Bad Dream

1637 Kata
"Kalian pasti tahu kemana tuan kalian pergi kan?! Katakan jika kalian tidak ingin kepala kalian menggelinding ke tanah." Chen Wang mengancam para penjaga itu dengan kata-kata kejamnya. Membayangkan bagaimana kepala mereka akan putus saja sudah membuat para penjaga itu ketakutan, jadi mereka tentunya harus menjawab pertanyaan Chen Wang dengan jujur. Tapi apa yang bisa mereka lakukan jika bahkan mereka tidak tahu kemana Yun Shu Fen membawa Mo Qing Shan? "Sepuluh orang tentara akan tinggal di sini untuk memeriksa kondisi gua. Dan yang lainnya, kita akan mengejar mereka." Chen Wang segera berbalik begitu dia mendengar jawaban serempak dari pasukannya. Xu Jia telah mengenal Mo Qing Shan dan dia tahu jika Mo Qing Shan pasti akan memberikannya sebuah petunjuk. Kini, tinggal dia, Xu Jia, yang harus menemukan petunjuk itu. "Pasti ada sesuatu yang ditinggalkan tuan muda."Pikir Xu Jia. Xu Jia mulai mengamati tanah sembari mengendalikan kudanya agar berjalan lebih lambat. Dan benar saja, dia menemukan petunjuk itu. "Wangye!" Xu Jia segera memanggil Chen Wang begitu dia mendapatkan petunjuknya. "Di tanah, ada darah segar yang menetes. Itu darah segar, jika kita beruntung, kita masih bisa mengejar mereka dan menyelamatkan tuan muda Mo. " Kata Xu Jia dengan tatapan penuh harap. Chen Wang samasekali menunjukkan ekspresi seolah-olah dia tidak peduli pada Mo Qing Shan. Namun Chen Wang tentu saja menyadari satu fakta yang tidak bisa dia abaikan. Ya, jika sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Mo Qing Shan, maka Mo Qi Yue pasti akan sangat membencinya. Dan karena alasan itu pula Chen Wang harus membawa Mo Qing Shan pulang dalam keadaan selamat. "Percepat pergerakan! Kita harus menemukan mereka." Perintah Chen Wang. */ Darah? Apa yang telah dilakukan oleh Mo Qing Shan sehingga dia bisa membuat petunjuk dari darah? Darah terus-terusan berceceran dan itu adalah darah segar. Mo Qing Shan yang pingsan kini tengah berada di sebuah gerbong kereta dengan pergelangan tangannya yang berdarah. Ya, sebelum pingsan dan kehilangan kesadarannya, Mo Qing Shan tanpa pikir panjang membuat pergelangan tangannya teriris pedangnya yang tajam. Alhasil darah segar terus mengalir keluar dari luka itu. Tindakan Mo Qing Shan ini mungkin terdengar sangat bodoh dan tidak masuk akal, tapi dia tidak memiliki pilihan yang lebih baik saat itu. Dia dibius oleh anak panah, jadi dia tidak akan bisa melawan, maka sebagai gantinya, Mo Qing Shan harus membuat petunjuk yang tidak akan terputus bahkan saat dia pingsan. "Orang-orang yang akan menangkap kita pasti masih mengejar kita. Kita harus segera menaikkan semua senjata-senjata ini ke kapal. Begitu kita sampai di Riben, semuanya akan aman!" Yun Shu Fen berteriak seraya memerintahkan pada anak buahnya untuk segera membawa senjata-senjata itu ke atas kapal. Jelas sudah dimana keberadaan mereka. Ya, mereka sekarang sudah ada di dermaga. Mereka akan berlayar menuju Riben (Jepang) dan menjual senjata-senjata terbaik itu ke negeri asing. Apa yang mereka lakukan itu tentu saja adalah salah satu kejahatan militer yang tidak bisa diampuni. "Tuan, lalu bagaimana dengan pria ini? Dia masih pingsan dan tangannya terluka." Lapor salah satu bawahan Yun Shu Fen. Yun Shu Fen tanpa ragu-ragu memerintahkan, "buang saja ke sungai, dia akan mati dengan sendirinya." Mo Qing Shan yang masih pingsan dibawa keluar dari gerbong oleh dua orang pria. Dua orang pria itu segera melemparkan tubuh Mo Qing Shan ke sungai begitu mereka sampai di tepi. Byuaarrr!!! Yun Shu Fen menatap dingin pada tubuh yang telah tenggelam itu. Lalu apakah Mo Qing Shan tidak akan selamat? Apakah dia akan benar-benar mati? Pasukan tentara yang dibawa oleh Chen Wang tiba tidak lama setelah Mo Qing Shan dibuang ke sungai. Kapal yang akan tadinya akan ditumpangi oleh Yun Shu Fen dan anak buahnya telah berlayar tapi itu tidak cukup jauh. Yun Shu Fen bahkan bisa melihat pasukan itu dari atas kapal tempatnya berdiri. Jiang Xianji berbicara di samping Chen Wang. "Wangye, kita harus mengejarnya. Mereka tidak akan bisa pergi jauh." "Berikan aku busur." Chen Wang mengangkat tangannya hingga kemudian Jiang Xianji memberikan busur dan anak panah pada Chen Wang. Chen Wang menarik anak panahnya dan mulai membidik. Dia tidak berniat memanah sang nahkoda, yang akan dia bidik tentu saja adalah layarnya. Jika layar kapal itu jatuh, maka kapal akan berhenti bergerak. "Itu cukup jauh." Gumam para tentara yang ada di belakang Chen Wang. Setelah memastikan bidikannya tepat, Chen Wang melepaskan anak panahnya. Anak panah itu melesat dengan kecepatan cahaya. Tak lama setelah anak panah pertama dilepaskan, Chen Wang mulai menarik busurnya kembali dan menembakkan anak panah kedua. Dua anak panah berhasil memutus tali yang mengikat layar kapal, layar kapal seketika jatuh. Hal ini tentu saja membuat pergerakan kapal mejadi melambat dan kapal akan berhenti cepat atau lambat. Sementara itu Xu Jia masih fokus pada Mo Qing Shan. Hatinya dipenuhi kekhawatiran saat dia melihat sungai yang luas di depan matanya. Namun saat pandangannya jatuh ke tanah yang terdapat rumput gajahnya, dia melihat jejak darah berceceran. Mata Xu Jia membelalak ketika dia melihat jejak darah itu hilang di tepi sungai. "Tuan muda? Tuan muda Mo!" Teriakan Xu Jia membuat semua orang menoleh ke arahnnya. Kini pemuda itu tampak frustasi dan juga putus asa. Nan Yang datang untuk menenangkan Xu Jia. "Tuan Xu, apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau berteriak, Komandan pasti ada bersama mereka di kapal itu. Tenanglah!" Xu Jia menggelengkan kepalanya selama beberapa kali sebelum akhirnya berkata dengan suara teredam. "Tidak, mereka membuang tuan muda ke sungai. Ini, jejak darah ini berhenti di sini." Nan Yang, "....." Chen Wang yang mendengar hal ini turun dari kudanya. Dia berkata, "Benwang tidak tahu apa hubunganmu dengan tuan Mo, tapi tolong jangan bertindak bodoh. Kita akan mencarinya nanti." "Tidak Wangye, saya akan mencarinya sekarang. Saya akan mencarinya." Xu Jia menangkupkan kedua tangannya sebelum akhirnya menceburkan dirinya ke sungai. Chen Wang merasakan sakit kepala karena dua orang itu, tapi dia tetap harus tenang. Chen Wang memerintahkan, "separuh dari kalian, pergilah menyusuri aliran sungai ini untuk mencari Mo Qing Shan. Temukan dia, hidup atau mati." "Ya, Yang Mulia!" Xu Jia berenang mengikuti aliran sungai. Sesekali dia akan berhenti dan mencari di sepanjang tepi sungai, tapi nihil, Mo Qing Shan tidak ditemukan. "Jika aku tidak bisa menemukan tuan muda, maka aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri." Xu Jia mengutuk dirinya sendiri. Rasa bersalahnya tumbuh semakin besar. Hari semakin sore, langit jingga yang akan segera berubah menjadi gelap sudah di depan mata, tapi Mo Qing Shan masih belum ditemukan. Hal yang sama juga dialami oleh tentara-tentara suruhan Chen Wang, mereka juga masih belum bisa menemukan Mo Qing Shan. Nan Yang dan Lian Feng, yang sedari awal telah pergi bersama Mo Qing Shan dan Xu Jia, diam-diam merasakan keprihatinan yang tak terucapkan. Walau keduanya belum terlalu lama mengenal Mo Qing Shan, tapi keduanya tahu jika Mo Qing Shan adalah orang yang baik. "Tuan Xu, ini sudah malam. Kita harus kembali." Nan Yang menghampiri Xu Jia yang masih mencari di tepi sungai dengan pakaiannya yang masih basah. Xu Jia menatap aliran air sungai yang mulai tenang. Membayangkan sebuah kemungkinan bahwa Mo Qing Shan mungkin saja tidak akan pernah kembali membuat Xu Jia menitihkan air matanya yang langka. Walau tidak banyak, tapi air matanya jatuh ke pipinya yang pucat. Rasa sedih bercampur rasa bersalah membuat Xu Jia ingin memutar kembali waktu yang telah berlalu. "Jika saja, jika saja aku tidak menuruti perintahnya. Jika saja...., jika saja aku tidak pergi meninggalkannya sendirian, maka semua ini tidak akan terjadi. Aku bodoh, aku sangat bodoh!" Xu Jia jatuh, dia menangis dan terus menerus menyalahkan dirinya. Lian Feng dan Nan Yang merangkul pemuda itu. Lian Feng berusaha menghiburnya dengan berkata, "kita akan pergi mencarinya lagi besok. Wakil Komandan Mo adalah orang yang hebat. Dia pasti akan baik-baik saja." Manusia tetaplah manusia, makhluk yang tidak abadi dan terbuat dari daging. Xu Jia tahu pasti akan hal ini, itulah kenapa dia tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Xu Jia beekata di dalam hatinya. "Tuan muda, bagaimana caranya saya mengatakan hal ini pada nona Mo. Dia pasti akan sangat sedih. Tuan muda, tuan muda harus kembali dalam keadaan baik-baik saja. Jika tidak ...., saya ...., saya pasti tidak akan pernah bisa hidup dengan tenang. Maafkan saya tuan muda." */ Di malam harinya, di Luoyang, saat Mo Qi Yue telah terlelap, dia tiba-tiba terbangun. Gadis itu ketiduran setelah dia menjahit sebuah pola di sepatu yang akan dia berikan pada Mo Qing Shan. Wajah gadis itu basah oleh keringat dingin. "ShanShan ...., aku harap dia baik-baik saja." Napas Mo Qi Yue terengah-engah. Ya, dia mengalami mimpi buruk tentang Mo Qing Shan. Dan karena mimpi itu pula, pikirannya menjadi tidak tenang. Mo Qi Yue bangun dari kursinya tapi dia tidak bergerak ke tempat tidur untuk melanjutkan tidurnya. Sebaliknya, Mo Qi Yue malah keluar dari paviliunnya dan berjalan ke aula persembahyangan seorang diri. Gadis itu mengambil dua stik dupa dan membakarnya sebelum akhirnya mulai berdoa. Mo Qi Yue mulai melantunkan doanya. "Buddha, aku berharap adikku, Mo Qing Shan, akan baik-baik saja dan segera kembali ke Luoyang. Aku harap mimpi buruk yang baru saja aku alami tidak akan pernah terjadi." Walau sudah melakukan doa untuk menenangkan dirinya, Mo Qi Yue masih saja tidak bisa tertidur. Gadis itu terus-terusan membolak-balikkan tubuhnya. Kelopak matanya enggan tertutup dan pikirannya selalu tertuju pada Mo Qing Shan. Malam telah berganti menjadi pagi. Mo Qi Yue yang biasanya bangun pagi-pagi sekali tampak terburu-buru karena dia terlambat bangun pagi. Gadis itu baru saja tertidur di jam tiga pagi, jadi wajar jika dia kelelahan. "Ayah, ibu, maafkan Qi Yue karena bangun terlambat." Kata Mo Qi Yue pada tuan dan nyonya Mo. Tuan Mo menggelengkan kepalanya sembari memberikan isyarat pada putrinya untuk duduk dan sarapan, "tidak apa-apa nak. Kau pasti kelelahan. Jangan terlalu kecapean." "Terima kasih ayah." Mo Qi Yue masih memikirkan Mo Qing Shan saat dia bertanya pada ayahnya, "ayah, kira-kira kapan ShanShan akan kembali dari Chang'an?" "Tugas seperti itu ...., kita tidak tahu kapan akan selesai. Setiap departemen memiliki tingkat kesulitan tugas yang berbeda-beda. Jadi ayah juga tidak bisa memastikannya." Jawab tuan Mo.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN