Tersingkir

1972 Kata
Istana permaisuri Rong Yan langsung dipenuhi oleh tim medis dari biro kesehatan istana. Kaisar Chen yang baru saja mendengar berita pingsannya permaisurinya pun langsung bergegas menuju kesana. Chen Wang sendiri tidak pernah meninggalkan ibunya semenjak wanita yang telah melahirkannya itu pingsan. “Yang Mulia,” semua pelayan dan orang-orang yang ada di luar ruangan pribadi permaisuri Rong Yan segera memberi hormat pada Kaisar Chen begitu mereka melihat kaisar mereka tiba. “Ayah,” Chen Wang memberi hormat. “Apa yang terjadi? Kenapa permaisuri bisa pingsan?” Tanya Kaisar Chen. Pelayan pribadi Permaisuri Rong, “Yang Mulia, itu…” Chen Wang segera memotong ucapan pelayan pribadi dengan berkata, “itu karena kelalaian saya ayah. Saya yang membuat ibu menjadi seperti ini.” Kaisar Chen melirik putranya yang tampak kuyu. Ya, kondisi Chen Wang tidak nampak lebih baik daripada sebelumnya. Bagaimana tidak? Chen Wang telah berlutut selama semalaman di luar istana permaisuri, dan dia belum makan samasekali, jadi wajar jika Chen Wang tidak terlihat seperti biasanya. “Kembalilah ke Wangfu-mu, kau juga harus istirahat.” Kata Kaisar Chen dengan acuh tak acuh. Chen Wang, “tapi ayah..” “Jangan banyak membantah! Jika kau merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk ibumu, kau harus mendengarkan ucapanku!” Kata Kaisar Chen sebelum akhirnya meninggalkan Chen Wang dan masuk ke dalam ruangan permaisurinya. */ Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Mo Qing Shan selain daripada ketika dia mendengar bahwa Chen Wang kini telah resmi menjadi tunangan Song Zhi Rou. Ya, sewaktu dia bersama dengan Mo Qi Yue dan Mo Nian Zhen baru saja akan pergi ke pesta, Mo Qing Shan merasakan kecemasan karena takut jika Chen Wang akan datang untuk kembali mengganggu Mo Qi Yue. Tapi siapa yang menyangka bahwa dia akan mendengar pengumuman pertunangan Chen Wang? “Kau benar-benar senang akan fakta ini yah ge?” Tanya Mo Nian Zhen seraya berjalan di belakang Mo Qing Shan. “Tentu saja,” kata Mo Qing Shan dengan senyuman cerah di wajahnya. Suasana hati Mo Qing Shan bahkan tidak berubah saat dia dipanggil oleh ayahnya, Tuan Mo, untuk melakukan sesuatu. Mo Qing Shan masuk ke dalam ruang kerja ayahnya setelah tuan Mo menyuruhnya mengambil beberapa dokumen kenegaraan untuk dipelajari olehnya. Tuan Mo sangat perhatian pada Mo Qing Shan dan dia tidak ingin putranya mengalami masalah saat Mo Qing Shan mulai bekerja, jadi tuan Mo telah menyiapkan beberapa dokumen dan buku untuk dipelajari putranya itu. “Dimana buku dan dokumen-dokumennya? Apakah ayah tidak bisa menyuruhku melakukan semua ini besok saja?” Kata Mo Qing Shan sembari menguap. Tidak butuh waktu yang banyak sebelum akhirnya Mo Qing Shan menemukan sebuah bingkisan yang terbungkus oleh kain sutra, itu pastilah buku-buku dan dokumen yang dicari Mo Qing Shan. Mo Qing Shan dengan acuh tak acuh mengambil buku itu dan ingin bergegas keluar dari ruangan kerja ayahnya, tapi sebelum itu, dia teringat akan sesuatu dan mengurungkan niatannya untuk keluar dari ruangan tuan Mo. Krekk… Suara pintu tertutup terdengar saat Mo Qing Shan dengan hati-hati menutup pintu ruangan kerja ayahnya. Dia meletakkan bingkisan yang telah dibawanya itu di atas meja sebelum akhirnya mulai berjalan ke meja kerja tuan Mo. “Aku belum melihat surat-surat yang lain tentang Liu Ru Shi, aku harus melihatnya. Aku akan mencari tahu asal usulnya,”pikir Mo Qing Shan. Untuk beberapa alasan, Mo Qing Shan hampir saja melupakan fakta bahwa dia masih harus menemukan identitas wanita yang dicintainya. Dia juga terlalu takut untuk menanyakan masalah ini pada kedua orang tuanya, jadi dia masih harus berusaha sendiri. Kedua orang tua Mo Qing Shan juga terlihat tidak berniat memberi tahu Mo Qi Yue perihal identitas asli gadis itu, jadi pastilah ada sesuatu yang besar yang disembunyikan oleh tuan dan nyonya Mo. “Hah? Surat yang aku temukan beberapa tahun yang lalu itu sudah tidak ada di sini. Apa ayah memindahkan tempatnya saat dia merenovasi ruangannya?” Mo Qing Shan terlihat mengerutkan keningnya dengan tidak berdaya. Mo Qing Shan menolak untuk menyerah, dia mulai mencari di sudut ruangan lain. Tuan Mo tidak pernah mengunci laci atau pun lemari berkas-berkasnya, itu artinya tidak ada hal-hal penting di sana, jadi Mo Qing Shan melewatkan laci dan lemari. “Dimana ayah menyembunyikannya?! Astaga!!” Mo Qing Shan terlihat mondar mandir sembari memutar otaknya. “Ah!” Langkah kaki Mo Qing Shan tiba-tiba terhenti saat dia merasakan sesuatu di lantai kayu yang tengah dia pijaki. Tanpa membuang-buang waktunya lagi, Mo Qing Shan membuka karpet yang menutupi salah satu bagian lantai itu dan dia menemukan sebuah pintu tanpa gagang. “Ruang bawah tanah? Ada ruang bawang tanah?” Pikir Mo Qing Shan. Ketika Mo Qing Shan pergi ke perguruan Wuji beberapa tahun yang lalu untuk belajar, tuan Mo memang melakukan renovasi pada ruangannya. Dan karena hal ini pulalah Mo Qing Shan tidak tahu jika ayahnya telah membangun sebuah ruang bawah tanah. Mo Qing Shan baru saja akan membuka pintu itu, tapi dia mendengar suara langkah kaki dari luar, jadi Mo Qing Shan mengurungkan niatannya. Pintu ruangan terbuka dan tuan Mo masuk. Di dalam ruang kerjanya, tuan Mo melihat Mo Qing Shan tengah berbaring di sebuah kursi panjang sembari membaca sebuah buku. Pemuda itu tampak sangat malas seperti biasanya, sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu. “Kau rupanya bermalas-malasan di sini.” Kata tuan Mo sembari menggelengkan kepalanya. Mo Qing Shan menguap sebelum akhirnya berkata, “ZhenZhen terus menggangguku, aku bahkan tidak memiliki waktu untuk tidur siang ayah.” Tuan Mo tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis, dia berkata, “dia kesepian selama tinggal di perguruan Wuji, jadi kau harus memakluminya. Ah iya, dalam beberapa hari akan ada festival lentera kan? Ajak dia pergi bersamamu.” Mo Qing Shan hampir melupakan festival lentera yang akan dia datangi bersama dengan Mo Qi Yue. Namun saat dia mengingat bahwa Mo Nian Zhen akan ikut bersama mereka, Mo Qing Shan merasakan kelelahan di hatinya. “Iya, dia akan ikut juga. Astaga, aku bisa gila.” Mo Qing Shan bangkit dari posisi malasnya dan siap untuk pergi, “ayah, aku akan kembali ke kamarku untuk tidur.” “Hmm, beristirahatlah,” kata tuan Mo. “Ayah juga, jangan terlalu sibuk. Putra ayah ini sudah menjadi seorang pejabat bergelar ZhuangYuan.” Mo Qing Shan mengedipkan matanya dan segera pergi meninggalkan ayahnya yang tampak putus asa dengan kelakuan konyolnya. Mo Qing Shan tidak akan pernah melupakan sesuatu yang telah membuatnya penasaran. Dan mengenai ruangan rahasia di ruang kerja ayahnya itu, dia pasti akan kembali untuk melihat hal apa yang tersembunyi di dalamnya. */ Sementara itu keesokan harinya di istana Permaisuri, Permaisuri Rong Yan yang telah sadar dari pingsannya terlihat tengah duduk sembari bersandar di kepala tempat tidurnya. Di sana sudah tidak ada kaisar Chen, tapi Song Zhi Rou dan Chen Ai Lin tampak terlihat berbincang dengan sang Permaisuri. “Ibu sudah baikan, kalian tidak perlu khawatir.” Ucap Permaisuri Rong dengan suaranya yang masih lemah. Chen Ai Lin masih marah pada ibunya, namun sebagai seorang putri, dia tentunya khawatir. “Maafkan ibu karena tidak membicarakan perihal pertunanganmu padamu terlebih dahulu. Tapi percayalah bahwa ibu melakukan semua itu untukmu putriku,” timpal Permaisuri Rong Yan. Chen Ai Lin berkata sembari cemberut, “demi kebaikanku? Apakah ibu tidak ingin melihatku lagi? Ibu, jika aku menikah dengan Lian Wangye, maka aku akan tinggal di negerinya dan kemungkinan besar aku akan kembali akan sangat kecil. Tahukah ibu akan hal ini?” Ucapan Chen Ai Lin itu memang benar. Seorang putri yang menikah dengan seorang pangeran tentunya akan tinggal dimana sang pangeran itu berasal. Dia akan menjadi menantu dari kerajaan lain, jadi wajar jika putri yang bersangkutan itu akan sulit untuk kembali ke negeri tempat dia dilahirkan. “Nak, ibumu ini tentu saja sedih akan fakta itu. Tapi ibu juga memikirkan masa depanmu putriku. Ai Lin, jika kau menikahi Lian Wangye, maka kau akan menjadi seorang Wangfei dan garis bangsawanmu tidak akan pernah berkurang atau hilang. Dan yang paling penting adalah fakta dimana Lian Wangye adalah adik kandung Putra Mahkota negeri Mujin. Dia akan mewarisi tahta jika sesuatu terjadi pada Putra Mahkota.” “Cukup ibu! Kesimpulannya ibu hanya memandang derajat dan harta! Ibu bahkan tidak mau mendengarkan penjelasanku!” Chen Ai Lin yang tidak pernah bisa menjaga emosinya akhirnya marah besar. Dia segera pergi dari istana ibunya dengan hentakan kaki yang keras. Song Zhi Rou yang sedari tadi diam akhirnya memilih untuk kembali mengambil hati Permaisuri Rong Yan. Gadis itu mulai mengeluarkan kata-kata lembutnya untuk dengan maksud menghihur Permaisuri Rong Yan. “Yang Mulia, Yang Mulia tidak perlu khawatir. Gongju adalah putri yang baik, dia pasti akan menuruti ucapan Yang Mulia. Terlebih lagi apa yang dilakukan oleh Yang Mulia adalah demi kebaikan Gongju, Zhi Rou yakin bahwa Gongju akan mengerti di kemudian hari.” Song Zhi Rou menuangkan segelas air untuk Permaisuri Rong Yan dan memberikannya pada sang Permaisuri sebelum akhirnya berkata, “Gongju hanya masih terlalu muda untuk mengerti, seiring dengan berjalannya waktu, dia akan memahami perasaan dan kasih sayang Yang Mulia padanya.” Rencana Song Zhi Rou tentunya berhasil. Dengan tutur kata yang sangat lembut yang keluar dari mulutnya, dia berhasil menenangkan Permaisuri Rong Yan. “Andai saja dia sepertimu Zhi Rou.” Permaisuri Rong Yan menghela napas dan berkata, “dia sangat manja, itulah kenapa aku takut jika dia hidup kekurangan. Aku tidak ingin melihat Xiao Ai Lin hidup dalam kemiskinan atau kekurangan karena dia telah terbiasa hidup mewah.” Seorang pelayan tiba-tiba datang untuk melaporkan kedatangan Chen Wang. Ya, putra kedua Permaisuri Rong Yan itu kembali setelah kemarin dia pergi karena di usir oleh Kaisar Chen. “Persilahkan Wangye masuk,” kata Permaisuri Rong Yan. Chen Wang masuk dengan langkah ringan. Pandangannya pertama-tama menyapu Song Zhi Rou yang duduk di tepi ranjang ibunya, pandangan itu adalah jenis tatapan dingin dimana ada rasa ketidaksukaan di dalamnya. “Uhuk, uhuk, rupanya Chen Wang masih memiliki rasa iba pada ibunya,” kata Permaisuri Rong Yan dengan acuh tak acuh. Wanita itu membuat kondisinya dirinya nampak sangat menyedihkan di depan Chen Wang. Dia pura-pura lemah agar Chen Wang merasa prihatin dan kasian padanya. Ya, jika bukan karena itu, maka mustahil Chen Wang akan menemuinya. “Maafkan putra ini ibu. Saya tidak bermaksud membuat ibu kecewa.” Kata Chen Wang dengan wajah yang masih tenang. Permaisuri Rong Yan masih enggan menyerah, dia ingin memanfaatkan sakitnya sebagai senjata untuk menaklukan Chen Wang. Dia berkata, “Wangye, ibu minta maaf karena telah membuat keputusan mendadak. Tapi apa yang ibu lakukan ini demi kebaikanmu. Zhi Rou adalah wanita yang baik, tidak bisakah kau menerimanya?” Chen Wang menjawab. “Aku tahu jika nona Song adalah wanita yang baik. Tapi perihal perasaan, itu tidak bisa dipaksakan ibu. Bagaimana mungkin aku menghabiskan hidupku bersama dengan wanita yang tidak aku cintai?” “Cinta bisa tumbuh dengan seiringnya waktu, ibu yakin kalian akan saling mencintai untuk waktu yang lama di masa depan,” kata Permaisuri Rong Yan lagi. Song Zhi Rou segera mengetahui perubahan suasana hati Chen Wang. Dia ingin Permaisuri Rong Yan membantunya, tapi jika hal itu sampai membuat Chen Wang semakin membencinya, maka Song Zhi Rou sendiri yang akan susah nantinya. Jadi gadis itu memilih untuk menghentikan Permaisuri Rong Yan untuk terlalu memaksa Chen Wang. “Yang Mulia, sebaiknya Yang Mulia beristirahat dulu. Zhi Rou memiliki sesuatu untuk dibicarakan bersama Wangye, jadi izinkan kami untuk pamit.” Kata Song Zhi Rou tanpa banyak berpikir. Bola mata Chen Wang hampir keluar ketika dia memelototi gadis itu. Dia sangat terkejut dengan keberanian Song Zhi Rou. “Ya, itu bagus sekali. Kalian memang memerlukan waktu untuk saling mengenal.” Peemaisuri Rong Yan melirik Chen Wang sembari berkata, “jangan terlalu galak padanya, kau akan menakutinya.” Chen Wang dan Song Zhi Rou akhirnya keluar dari istana Permaisuri. Keduanya berjalan ke taman istana sebelum akhirnya berhenti karena Chen Wang yang sudah tidak sabar. “Katakan, apa yang kau inginkan?” Tanya Chen Wang seraya berbalik menatap Song Zhi Rou.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN