Untuk sementara waktu, Chen Ai Lin tampak terpaku di tempatnya berdiri. Hal yang sama juga berlaku pada Mo Nian Zhen. Dia telah melihat kedekatan antara Mo Qing Shan dengan Mo Qi Yue dan mengira bahwa itu adalah sesuatu yang wajar mengingat keduanya adalah saudara. Tapi apa yang baru saja dilihatnya itu bukanlah sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh sepasang saudara, terlebih lagi mereka sudah dewasa.
Lamunan Mo Nian Zhen segera berakhir begitu Chen Ai Lin menatap ke arahnya. Gadis itu berkata dengan tatapan muram di wajahnya,“ikut aku.”
Mo Nian Zhen segera mengikuti Chen Ai Lin. Dia masih dalam keadaan linglung bahkan saat suasana di luar sangat tenang. Keduanya masih tidak mengatakan apapun dan tetap diam. Tidak ada yang mau berbicara terlebih dahulu. Dua orang yang selalu aktif berbicara itu kini nampak seperti dua orang bisu yang kehilangan arah.
“Apa yang kau lihat barusan….lupakan saja. Itu pasti salah, mereka tidak melakukan apapun. Mereka adalah saudara dan itu adalah faktanya. Apakah kau mengerti?” Chen Ai Lin berkata tetapi dia tidak berani menatap Mo Nian Zhen. Kepercayaan diri gadis itu kini telah runtuh.
Mo Nian Zhen adalah pria muda yang jujur dan sulit untuk mengkhianati hati nuraninya. Walau pun dia masih berusaha untuk menelan kenyataan bahwa apa yang baru saja dilihatnya itu adalah sesuatu yang salah, tidak dapat dia pungkiri bahwa itulah faktanya.
“Gongzhu…” Mo Nian Zhen merasa sedikit bersalah.
Ya, itu adalah kelalaian Mo Nian Zhen. Jika saja Mo Nian Zhen tidak ceroboh, maka insiden salah tiket atau tiket tertukar tidak aka pernah terjadi dan sebagai imbalannya, mereka tidak akan pernah melihat sesuatu yang sangat mengejutkan itu.
Chen Ai Lin sangat serius ketika dia berkata. “Ikuti saja ucapanku. Apa yang kita lihat hari ini harus kau sembunyikan. Tidak boleh ada seorang pun yang boleh tahu termasuk Mo Qing Shan dan Mo Qi Yue. Bersikaplah seperti biasanya. Apakah kau mengerti?”
Mo Nian Zhen mengangguk, namun jauh di dalam lubuk hatinya dia masih menolak untuk melepaskan hal ini. Dia masih ingin mengutarakan pendapatnya, tapi dia tahu bahwa Chen Ai Lin tidak mau membahasnya lagi, jadi pemuda itu hanya bisa diam dan menelan semua pendapatnya.
“Kemana Gongzhu akan pergi? Apakah Gongzhu akan kembali ke istana? Saya akan mengantar Gongzhu.” Kata Mo Nian Zhen seraya memberikan tawaran pada Chen Ai Lin.
Chen Ai Lin tampak muram, dia berkata, “aku tidak mau kembali dulu. Aku lapar dan aku mau makan.”
Gadis itu kemudian berjalan dengan langkah lemah, Mo Nian Zhen tidak bisa meninggalkan putri kekaisaran itu sendirian, jadi dia mau tidak mau mengikuti Chen Ai Lin dengan kudanya. Chen Ai Lin nampak seperti seseorang yang telah kehilangan keluarganya. Gadis itu bahkan bersikap seakan-akan langit telah runtuh, dia tidak lagi berteriak-teriak ataupun melakukan sesuatu yang bisa membuat Mo Nian Zhen kesal.
“Selamat datang nona. Apa yang akan nona pesan?” Seorang pelayan restoran datang dan menyapa Chen Ai Lin.
Chen Ai Lin, “aku akan memesan semuanya yang enak dan manis. Dan juga, berikan aku beberapa botol anggur, semakin banyak semakin baik.”
Mo Nian Zhen terlambat duduk di kursi saat beberapa botol anggur telah sampai di meja tempat dimana Chen Ai Lin berada. Melihat hal yang tidak biasa ini, Mo Nian Zhen menjadi sedikit khawatir. Dia mengerutkan keningnya, “Gong…ah maksudku Xiao Ai Lin, apakah ini tidak terlalu banyak. Aku tahu kau ingin menghibur dirimu, tapi tidak dengan begini.”
Chen Ai Lin tampak tidak peduli dengan nasihat Mo Nian Zhen itu, dia bahkan tidak mengatakan apapun saat dia dengan pandangan kosong menuangkan anggur ke dalam gelasnya. Melihat seseorang menuangkan minuman untuk dirinya sendiri membuat Mo Nian Zhen merasa kasihan pada gadis itu. Mo Nian Zhen meraih botol anggur itu dan menuangkannya untuk Chen Ai Lin. Dia kemudian berteriak untuk memanggil pelayan, “bawakan aku gelas anggur juga.”
Chen Ai Lin tidak bertanya kenapa Mo Nian Zhen melakukan hal itu. Dia tidak peduli dengan sekitarnya dan hanya fokus untuk menghabiskan anggur di cangkirnya. Anggur itu habis dalam sekali teguk, Mo Nian Zhen dengan sigap segera mengisi gelas Chen Ai Lin yang telah kosong sebelum meminum anggurnya sendiri.
“Aku rasa aku juga harus minum, aku perlu melupakan apa yang telah aku lihat hari ini.” Ucap Mo Nian Zhen dengan tegas.
Keduanya minum tanpa mengobrol, hingga dalam sekejap beberapa botol anggur telah kosong dan keduanya mabuk. Mo Nian Zhen mabuk, tapi dia masih bisa mengendalikan dirinya untuk berhenti minum, tapi hal yang sama tidak berlaku bagi Chen Ai Lin. Gadis itu terus menerus menuangkan anggur ke dalam tenggorokannya.
“Tuangkan anggur lagi untukku! Aku ingin minum! Aku ingin mabuk.” Kata Chen Ai Lin.
Mo Nian Zhen merebut gelas milik Chen Ai Lin seraya berkata, “berhentilah minum atau kau akan sakit. Kau sudah minum terlalu banyak. Ayo kita pulang.”
“Tidak!” Chen Ai Lin yang mabuk berteriak, “pelayan, bawakan aku anggur lagi.”
Restoran itu hanyalah menjual anggur dan mereka tidak peduli dengan kondisi para pelanggannya, entah apakah pelanggan itu mabuk atau tidak, jika pelanggan itu meminta untuk dibawakan anggur lagi, maka pelayan disana akan dengan senang hati membawakan mereka anggur.
“Astaga! Berhenti membawa anggur lagi!” Mo Nian Zhen memarahi pelayan itu.
Pelayan itu segera pergi karena ketakutan.
Dan karena gelasnya telah diambil oleh Mo Nian Zhen, Chen Ai Lin yang tidak lagi memikirkan aturan yang mengikatnya, bahwa seorang putri kekaisaran harus selalu bersikap anggun, akhirnya menuangkan anggur ke dalam mulutnya langsung dari botolnya. Anggur tumpah dan mengenai pakaian Chen Ai Lin, melihat hal ini, Mo Nian Zhen tidak bisa tidak mengutuk.
“Astaga! Bagaimana caranya aku membawamu kembali jika kau seperti ini?! Aku pasti akan dihukum. Ya Tuhan, apa yang sebenarnya telah aku lakukan di kehidupan sebelumnya? Apakah aku berhutang pada Chen Ai Lin yang bodoh ini.” Mo Nian Zhen mengomel sembari membuka mantel luar pakaiannya dan menutupi pakaian Chen Ai Lin yang telah kotor karena anggur.
Mo Nian Zhen mengambil kain dan mulai membersihkan tangan Chen Ai Lin. Suaranya terdengar sangat lelah saat dia berkata, “Gongzhu, mari kita kembali. Aku akan mengantarmu ke Wangfu. Aku pasti akan mati jika aku membawamu ke istana dalam keadaan dirimu yang mabuk seperti ini.”
“Bahkan jika aku membawamu ke Wangfu, aku masih belum tahu bagaimana nasibku. Chen Wang mungkin saja akan menggantungku dan aku tidak akan pernah kembali ke perguruan Wuji.” Mo Nian Zhen berkata pada dirinya sendiri.
Chen Ai Lin telah pingsan. Dia mabuk dan dia tidak sadarkan diri. Gadis itu mungkin tengah berada dalam fase terberat dalam hidupnya sehingga dia bahkan pingsan dan mabuk berat. Tidak dapat dipungkiri, ada rasa kasihan di dalam hatinya.
“Ayo kita pergi dari sini.” Mo Nian Zhen melingkarkan lengannya ke pinggang Chen Ai Lin dan membantu gadis itu berdiri.
Sebelum pergi dari restoran, Mo Nian Zhen tidak lupa membayar tagihan. Beruntung dia membawa uang yang cukup, jika tidak, mereka akan berakhir dengan dipukuli oleh pemilik restoran itu.
Mo Nian Zhen membawa kuda, jadi dia tidak perlu terlalu khawatir akan kesusahan menggendong Chen Ai Lin dibahunya. Mo Nian Zhen menempatkan Chen Ai Lin di depan dan membiarkan punggung gadis itu bersandar di dadanya. Pemuda itu menarik tali kekang kudanya dan dengan langkah perlahan membawa Chen Ai Lin ke Wangfu. Di tengah perjalan mereka, Mo Nian Zhen mendengar Chen Ai Lin bergumam.
“Itu pasti salah. Shu gege pasti salah, Jiang Xianji pasti salah memberikan informasi.” Gumam Chen Ai Lin.
Mo Nian Zhen mulanya tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Chen Ai Lin, hingga pada akhirnya dia mendengar Chen Ai Lin berkata, “kenapa dunia harus begitu kejam? Kenapa?! Kenapa Mo Qi Yue bukan kakak kandung Mo Qing Shan?! Dan kenapa Mo Qing Shan harus mencintai gadis itu?!”
Mo Nian Zhen tidak bisa tidak terkejut saat dia mendengar ucapan dari Chen Ai Lin ini. Wajahnya pucat pasi dan dia tidak bisa berkata-kata. Dia berharap bahwa mata dan telinganya telah rusak sehinngga apa yang dia lihat dan dengar hari itu adalah sebuah kesalahan besar. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin hal sebesar itu bisa dirahasiakan?
“Ayah berkata kalau ucapan orang mabuk itu adalah ucapan paling jujur. Tapi ini, aku tidak bisa mempercayainya. Bagaiamana mungkin?! Tidak mungkin!” Pikir Mo Nian Zhen.
Sesampainya di Wangfu, Mo Nian Zhen dengan berhati-hati menggendong Chen Ai Lin. Untuk sesaat, dia telah melupakan ucapan Chen Ai Lin dan hanya memikirkan cara untuk menghadapi Chen Wang. Mo Nian Zhen mondar-mandir di depan pintu gerbang dengan ekspresi kebingungan.
“Hahaha, selamat malam Wangye. Ini Mo Nian Zhen, saya datang untuk mengantar Gongzhu. Dia mabuk dan pingsan.”
“Ya ampun, kau baik sekali. Benwang sangat berterima kasih padamu.” Mo Nian Zhen tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, dia menertawakan dirinya sendiri, “hahahah bodoh sekali. Apakah kau berpikir bahwa Chen Wang akan benar-benar berkata seperti itu padamu Mo Nian Zhen. Dasar bodoh.”
Sebelum Mo Nian Zhen sempat mengetuk pintu gerbang, pintu sudah terlebih dahulu terbuka dan sosok Jiang Xianji yang dingin muncul di depannya.
Mo Nian Zhen, “…”
Tidak ada yang berbicara untuk beberapa saat, tatapan dingin Jiang Xianji menyapu Mo Nian Zhen sebelum akhirnya beralih pada Chen Ai Lin yang tengah menggeliat dipelukan Mo Nian Zhen. Menyadari hal ini, Mo Nian Zhen segera menjelaskan. “Jangan salah paham dulu, Gongzhu tidak sengaja mabuk dan aku hanya mengantarnya kemari. Kau bisa bertanya padanya besok jika dia sadar. Aku tidak bisa mengantarkannya ke istana dalam kondisi seperti ini. Sekarang, dimana aku harus meletakkannya?”
Jiang Xianji terdiam untuk beberapa lama sebelum akhirnya berkata, “silahkan masuk tuan muda Mo. Saya akan menunjukkan tempatnya.”
Jiang Xianji memimpin jalan menuju ke kamar dimana Chen Ai Lin biasa tinggal. Mereka bertiga belum sampai, tapi Chen Wang telah terlebih dahulu memergoki mereka. Jiang Xianji yang tidak ikut terlibat dalam masalah tampak santai, begitu pula dengan Chen Ai Lin yang masih dengan pulas tertidur di pelukan Mo Nian Zhen. Hanya pria muda Mo yang malang itu yang harus memberikan penjelasan pada Chen Wang.
Setelah membaringkan Chen Ai Lin di tempat tidur, Mo Nian Zhen yang canggung segera berdiri untuk memberi hormat pada Chen Wang. Chen Wang hanya memberikannya anggukan sebelum akhirnya menyuruh pelayan di Wangfunya untuk mengurus Chen Ai Lin.
“Jiang Xianji, pergilah ke istana dan beritahu orang di istana adikku bahwa Ai Lin berada disini. Benwang takut mereka semua khawatir.” Perintah Chen Wang pada Jiang Xianji.
Jiang Xianji membungkuk sebelum akhirnya berbalik untuk pergi. Mo Nian Zhen melihat bahwa dia juga bisa pergi, jadi dia dengan langkah ringan mulai mengikuti Jiang Xianji keluar. Tapi karena Chen Wang memanggilnya, dia langsung menghentikan langkahnya.
Chen Wang berkata dengan nada normal. “Benwang rasa tuan muda kedua harus memberikan penjelasan padaku.”
*/
Mo Qing Shan menunggu sampai opera cina itu selesai. Dia tetap diam dan samasekali tidak berniat membangunkan Mo Qi Yue. Barulah saat opera itu selesai dan suara tepuk tangan terdengar dari lantai bawah, Mo Qi Yue akhirnya terbangun.
“ShanShan, kenapa kau bisa ada disini? Dimana Mo Nian Zhen?” Mo Qi Yue menggosok matanya.
Mo Qing Shan tersenyum, dia samasekali tidak tahu dimana Mo Nian Zhen dan dia juga tidak peduli pada adik sepupunya itu karena dia tahu jika Mo Nian Zhen akan mampu menjaga dirinya sendiri. Perhatiannya sekarang tertuju hanya untuk Mo Qi Yue.
“Aku tidak tahu, dia mungkin berada di suatu tempat.” Mo Qing Shan berkata dengan lembut, “apakah Jiejie lapar? Haruskah kita pergi makan malam?”
Mo Qi Yue menggelengkan kepalanya seraya menolak ajak Mo Qing Shan. “Ini sudah larut, mari kita pulang dan makan di Fu saja.”
Mo Qing Shan tentu saja langsung setuju. Dia mengangguk sebelum akhirnya berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Mo Qi Yue berdiri. Keduanya akhirnya keluar dari tempat itu.
“Kau membawa kudamu kan? Jiejie akan naik kereta.” Kata Mo Qi Yue.
“Dimana keretanya?” Mo Qing Shan menaikkan bahunya dan berkata dengan nada meledek.
Mo Qi Yue terkekeh, dia hampir lupa jika sewaktu dia pergi dari toko herbalnya, dia naik kuda bersama dengan Mo Nian Zhen sementara kereta kudanya dinaiki oleh Tong Nian.
Mo Qing Shan berkata, “ayo, aku akan membantu Jiejie naik ke atas kuda.”
Mo Qi Yue mengangguk, dia menaikkan salah satu kakinya ke pijakan dan Mo Qing Shan dengan sigap mengangkat pinggang gadis itu sehingga Mo Qi Yue samasekali tidak kesulitan untuk naik ke atas kuda. Keduanya pergi dari tempat pertunjukkan dengan menunggangi kuda bersama.
Di tengah perjalanan, Mo Qing Shan bisa merasakan hembusan angin yang meniup rambut Mo Qi Yue yang wangi. Aroma itu hampir membuat Mo Qing Shan mabuk.
“Aku tidak bisa munafik, Liu Ru Shi, aku mungkin sudah gila karena aku menginginkanmu.” Mo Qing Shan segera sadar akan pemikiran kotornya, “aku tidak boleh memikirkan hal gila itu. Tidak boleh! Mo Qing Shan, kau bodoh.”
Kuda Mo Qing Shan berhenti di halaman depan Mo Fu. Tuan muda Mo turun dan segera membantu Mo Qi Yue untuk turun. Dia mengikat tali kekang kudanya dan segera pergi dengan terburu-buru, “Jie aku masuk duluan. Selamat beristirahat.”
Mo Qi Yue berteriak, “apakah kau tidak akan makan dulu?”
“Tidak, aku sudah kenyang.” Mo Qing Shan pergi tanpa menoleh ke belakang. Sesaat kemudian, Mo Nian Zhen memasuki halaman Mo Fu.
“ZhenZhen, kau darimana saja?” Melihat wajah kusut Mo Nian Zhen, Mo Qi Yue tidak bisa tidak bertanya.
Mo Nian Zhen tampak terkejut seolah-olah dia baru saja melihat hantu. Dia kembali teringat kejadian yang tadi dilihatnya, kejadian dimana Mo Qing Shan mencium Mo Qi Yue.
“ZhenZhen, apakah kau baik-baik saja?” Tidak mendapatkan respon dari Mo Nian Zhen, Mo Qi Yue mengguncang lengan Mo Nian Zhen dengan lembut.
Mo Nian Zhen segera tersentak, “aku baik-baik saja Jie. Aku hanya kelelahan. Maafkan aku karena aku meninggalkanmu tanpa pamit. Aku kehilangan tiket masukku dan aku tidak bisa masuk.”
Mo Qi Yue menggelengkan kepalanya, “maafkan Jiejie juga. Jiejie ketiduran tadi dan baru saja terbangun saat opera sudah selesai. Dan anehnya, ShanShan juga berada di sana.”
Mo Qing Shan tertawa canggung dan mengangguk beberapa kali sebelum akhirnya bertanya, “lalu dimana Qing Shan gege?”
“Dia sudah masuk. Dia sangat terburu-buru.” Mo Qi Yue berjalan dan berkata, “apakah kau sudah makan? Ayo kita makan malam bersama. Jiejie akan memasakkan mie untukmu.”
Mo Nian Zhen mengangguk. Dia tidak bisa menolak tawaran Mo Qi Yue itu karena dia juga kelaparan. Ya, sewaktu pergi bersama Chen Ai Lin ke sebuah restoran, dia samasekali belum sempat makan apapun. Mo Nian Zhen hanya minum dan kini dia kelaparan.
Sementara itu, Mo Qing Shan yang bersikap aneh semenjak tiba di Fu, kini tengah berada di dalam kamar mandinya. Mo Qing Shan tengah berendam di dalam bak mandi kayu yang telah terisi dengan air dingin. Pakaian tuan muda Mo bahkan belum secara sempurna dia lepaskan. Mo Qing Shan tampak merendamkan kepalanya sesekali. Hari sudah malam, dia seharusnya merasa kedinginan, kenapa dia malah mandi dengan air dingin?
“Aku bisa gila! Mo Qing Shan, kau memang sudah gila!” Mo Qing Shan terus-terusan mengutuk dirinya semenjak dia terbawa suasana hingga nafsunya bangkit. Ya, dia merendam tubuhnya di dalam air dingin karena dia ingin tubuhnya yang panas itu sembuh.
“Aku tidak boleh memiliki pemikiran seperti itu lagi.” Mo Qing Shan menundukkan pandangannya dan dia melihat inti tubuhnya masih berdiri, dia akhirnya tidak bisa menghentikan dirinya untuk tidak mengutuk, “bodoh! Mo Qing Shan kau bodoh!”