Pertemuan Yang Kacau

1843 Kata
Ruangan terasa begitu gelap bagi Mo Qing Shan, itu bukan karena lentera di dalam paviliunnya padam atau karena dia sedang tertidur, itu karena matanya sedang terpejam tapi jiwanya sepenuhnya sadar. Mo Qing Shan merasa sangat lelah hanya dengan mendengarkan ocehan dari adik sepupunya, Mo Nian Zhen. Sebelumnya Mo Qing Shan mengira bahwa dirinya adalah manusia paling tidak tahu diri dan tidak tahu malu yang akan terus menerus mengoceh, tapi ternyata posisi pertama itu bukanlah untuknya. Mo Nian Zhen, dia lebih parah dari yang dia bayangkan! “Ge, haruskah aku mematikan lentera saat tidur? Jam berapa kau akan bangun untuk belajar? Para murid akan pergi berlatih jam lima pagi esok hari.”Kata Mo Nian Zhen sembari menyusun selimut di lantai kayu. Mo Qing Shan membuka matanya dan menghela napas, “yah aku akan bangun begitu kau bangun. Sekarang tidurlah!” Mo Qing Shan tentunya tidak membutuhkan Mo Nian Zhen untuk membangunkannya karena dia tahu bahwa jika adik sepupunya itu bangun, mustahil mulutnya tidak akan mengoceh. “Baiklah.” Kata Mo Nian Zhen. Pemuda itu segera bangkit untuk memadamkan lentera. Di tengah malam… “Wush, wush, Qing Shan gege, berhati-hatilah! Aahhh.” Mo Qing Shan, “….” Mo Qing Shan membalikkan badannya dan melihat Mo Nian Zhen tengah berkelahi dengan dirinya sendiri. Selimutnya telah terlempar jauh dari tubuhnya dan di waktu yang bersamaan, tubuh pemuda itu membentuk kuda-kuda seolah-olah dia siap untuk melawan musuhnya. “Dia bermimpi?” Gumam Mo Qing Shan. Mo Qing Shan bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah Mo Nian Zhen. Dia tidak lupa menyeret kembali selimut Mo Nian Zhen dan menyelimuti tubuh adik sepupunya itu. “ZhenZhen, itu hanya mimpi, tolong jangan berlebihan!” Kata Mo Qing Shan dengan tidak sabaran. Mo Nian Zhen kembali tenang, “….” Baru saat itulah Mo Qing Shan kembali ke tempat tidurnya. Tapi sebelum dia berhasil naik ke atas tempat tidurnya, dia kembali mendengar suara Mo Nian Zhen yang mengigau. “Gegeku kembali! Dia kembali dan aku akan mengikutinya kemana pun. Aku senang memiliki gege.” Racau Mo Nian Zhen. Mo Qing Shan, “…..” Di hari pertama Mo Qing Shan tinggal di perguruan Wuji, dia tetap harus mengikuti rutinitas para murid di sana. Saat pagi-pagi sekali, Mo Nian Zhen telah membangunkannya untuk melakukan latihan pagi. Itu adalah latihan bermeditasi di gunung. Dan jenis latihan ini adalah jenis latihan yang amat sangat dibenci oleh Mo Qing Shan. Ya, bagaimana tidak? Sedari matahari belum terbit dia sudah harus duduk dengan pose tubuh seperti patung Buddha dan hal latihan ini berlangsung selama empat jam lamanya! Begitu meditasi yang menyebalkan telah selesai, Mo Qing Shan dengan langkah terburu-buru kembali ke perguruan untuk melihat Mo Qi Yue. Dia masih khawatir akan luka di lengan Mo Qi Yue. “Jie! Jiejie! Kau dimana?” Mo Qing Shan mengetuk pintu paviliun tempat Mo Qi Yue tinggal. Selama beberapa menit memanggil, tapi masih belum ada jawaban. Jadi Mo Qing Shan pergi ke tempat lain untuk mencari Mo Qi Yue. Sampai akhirnya dia bertemu dengan pamannya, Mo Xiang Yu. “Paman, dimana Jiejie-ku? Apakah paman melihatnya?” Tanya Mo Qing Shan. Mo Xiang Yu mangangguk dan berkata, “Yue’er pergi dengan bibimu dan beberapa murid wanita lainnya untuk membeli bahan makanan.” “Dia turun gunung? Bukankah lengannya masih sakit?” Ekspresi khawatir ditunjukkan oleh Mo Qing Shan. “Jangan khawatir,” Mo Xiang Yu menepuk pundak keponakannya itu dan berkata, “dia akan baik-baik saja. Lagi pula berjalan-jalan dan mengeluarkan sedikit keringat akan membantunya cepat pulih.” “Ge, ayo kita makan dulu. Jangan terlalu khawatir, Qi Yue Jiejie akan kembali sebentar lagi.” Mo Nian Zhen menghibur Mo Qing Shan, “setelah sarapan, kita masih harus berlatih lagi. Ayo.” Mo Nian Zhen akhirnya berhasil membawa Mo Qing Shan ke aula makan. Di sana sudah ada banyak murid yang sedang sarapan. Perhatian murid-murid wanita langsung terarah pada Mo Qing Shan saat tuan muda Mo itu memasuki aula makan. Ya, gadis mana yang tidak akan terpesona dengan ketampanan seorang Mo Qing Shan. Saat Mo Qing Shan tidak tersenyum saja sudah tampan, terlebih lagi jika dia tersenyum. Tanda cinnabar di sudut bawah mata kirinya benar-benar mempesona. Mata persiknya terlihat sangat indah bahkan ketika dia tidak berespresi. “Siapa dia?” Seorang murid wanita A yang duduk di sudut ruangan tidak bisa melepaskan pandangannya pada Mo Qing Shan. Teman yang duduk di bangku yang sama dengan murid A itu menjawab, “ah, dia keponakan Shifu. Dia kakak sepupu tuan muda.” “Dia darimana? Apakah dia baru datang? Dia nampak asing bagiku.” Kata murid wanita A itu lagi. Teman murid A kembali menjawab, “ dia keponakan Shifu dari Luoyang. Lihat saja penampilannya, dia pasti tuan muda dari keluarga bangsawan. Aku pikir dia adalah anak seorang pejabat. Dia tampan dan kaya. Ah, dia baru saja tiba kemarin bersama dengan pria yang berjalan di samping kirinya itu dan juga kakak perempuannya.” “Dia memiliki Jiejie?” Tanya murid A lagi. “En, dia sangat cantik.” Jawab teman murid A. Mo Qing Shan tidak bisa berkonsentrasi saat dia makan. Dia tampak acuh tak acuh dengan makanannya dan hanya menyodok-nyodok makanannya dengan malas. Pikirannya selalu bertumpu dan tertuju pada Mo Qi Yue. Dia, Mo Qing Shan, tidak akan tenang saat dia tidak melihat Mo Qi Yue sehari saja. Entah semenjak kapan, tapi perasaan Mo Qing Shan kini bertambah dalam pada Mo Qi Yue. Sementara itu di pasar X yang ada di Provinsi X…. Mo Qi Yue, Tong Nian, madam Mo dan beberapa murid dengan memilih herbal-herbal yang akan mereka bawa ke perguruan Wuji. Dan toko obat herbal adalah tempat terakhir yang akan mereka kunjungi sebelum mereka kembali ke gunung. “Bagaimana kalau kita beristirahat sembari makan dulu? Kita belum sarapan sejak tadi pagi.” Madam Mo menoleh ke arah Mo Qi Yue, “bagaimana Yue’er? Kau harus mengisi tenagamu.” Mo Qi Yue mengangguk, “baik bibi, Yue’er mengerti. Kalau begitu ayo kita pergi.” Kelompok wanita itu akhirnya pergi ke sebuah rumah makan yang menjual sup akar teratai. Mereka baru saja sampai dan baru saja duduk di sebuah meja ketika beberapa orang pria mabuk datang ke arah mereka. “Madam Mo, berlindunglah di belakang kami!” Seorang murid wanita menarik pedangnya dari sarungnya untuk melindungi istri Shifu-nya. “Oh? Kau wanita dan kau pandai memainkan pedang?” Ledek pria A. “b******k! Jangan berani-beraninya mengganggu kami! Apakah kalian tidak berpikir bahwa ini di tempat umum?!” Kata murid wanita itu. Pria B juga meledek. “Cantik, kau sangat garang. Aku jadi takut. Hahahahah.” Pandangan pria B tiba-tiba teralihkan ke Mo Qi Yue yang kini tengah berdiri di samping Madam Mo. Senyuman m***m muncul di wajah pria B saat dia juga berkata, “oh? Ada wanita yang lebih cantik rupanya.” Mo Qi Yue membelalakkan matanya, “jangan mendekat!” Pria B itu berkata. “Apakah kau pikir aku tidak akan mendekat jika kau melarangku nona? Kau imut sekali, aku semakin menyukaimu.” Kelompok pria itu membagi diri mereka. Ada yang menangani para murid wanita dan ada pula yang menangani Madam Mo dan Tong Nian. Sementara itu, pria B yang sudah menargetkan Mo Qi Yue langsung menyeret Mo Qi Yue. Tidak ada yang berani menolong para wanita itu karena mereka tahu jika kelompok pria mabuk itu adalah kelompok pria keji yang tidak kenal takut. “Lepaskan dia!” Suara ini terdengar bersamaan dengan hentakan kaki seorang pria. Pria yang baru saja tiba itu langsung naik ke atas meja untuk kemudian mendaratkan kakinya di d**a pria B. Sontak cengkreman pria B itu pada Mo Qi Yue terlepas saat pria B itu ambruk ke lantai. Pertarungan tidak dapat dihindari. Pria yang baru saja datang itu langsung melayangkan pukulannya pada sejumlah pria mabuk. Dalam waktu sekejap semua pria mabuk itu tergeletak di lantai, tapi mereka nampaknya masih tidak mau menyerah. “Lancang! Apakah kalian tahu siapa yang sedang kalian lawan sekarang?!” Pria lain yang datang bersama pria penolong itu mengeluarkan suara yang menggelegar saat dia berkata, “dia adalah Chen Wangye, pangeran kedua negeri ini!” Para pria mabuk, “!!!” Mo Qi Yue, “….” Ya, yang datang untuk menolong Mo Qi Yue itu adalah Chen Wang dan pengawal pribadi Chen Wang, Jiang Xianji. Bukankah mereka sedang ada di ibukota Luoyang? Apa yang mereka lakukan di Provinsi X? “Apakah nona Mo tidak apa-apa?” Chen Wang berjalan mendekat ke arah Mo Qi Yue, tapi Mo Qi Yue sontak melangkah mundur. Mo Qi Yue tidak pernah bertemu dengan Chen Wang sebelumnya, tapi dia tahu dan dia ingat bahwa pria yang bernama Chen Wang-lah yang telah membuatnya menjadi gadis yang diolok-olok di ibukota. “Saya tidak apa-apa. Terima kasih atas pertolongan Wangye.” Kata Mo Qi Yue tanpa mengangkat kepalanya untuk menatap Chen Wang. Chen Wang diam sejenak, untuk sesaat dia memandangi wajah Mo Qi Yue. Dan kali ini adalah kali pertama Chen Wang melihat wajah cantik Mo Qi Yue dari dekat. “Wangye, saya harus permisi dulu. Sekali lagi terima kasih atas bantuan Wangye.” Mo Qi Yue menekuk lututnya sebelum akhirnya melangkah pergi. “Tunggu!” Chen Wang akhirnya sadar, dia segera memanggil Mo Qi Yue. Mo Qi Yue dan kelompoknya tentu saja tidak berani pergi. Mereka diam dan menunggu apa yang ingin dikatakan oleh Chen Wang. Mo Qi Yue sendiri merasa tidak enak hati. Dia merasa bahwa pertemuannya dengan Chen Wang hanya akan menimbulkan masalah. Sejujurnya Mo Qi Yue tidak pernah berharap untuk bisa bertemu dengan pria yang telah mencampakkannya. “Apakah ada hal lain yang ingin Wangye katakan?” Tanya Mo Qi Yue dengan suara lembut. Chen Wang tersenyum ketir, dia kemudian berkata, “benwang yakin nona Mo memiliki sesuatu untuk dikatakan padaku. Benwang dan nona Mo pernah terlibat pertunangan. Dan kita masih belum menyempatkan diri kita untuk membicarakan hal ini.” Ucapan Chen Wang ini sontak membuat para murid wanita yang tergabung dalam kelompok sangat terkejut, berbeda dengan Madam Mo dan Tong Nian yang sudah mengetahui hal ini. “Maafkan saya Wangye, tapi bukankah semuanya sudah berakhir satu tahun yang lalu. Saya merasa tidak ada hal lain lagi yang bisa kita bicarakan.” Suara Mo Qi Yue terdengar sedingin es. Chen Wang merasakan kelu di lidahnya dan untuk sesaat dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang ingin dia katakan. Mo Qi Yue, “saya permisi dulu Yang Mulia.” Untuk kali kedua Mo Qi Yue hendak melangkah pergi, tapi kali ini Chen Wang meraih pergelangan tangan Mo Qi Yue sehingga gadis itu tersentak. “Kita harus bicara.” Kata Chen Wang. Mo Qi Yue berusaha melepaskan cengkraman Chen Wang sembari berkata. “Tolong Wangye lepaskan tangan saya! Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi Wangye.” “Aku yakin nona Mo memiliki sesuatu untuk dikatakan padaku. Biarkan aku menjelaskannya padamu dulu. Ada kesalahpahaman di antara kita.” Chen Wang tidak mengendurkan cengkramanya. Mo Qi Yue, “tidak, saya mohon lepaskan saya!” “Lepaskan dia!” Teriakan Mo Qing Shan tiba-tiba terdengar. Entah sejak kapan dia turun gunung, tapi Mo Qing Shan kini telah berada di depan pintu rumah makan dengan aura yang mematikan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN