Tiga hari kemudian sebuah undangan diantarkan ke Mo Fu. Itu adalah undangan pesta ulang tahun Chen Ai Lin. Rencana dari permaisuri Rong Yan dan Song Zhi Rou nampaknya akan benar-benar berhasil.
Chen Ai Lin, selaku pemeran utama dalam pesta itu nampaknya tidak merasa terbebani. Ya, itu karena dia tidak tahu bahwa dibalik kebaikan ibunya itu ada rencana yang lain. Namun dia samasekali tidak keberatan karena Mo Qing Shan juga akan turut hadir di acara tersebut.
Kaisar Chen, selaku pemimpin negeri juga tidak keberatan. Dia biasanya akan menjaga citranya karena dia tahu rakyat akan mencemooh karena mengadakan pesta besar-besaran untuk putrinya. Namun karena kondisi negeri sangat baik, maka seharusnya tidak menjadi masalah untuk mengadakan pesta besar.
“Apakah pangeran dari negeri sahabat telah tiba?” Tanya Kaisar Chen pada Chen Wang.
Chen Wang, sebagai seorang pangeran kekaisaran yang mumpuni, dipercaya oleh kiasar Chen untuk mengurus keamanan pangeran asing yang akan datang.
“Ayah, apakah Ai Lin tahu akan hal ini? Jika dia tahu, aku ragu dia akan sangat marah.” Ucap Chen Wang.
Kaisar Chen mengangguk, “aku juga tidak akan membiarkan putri kesayanganku untuk pergi jauh. Itu adalah rencana ibumu, tapi ayah akan mencoba yang terbaik untuk bisa menahan Xiao Ai Lin.”
Kasih sayang Kaisar Chen pada Chen Ai Lin memang tidak diragukan lagi. Dia begitu mencintai putrinya, namun permaisurinya, Permaisuri Rong, menginginkan jika Chen Ai Lin menjadi seorang Wangfei.
Chen Wang sendiri tahu jika adik bungsunya itu menyukai Mo Qing Shan, dan dia samasekali tidak keberatan akan hal itu. Jika Mo Qing Shan menikah, maka jalannya untuk bisa mendapatkan Mo Qi Yue akan semakin mudah.
Begitu Chen Wang akan keluar dari istana Kaisar, Putra Mahkota Chen, Chen Ren Jun, datang. Putra Mahkota itu tampak terburu-buru, ekspresi wajahnya bahkan sangat suram seperti langit telah jatuh menimpanya. Apa yang telah terjadi padanya?
Chen Wang tidak banyak bertanya karena dia terlalu enggan ikut campur, jadi dia segera pergi begitu Chen Ren Jun tiba di istana Kaisar.
“Jun er, kau sudah di sini.” Kata Kaisar Chen.
Chen Ren Jun mengangguk, dia menundukkan kepalanya saat berbicara dengan ayah kekaisarannya, “ada hal penting apa sehingg ayah memanggilku?”
Dibandingkan dengan Chen Wang, Putra Mahkota Chen memiliki kepercayaan diri yang sedikit lebih rendah. Dia sangat takut pada Kaisar Chen, itulah sebabnya dia sangat kaku ketika harus berbicara pada ayahnya. Tidak seperti Chen Wang yang selalu percaya diri, Putra Mahkota Chen benar-benar takut pada ayahnya.
“Ada beberapa hal yang harus ayah sampaikan padamu.” Kaisar Chen melanjutkan setelah jeda sejenak, “kau adalah pewaris tahta, dan kau harus tahu hal yang berbahaya untukmu. Kau tahu kan bahwa ketika kau menjadi seorang kaisar, kau harus mampu mengemban tugas yang berat? Kau juga harus mengurusi hal-hal yang ayahmu ini tinggalkan nantinya.”
Chen Ren Jun menelan ludah, dia bertanya, “hal-hal seperti apa yang ayah maksud?”
“Ayah akan memberitahumu secara perlahan. Ayah akan mengatakan padamu semua hal, termasuk klan-klan yang harus kau waspadai. Dan itu harus kau mulai dari sekarang.” Kata Kaisar Chen.
Kaisar Chen masih sehat dan bugar. Dia masih bisa memerintah setidaknya sampai sepuluh tahun lagi, namun dia merasa bahwa Chen Ren Jun harus tahu seluk beluk terdalam dari dirinya. Ya, seorang Kaisar tentunya memiliki rahasia. Dan rahasia itu sama seperti senjata rahasia yang harus diketahui oleh penerusnya.
Entah apa yang diceritakan oleh Kaisar pada Chen Ren Jun, namun ketika pemuda itu kembali dari istana Kaisar, wajah pemuda itu menjadi pucat seakan-akan darahnya telah terserap habis.
Chen Wang kembali ke Wangfunya saat semua pekerjaannya di istana telah selesai. Begitu dia tiba, Song Zhi Rou datang untuk menyambutnya. Gadis itu kini tengah benar-benar memerankan peran seorang istri yang berbakti pada suaminya.
“Wangye, saya telah menyiapkan teh bunga krisan untuk Wangye. Mau kah Wangye mencobanya?” Kata Song Zhi Rou.
Chen Wang sudah lelah dan dia tidak mau berdebat, jadi dia hanya bisa mengangguk pelan seraya berkata, “bawa saja ke ruang kerjaku nanti. Aku akan mandi dulu.”
“Baik Wangye,” ucap Song Zhi Rou dengan ekspresi penuh kebahagiaan.
Gadis itu pastinya senang karena niat baiknya telah diterima oleh Chen Wang. Ya, perlahan-lahan namun pasti, Song Zhi Rou akan berusaha untuk menaklukkan hati Chen Wang.
*/
Dua hari kemudian, pesta ulang tahun Chen Ai Lin akhirnya digelar di istana. Para pemuda dan para gadis dari keluarga bangsawan datang satu persatu dengan kereta kuda mereka. Antrian panjang kereta kuda tidak pernah terputus.
Mo Qi Yue sendiri baru saja akan pergi dari Funya bersama dengan Mo Qing Shan dan Mo Nian Zhen. Ketiganya berencana berbagi kereta bersama.
“Maafkan aku, aku sibuk membuat diriku terlihat cantik walau pun hasilnya masih akan sama saja. Apakah kalian telah menunggu lama?” Mo Qi Yue tiba-tiba datang.
Mo Qing Shan yang sedari tadi duduk dengan ekspresi malas di wajahnya tiba-tiba berdiri. Wajahnya menatap Mo Qi Yue dengan penuh ketidakpercayaan. Mo Qi Yue, gadis itu cantik, di mata Mo Qing Shan, dia cantik. Tidak ada hari dimana Mo Qi Yue terlihat jelek di mata Mo Qing Shan. Dan malam ini, apakah gadis cantik itu telah berubah menjadi seorang peri?
“Astaga kau cantik sekali Jie! Kenapa aku harus menjadi adik sepupumu?” Mo Nian Zhen terlihat berbinar-binar, membuat Mo Qing Shan menatapnya dengan tatapan mematikan.
Mo Nian Zhen, “….”
“Apakah benar aku terlihat cantik?” Tanya Mo Qi Yue dengan ekspresi malu-malu.
Mo Qing Shan membuka mulutnya, ada seringai lembut di wajah pemuda itu saat dia berkata, “ibu kini menempati posisi kedua wanita tercantik di hatiku Jie.”
Mo Qi Yue terkekeh, “baiklah, mari kita pergi sekarang.”
Mo Qi Yue memang terlihat seperti seorang dewi. Gadis itu mengenakan hanfu berwarna merah muda pucat yang sangat cocok dengan kulitnya yang putih. Rambut hitamnya yang indah dan lurus tergerai, ada ornamen dan jepit rambut kecil uang dipakainya, membuat tampilan Mo Qi Yue semakin anggun. Gadis itu juga tidak memakai riasan yang berlebihan. Hanya ada riasan tipis yang terpoles di wajahnya yang memang telah cantik secara alami. Bibir merah delimanya kini ditutupi oleh pewarna alami berwarna merah muda. Kini bibir indah itu nampak seperti persik yang baru saja matang, tampak indah sekaligus menggoda.
Mo Qing Shan diam-diam tersenyum, nyatanya dia tidak pernah berhenti tersenyum. Dan yang paling membuatnya merasa bodoh adalah dirinya sendiri, ya, dia tidak bisa mengendalikan matanya untuk tidak menatap Mo Qi Yue.
Setelah perjalanan yang tidak lama, kereta keluarga Mo akhirnya sampai di istana. Mereka turun dan menunjukkan undangan mereka sebelum akhirnya masuk ke dalam aula perjamuan.
Tamu-tamu yang datang langsung teralihkan oleh kedatangan Mo Qing Shan, Mo Qi Yue, dan Mo Nian Zhen itu. Ya ,bagaimana tidak? Ketiganya nampak seperti mahkluk surgawi yang begitu mempesona, terlebih lagi Mo Qing Shan yang tampan dan Mo Qi Yue yang mempesona.
Chen Ai Lin juga telah memperhatikan kedatangan mereka. Dia dengan langkah gembira segera pergi menemui mereka. Matanya yang besar tidak pernah berkedip saat dia memutuskan untuk melihat Mo Qing Shan.
“Tuan muda Mo, Mo Qi Yue, kalian sudah datang?” Mata Chen Ai Lin menyapu Mo Nian Zhen dan dia mendengus, “kau juga rupanyanya.”
“Selamat ulang tahun putri,” Mo Qi Yue berkata sembari menyerahkan sebuah hadiah untuk Chen Ai Lin.
Mo Qing Shan dan Mo Nian Zhen tidak membawa apa-apa, jadi Mo Yi Que hanya mengatakan bahwa hadiah yang diberikannya itu dari mereka bertiga.
“Terima kasih, eh, nikmati makanannya,” kata Chen Ai Lin.
Mo Qing Shan selalu bersikap acuh tak acuh pada seseorang yang tidak menarik hatinya. Selain Mo Qi Yue, dia merasa bahwa tidak ada dunia lain di matanya.
“Tuan Muda Mo, kau benar-benar terlihat tampan malam ini,” Chen Ai Lin memujinya tanpa ragu.
Mata Chen Ai Lin sedang memberikan isyarat pada Mo Qi Yue, isyarat agar Mo Qi Yue dan Mo Nian Zhen pergi dan memberinya ruang bersama dengan Mo Qing Shan. Mo Qi Yue langsung menerima dan mengerti isyarat itu. Sejujurnya, dia merasa tidak enak karena harus meninggalkan Mo Qing Shan, dia tahu bahwa Mo Qing Shan tidak akan menyukai hal semacam itu. Namun kini Mo Qi Yue berada dalam situasi yang tidak bisa menolak. Bukankah dia harus memberikan sedikit wajah pada Chen Ai Lin?
“ZhenZhen, apakah kau makan kue? Ayo ikut Jiejie,” Mo Qi Yue menarik Mo Nian Zhen dengan ekspresi kaku.
Mo Nian Zhen terlihat sangat kebingungan saat ini. Namun dia masih mengikuti Mo Qi Yue, meninggalkan Mo Qing Shan yang menatap keduanya dengan tatapan kebingungan.
Mo Qing Shan menyipitkan matanya, namun dia samasekali tidak marah dengan apa yang dilakukan oleh Mo Qi Yue itu. Mo Qing Shan telah mengenal Mo Qi Yue dalam waktu yang lama, jadi wajar saja jika dia tahu bahwa saat ini Mo Qi Yue juga merasa tidak nyaman.
“Terima kasih atas pujian Gongzhu,” kata Mo Nian Zhen yang mulai bersikap santai.
“Apakah tuan Mo menyukai anggur? Jenis anggur apa yang tuan Mo sukai? Ayo, biarkan aku membawamu mencicipi beberapa anggur terbaik di istana ini,” Cheb Ai Lin hendak menarik lengan Mo Qing Shan, namun Mo Qing Shan secara refleks menghindar.
Mo Qing Shan menjawab. “Saya menyukai apapun Gongzhu.”
Sementara itu, Chen Wang yang telah menunggu kesempatan dimana Mo Qi Yue sendirian akhirnya bisa bergerak mendekati gadis itu. Ya, walau pun kini Mo Qi Yue tampak berdiri dengan Mo Nian Zhen, Chen Wang samasekali tidak sungkan untuk mendekatinya karena Mo Nian Zhen tidak merepotkan seperti Mo Qing Shan.
“Nona Mo,” sapaan Chen Wang ini membuat Mo Qi Yue terkejut.
Mo Qi Yue segera mengembalikan ketenangannya dan berkata, “Wangye.”
Mo Qing Shan, walau pun pemuda itu dengan diajak berbicara oleh Chen Ai Lin, namun pandangan elangnya tidak pernah lepas dari Mo Qi Yue. Matanya menangkap situasi dimana Chen Wang tengah mendekati Mo Qi Yue. Hatinya terbakar, namun dia tidak bisa bergerak karena Chen Ai Lin.
Selain Mo Qing Shan, mata Song Zhi Rou juga menangkap kejadian itu. Dia yang berdiri dengan Permaisuri Rong menatap tajam ke arah Chen Wang yang tengah mengobrol dengan Mo Qi Yue.