Xu Jia dan Tong Nian yang pergi ke arah yang lain dari Mo Qing Shan dan Mo Qi Yue akhirnya tiba di kaki gunung t*i Shan. Mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar sebelum akhirnya naik gunung.
Xu Jia adalah seorang pria yang tidak pernah berurusan dengan para gadis itu. Dia cenderung cuek dan mengabaikan mereka. Dan kali ini, untuk kali pertama, dia melihat gadis yang dibawanya menangis, jadi tidak heran jika Xu Jia merasa kebingungan.
“Tong Nian, berhentilah menangis. Nona muda akan baik-baik saja, tuan muda tidak akan membiarkannya terluka. Aku yakin jika mereka sudah ada di perguruan Wuji sekarang. Jadi ayo kita pergi sekarang.” Kata Xu Jia dengan putus asa.
“Tapi, tapi, tapi bagaimana jika mereka belum sampai? Huhuhu.” Tong Nian masih terisak. Gadis itu menolak memakan roti yang diberikan oleh Xu Jia dan lebih memilih meringkuk memeluk lututnya.
Xu Jia merasa bahwa separuh dari dirinya telah runtuh. Menghadapi bagaimana merepotkannya wanita, Xu Jia merasa bahwa dia tidak akan mampu untuk berurusan dengan wanita lagi di masa depan. Kenapa wanita selalu cengeng?!
“NianNian, ayo kita pergi. Jika kau tidak mau mendengarkan aku, maka aku akan menggendongmu ke atas kuda!” Xu Jia mulai tidak sabar.
Mendengar ancaman pengawal dengan sikap dingin macam Xu Jia ini, Tong Nian langsung patuh. Dia segera mengusap air matanya dan dengan enggan naik ke atas kuda dengan bantuan Xu Jia.
Sejujurnya kedua pelayan terdekat Mo Qing Shan dan Mo Qi Yue ini tidak pernah saling bertegur sapa jika tidak ada hal yang penting. Xu Jia adalah pria dengan karakter dingin dan masa bodoh. Selain pada Mo Qing Shan, Mo Qi Yue, serta tuan dan nyonya Mo, Xu Jia terlalu malas untuk berbicara. Dan karena hal ini pulalah Tong Nian menilai bahwa Xu Jia adalah pria yang menakutkan. Gadis itu menjadi semakin takut pada Xu Jia setelah kejadian kali ini.
Kedua orang itu akhirnya meninggalkan kaki gunung dan bertolak ke perguruan Wuji yang ada di atas gunung t*i Shan.
*/
Ibukota Luoyang.
Chen Wang baru saja mendengar berita dari pengawal pribadinya, Jiang Xianji, bahwa Mo Qi Yue telah meninggalkan ibukota bersama dengan Mo Qing Shan. Berita ini tentu saja langsung membuat emosi Chen Wang berubah, emosinya langsung jelek seketika.
“Untuk apa dia pergi bersama adiknya?” Tanya Chen Wang.
“Saya mendengar bahwa tuan muda Mo pergi untuk berlatih di perguruan Wuji demi mempersiapkan Ujian Kekaisaran yang akan berlangsung tahun ini. Dan nona Mo pergi untuk menemaninya Wangye.”Kata Xu Jia.
“Mo Qing Shan ini, apakah dia anak kecil?! Kenapa dia memerlukan kakak perempuannya untuk menemaninya?!” Ketus Chen Wang.
“Ah iya, Wangye, ada pesan dari Yang Mulia permaisuri bahwa Wangye harus masuk ke istana.” Lanjut Xu Jia.
Semenjak beberapa bulan yang lalu, Chen Wang tidak lagi tinggal di istana utama. Dia telah pindah ke Wangfu, dimana tempat seorang pangeran Kekaisaran seharusnya tinggal. Hal ini juga membuat Chen Wang sedikit lega karena pada dasarnya dia terlalu malas untuk bertemu dengan ibunya, Permaisuri Rong Yan.
Permaisuri Rong Yan akan selalu membahas masalah pernikahan jika dia bertemu dengan putra keduanya, Wang Shu alias Chen Wang. Sementara itu, Chen Wang sendiri bukanlah tipikal pria yang menyukai perjodohan. Dia membenci segala jenis perjodohan, dan karena hal itu pulalah Chen Wang membatalkan pertunangannya dengan Mo Qi Yue sebelum akhirnya dia memilih untuk menjadikan Mo Qi Yue sebagai Wangfei-nya lagi.
“Aku mengerti, aku akan pergi.” Kata Chen Wang dengan acuh tak acuh.
Sesampainya di istana, Chen Wang langsung pergi menuju ke istana Feng Huang, istana Permaisuri. Langkahnya baru saja menginjak halaman instana Feng Huang dan dia sudah dikagetkan oleh pelukan hangat seorang gadis muda.
“Gege, aku hampir tidak pernah melihatmu semenjak kau pindah.” Kata gadis itu dengan riang.
“Ai Lin, berhenti memelukku! Kau adalah seorang putri, jangan permalukan dirimu sendiri!” Chen Wang menasihati gadis muda itu.
Gadis muda itu adalah Chen Ai Lin, putri bungsu Kaisar Chen dan Permaisuri Rong Yan. Secara alami gadis itu adalah adik Putra Mahkota Chen dan Chen Wangye.
Chen Ai Lin atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Xiao Ai Lin adalah putri kekaisaran yang sangat disayangi oleh Kaisar dan Permaisuri. Selain itu menerima cinta yang besar dari kedua orang tuanya, Ai Lin juga menerima kasih sayang dari kedua kakak laki-lakinya. Selalu hidup dalam kemewahan dan dimanjakan, Ai Lin tumbuh menjadi gadis dengan sifat yang sangat manja. Semua keinginan Ai Lin harus terpenuhi, jika tidak, maka dia akan merengek atau bahkan mengancam kedua orang tuanya.
“Dimana ibu? Aku harus menemuinya.” Kata Chen Wang.
Chen Ai Lin enggan melepaskan pelukannya, kali ini dia memeluk lengan Chen Wang sembari menariknya untuk masuk ke dalam istana Feng Huang. “Ibu ada di dalam, kebetulan aku juga ingin menemuinya. Ayo masuk bersama ge.”
“Kalian sudah di sini?” Permaisuri Rong tersenyum sumringah saat dia melihat anak-anaknya datang.
“Ibu.” Chen Ai Lin segera melepaskan pelukannya dari lengan Chen Wang dan berlari kepelukan ibunya.
Melihat putrinya kembali bersikap manja padanya, Permaisuri Rong tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis. “Ya ampun, bayi ibu ini. Kapan kau akan menjadi dewasa? Ibu harus segera menikahkanmu.”
Chen Wang, sebagai putra kedua yang lebih dewasa dan bisa diandalkan sama sekali menolak untuk bersikap manja pada orang tuanya sejak dia masuk ke dunia militer.
“Sudah beberapa bulan berlalu semenjak pertunanganmu dengan Mo Qi Yue berakhir. Dan kali ini ibu merasa bahwa kau harus menemukan calon yang baru.” Kata Permaisuri Rong.
Chen Wang sudah tahu bahwa hal seperti ini akan terjadi. Dia benar-benar tidak habis pikir pada ibunya. Dia, Chen Wang, telah berulang kali menolak perjodohan dengan gadis lain, tapi nampaknya Permaisuri Rong tidak mengindahkan apalagi menghargai keputusannya.
“Ibu, sudah berulang kali aku katakan pada ibu bahwa aku tidak mau menikah dengan siapa pun kecuali dengan Mo Qi Yue.” Kata Chen Wang yang masih berusaha sabar.
“Chen Wang, apakah kau tidak malu setelah apa yang kau lakukan pada Mo Qi Yue? Kau membatalkan pertunangan kalian secara sepihak. Ingatlah bahwa kau adalah pangeran kekaisaran! Jangan mengemis!” Tegas Permaisuri Rong.
Chen Wang tidak bisa menahan emosinya, dia meninggikan suaranya saat dia berkata. “Jika bukan karena ibu yang menjelek-jelekkan Mo Qi Yue, maka tidak mungkin aku akan membatalkan pertunanganku dengannya. Ibu mengatakan bahwa dia hanyalah gadis lemah yang tidak bisa diandalkan!”
Ya, itu adalah ulah Permaisuri Rong Yan. Dia tidak mau berbesan apalagi menjadikan anak Mo Jianyu sebagai Permaisuri, jadi dia mengarang cerita buruk tentang Mo Qi Yue sehingga putranya menolak menikahi gadis itu. Tapi siapa yang akan menyangka bahwa Chen Wang mendapatkan fakta yang berbeda?
“Itu semua ibu lakukan karena ibu tidak mau kau menikahi gadis biasa sepertinya! Dengarkan ibu, ibu memiliki gadis yang jauh lebih baik darinya. Dia juga tidak kalah cantik dari Mo Qi Yue.” Permaisuri Rong masih berusaha bernegosiasi dengan putranya yang keras kepala, berharap jika Chen Wang mau menuruti kemauannya.
Xiao Ai Lin lebih penasaran daripada Chen Wang sendiri. Jadi dia bertanya pada ibunya. “Siapa yang ibu maksud?”
Janda Permaisuri Rong tersenyum dan dengan bangga berkata. “Kakak sepupumu, Song Zhu Rou.”
“Bukankah dia, dia masih keponakan ibu kan?” Tanya Xiao Ai Lin.
“Hentikan ibu!Benwang tidak akan menikahi Zhu Rou, dia masih sepupuku!” Kata Chen Wang.
“Dia memang keponakan ibu, tapi dia berasal dari keluarga jauh. Itu tidak masalah kan? Song Zhi Rou sangatlah cerdas, dan yang lebih penting, ayahnya bisa mendukungmu kelak nak.” Ujar Permaisuri Rong.
Sekuat apapun bujukan Permaisuri Rong, Chen Wang masihlah Chen Wang yang keras kepala dan sangat tidak menyukai jika dia harus dikekang. Pria itu sangat sulit untuk diatur, jadi tidak heran jika Chen Wang langsung menolak mentah-mentah niatan ibunya ini.
“Sampai kapan pun, jawabanku masih akan sama.Benwang tidak akan menikahi perempuan manapun kecuali Mo Qi Yue. Dan Benwang pasti akan mendapatkannya!” Chen Wang segera berdiri dari kursinya seraya berkata, “jadi ibu tidak perlu membuang-buang waktu ibu untuk memaksaku.”
Begitu menyelesaikan kalimatnya, Chen Wang langsung angkat kaki dari istana Feng Huang. Dia meninggalkan Permaisuri Rong dan Chen Ai Lin yang masih ingin mengatakan sesuatu.
“Ai Lin, tolong bujuk gege-mu. Kau sangat dekat dengannya.” Kata Permaisuri Rong sembari membelai tangan putrinya.
Ai Lin menggelengkan kepalanya dan berkata. “Ibu bisa menyuruh Yang Mulia Putra Mahkota, dia pasti mau menuruti ucapan gege Putra Mahkota.”
“Tidak,” kata Permaisuri Rong. “Mereka berdua tidak terlalu dekat. Gege pertamamu terlalu malas untuk beradu argumen dengan Gege keduamu. Kau tahu dengan pasti kan bagaimana sikap Chen Wang?”
Xiao Ai Lin menghela napas, “ibu sudah tahu hasilnya dan ibu masih mau mencoba peruntungan ibu? Sebaiknya ibu turuti saja kemauan gege kedua. Akan lebih baik begitu kan?”
“Tidak bisa, ibu tidak mau mengorbankan harga diri ibu dengan mengemis pada klan Mo!” Tolak Permaisuri Rong.
*/
Setelah dua hari berlalu, kondisi Mo Qi Yue telah berangsur-angsur membaik. Gadis itu telah sadar dari pingsannya.
“Bagaimana perasaanmu? Apakah kau merasakan sakit di suatu tempat? Aku akan memanggilkan tabib untukmu Jie!” Kata Mo Qing Shan dengan suara penuh kekhawatiran.
Tangan Mo Qi Yue tiba-tiba meraih pergelangan tangan Mo Qing Shan. Dan langkah Mo Qing Shan langsung terhenti karenanya. Mo Qing Shan berbalik untuk kemudian duduk di tepi tempat tidur. Suaranya terdengar sangat lembut ketika dia berkata, “kenapa? Apakah kau merasakan sakit?”
Mo Qi Yue menggelengkan kepalanya, dia masih terlihat sangat pucat dan lemah. Dengan suara yang masih parau, Mo Qi Yue berkata, “apakah kau baik-baik saja? Jiejie harap kau tidak terluka.”
Mo Qing Shan merasakan sakit di hatinya. Dia merasa tidak berguna karena telah gagal melindungi Mo Qi Yue. Mo Qing Shan tiba-tiba memeluk Mo Qi Yue, “maafkan aku karena tidak bisa melindungimu. Aku seharusnya tidak membawamu bersamaku. Aku…”
“Tidak apa-apa,” Mo Qi Yue segera menyela ucapan adiknya. Tangannya menepuk punggung Mo Qing Shan dengan lembut, “sudah seharusnya Jiejie melindungimu. Kau adalah adikku dan aku harus melakukan hal ini. Bukankah begitu?”
Mo Qing Shan tidak mengatakan apa-apa dan masih memeluk Mo Qi Yue. Pelukannya menjadi semakin erat dan dia merasakan ketenangan saat aroma tubuh Mo Qi Yue menyeruak di hidungnya.
“Kau bukan Jiejie-ku Liu Ru Shi. Di masa depan, aku mau aku lah yang melindungimu. Aku tidak akan membiarkanmu terluka. Aku berjanji padamu.” Kata hati Mo Qing Shan.