semakin mudah untuk bisa mendapatkan Mo Qi Yue, kecurigaan Chen Ren Jun padanya juga akan berkurang.
“Terima kasih atas perhatian Huang Xiong. Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi.” Kata Chen Wang.
“Bicaralah adikku,” ujar putra mahkota Chen.
“Aku tidak mau Song Zhi Rou menjadi wangfei-ku. Bisakah Huang Xiong membantuku untuk hal ini? Perihal Mo Qi Yue, aku sendiri yang akan mengurusnya,” Chen Wang dengan hati-hati menyampaikan keinginannya.
Ada satu jalan yang bisa Chen Wang pikirkan. Dan hal itu bisa membuat putra mahkota mempercayainya sepenuhnya. Caranya adalah menjadikan Song Zhi Rou sebagai selir Chen Ren Jun!
“Biarkan aku memikirkannya. Aku akan memikirkan cara agar kau tidak menikah dengan Song Zhi Rou.” Kata putra mahkota Chen.
Chen Wang meneguk tehnya yang sudah dingin sebelum akhirnya berkata, “apa yang Huang Xiong inginkan sebagai balasannya?”
Putra mahkota Chen tidak terkejut dengan ucapan Chen Wang yang blak-blakan itu. Dia menjawab, “aku tidak meminta banyak hal darimu adikku. Aku hanya ingin kau mendukungku. Aku harus menjadi seorang Kaisar, dan aku membutuhkanmu untuk mendukungku.”
Chen Wang tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, dia kemudian berkata, “Huang Xiong sepertinya salah paham. Walau tanpa dukungan dariku, kau akan tetap menjadi Kaisar. Tapi Huang Xiong jangan khawatir, aku samasekali tidak berniat melakukan sesuatu yang ada di pikiranmu. Aku akan sepenuhnya mendukung Huang Xiong.”
“Hahahah, kau memang bukanlah orang yang suka berbasa-basi adikku. Aku menyukaimu karena hal ini. Aku harap kita akan semakin dekat kedepannya. Lagi pula kita saudara, kita harus saling mendukung,” putra mahkota tampak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Chen Wang.
*/
Di Mo Fu, Mo Nian Zhen tidak perlu menyesuaikan dirinya. Ya, dia tidak membutuhkan waktu untuk beradaptasi karena dia pernah tinggal di rumah pamannya itu. Selain itu, dia juga mendapatkan tempat tinggal yang sangat berdekatan dengan paviliun milik Mo Qing Shan. Paman dan bibinya juga memperlakukan pria periang itu dengan sangat baik.
“Qing Shan, ZhenZhen mungkin membutuhkan sesuatu untuk dia gunakan. Kau bisa mengajaknya pergi berjalan-jalan juga kan?” Kata nyonya Mo pada Mo Qing Shan.
Mo Qing Shan mengangguk lesuh sembari berkata, “aku tahu, aku akan pergi dengannya nanti.”
Tiga pria tampan tengah berjalan di tengah keramaian ibukota Luoyang. Ya, itu adalah Mo Qing Shan, Mo Nian Zhen dan juga Xu Jia yang tengah menjadi pusat perhatian para gadis yang secara tidak sengaja melihat ketiganya berjalan beriringan.
Mo Qing Shan tampak acuh tak acuh karena dia telah menjadi pusat perhatian sejak lama. Namun hal yang berbeda ditunjukkan oleh Mo Nian Zhen. Mo Nian Zhen nampak sangat menikmati segala jenis perhatian yang dilayangkan padanya. Dia bahkan dengan percaya diri membuka kipasnya dan mengangkat dagunya. Beruntung, Mo Nian Zhen adalah pemuda yang tampan, jadi kelakuannya itu nampak sepadan dengan wajahnya.
“Apa yang ingin kau beli? Apakah kau sudah memiliki kuas?” Tanya Mo Qing Shan.
Mo Nian Zhen mengangguk dan menjawab, “aku sudah memiliki kuas ge, aku bahkan memiliki banyak. Aku ingin membeli beberapa kain untuk dijahit.”
Mo Qing Shan mengerutkan keningnya, “kau membawa banyak pakaian dan sekarang kau ingin menambah lagi?! Apakah semua itu tidak cukup?!”
“Tidak, tentu tidak,” kata Mo Nian Zhen sembari menggelengkan kepalanya. “Aku akan membuat beberapa pakaian baru untuk dipakai.”
Terserah saja! Mo Qing Shan sudah terlalu lelah, jadi dia dengan pasrah pergi mengikuti Mo Nian Zhen. Ketiga pria tampan itu pergi ke sebuah toko kain terbaik yang ada di Luoyang.
Mo Qing Shan tengah duduk dengan ekspresi malas saat dia hanya memperhatikan Mo Nian Zhen yang tengah sibuk memilih kain. Situasi terlihat cukup kondusif sebelum akhirnya keributan yang tidak terduga terjadi.
“Ini mililkku! Kenapa kau mengambilnya?!” Suara Mo Nian Zhen terdengar.
“Kau adalah seorang pria! Tidak bisakah kau mengalah untuk seorang wanita?!” Kata seorang gadis.
“Tidak! Aku tidak akan mengalah! Aku duluan yang mengambilnya!” Mo Nian Zhen tetap bersikukuh.
Mo Qing Shan awalnya tidak mau ikut campur karena dia tahu bahwa Xu Jia akan menangani masalah ini, namun pada akhirnya Xu Jia tetap tidak bisa melerai pertikaian antara Mo Nian Zhen dan seorang gadis.
“Apa yang terjadi?” Tanya Mo Qing Shan dengan ekspresi acuh tak acuh.
“Ge! Gadis ini ingin merebut kain itu! Aku yang terlebih dahulu mengambilnya!” Mo Nian Zhen mulai mengadu.
“Astaga! Kenapa seorang pria sangat menyukai kain?!” Ledek gadis itu lagi.
Mo Nian Zhen melotot seraya berkata, “memang kenapa? Apakah ada larangan yang menyebutkan bahwa seorang pria tidak bisa menyukai hal-hal seperti ini?!”
Gadis itu menunjuk Mo Nian Zhen. “Kau!!”
“Cukup!” Teriak Mo Qing Shan. Mo Qing Shan kemudian beralih ke pemilik toko kain yang sudah nampak sangat frustasi, “bos, apakah kau memiliki kain yang sama?”
Pemilik toko kain menggelengkan kepalanya, “kain yang tengah tuan muda dan nona ini rebutkan adalah kain yang langka, jadi hanya ada beberapa gulung saja. Ini adalah gulungan terakhir tuan muda.”