Part 6 (Permainan Sial)

1161 Kata
  "Permainan ini adalah awal dari segalanya." *** Keysha melotot. Dia melepaskan tarikan tangan Rexa. Apa-apaan ini? Kenal tidak, main tarik-tarik saja! Dan apa katanya tadi? 'Naik motor bareng?' Hai, Keysha Pratiwi bukanlah cewek sembarangan yang dapat duduk di motor cowok yang tidak dikenalnya. "Ayok, katanya mau ke rumah Pleura!" kata Rexa tak sabaran. "Sori, lebih baik gue kesana naik ojek online daripada sama lo." Keysha berujar ketus. Dia mengeluarkan ponsel berwarna goldnya lalu mencari aplikasi ojek online. "Mau naik ojek lo? Emangnya lo tau rumah Pleura dimana?" perkataan Rexa membuat Keysha berhenti mengetik sesuatu disana. Ya, benar apa yang dikatakan Rexa. Dia saja tidak tahu alamat rumah Pleura, lalu untuk apa dia memesan ojek online? "Lo ikut gue!" paksa Rexa. "Gak mau!" "Tenang, nggak bakal gue apa-apain kok. Gue cowok alim nggak ngerti yang gitu-gituan." "Kalau nggak ngerti gitu-gituan. Kenapa lo keinget 'gitu-gituan?' s***p lo ya." Keysha bergidik ngeri. "Yaudah deh, kalau lo nggak mau ikut gue. Gue duluan ya, lo ke rumah Pleura sendiri aja. Awas kesasar!" Rexa berlalu menuju tempat parkir. Namun sebelum Rexa pergi, dia membisikkan sesuatu ke telinga Keysha, "Gue denger sih ya, mitosnya kalau cewek sendirian disekolah terus itu dia pulang sendiri katanya sih nanti ada yang ngikutin. Serem ya." Mendengar itu Keysha menjadi parno. Astaga, dia benar-benar takut akan dunia spiritual. Keysha mengamati halaman sekolah yang sudah sepi. Apa benar yang dikatakan Rexa tadi? Ah, sudahlah kali ini seorang Keysha Pratiwi harus melawan gengsinya. "HEH LO, TUNGGUIN GUE!!!" *** "Awan, awan apa yang bikin seneng?" Hening. "Awanna be with you." gombal Rexa. Ya Sekarang, Keysha tengah duduk di jok motor yang dikemudikan oleh Rexa. Mau bagaimana lagi? Keysha menjadi parno saat Rexa menakutinya tadi. Alhasil Keysha menuruti permintaan Rexa. Lampu merah dan kemacetan, membuat Keysha kesal sendiri. Bagaimana tidak kesal? Disaat-saat seperti itu, cowok di depannya mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan terus-terusan menggombalinya. Keysha juga ingin mengutuk dirinya sendiri karena telah memberitahu namanya kepada Rexa. Keysha tidak keberatan jika Rexa memanggil namanya terus-terusan. Tapi ini? Rexa memanggil namanya dengan sebutan 'Key' yaitu sebutan yang merubah namanya. Bikin moodnya hancur saja! "Key, jangan diem gitu dong. Respon napa!" "Plis jangan panggil gue 'Key' karena itu merubah nama gue!" "Siap, Key!" Keysha mendengus kasar. Bodo amat. "Mobil apa yang bikin galau?" tanya Rexa lagi. "Gak peduli." "Gak peduli kok dijawab. Berarti itu peduli dong." Keysha hanya diam. Kesal sekali rasanya. "Ayok Key tebak, mobil apa yang bikin galau?" Hening. "Mobilang sayang tapi bukan pacar... Tembak tidak ya... Tembak tidak ya..." "Gue gak bakal kemakan sama gombalan lo!" sinis Keysha. "Dih, siapa yang ngegombal? Orang gue cuma tebak-tebakan! Yee... Ge-er dia!" Astagfirullah, Ya Allah. Mimpi apa semalem. "Jalan! Udah lampu ijo!" kata Keysha malas. "Yah, kok udah lampu ijo sih! Padahal gue lebih suka lampu merah. Tau gak kenapa?" "Gak." "Biar gue bisa lebih lama ngengombalin lo." *** "Tiiiit... Sampai." kata Rexa saat dirinya dan Keysha sudah sampai. Tidak mau berlama-lama, Keysha langsung turun begitu saja. Entah sudah berapa kali dia mengumpat kata-kata kebun binatang saat Rexa menggombalinya terus-terusan dijalan tadi. "Kok langsung turun sih Key? Bukannya bareng turunnya biar samaan." "Udah berapa kali gue bilang jangan panggil gue 'Key!' b***k apa gimana sih lo?" ujar Keysha kesal. Baru saja Keysha ingin mencak-mencak kembali, seorang bapak tua berseragam satpam menghentikannya. "Permisi, adek cari siapa ya?" "Saya temannya Alex. Ingat gak pak?" Rexa menaik turunkan alisnya. "Enggak." "Yaelah Pak, masa nggak inget sih sama Rexa Algio cowok terpopuler sejagat raya ini." Cuih, umpat Keysha. "Oh, Den Rexa, iya-iya Bapak inget Monggo masuk." satpam itu membukakan gerbang. "Key," Rexa menjulurkan tangannya. "Apa?" Keysha tak mengerti. "Pegangan tangan." "Dih, biar apa?" "Biar lo gak ke sasar." Keysha memutar bola matanya malas. Dasar modus! "Lama amat lo sampainya! Kemana aja?" seru Alex yang sedang mendrible bola basket. "Kencan dulu lah sama Key. Ya gak Key?" goda Rexa. "Enggak!" "Pleura mana Kak?" tanya Keysha pada Alex. "Di dalam, masuk aja." Keysha pun mengangguk, dia memasuki rumah itu. Sementara Rexa dia terlihat bingung saat punggung Keysha mulai menjauh. "Key, jangan tinggalin abang!" "Keysha!" "Jangan tinggalin gue, tetap disini temani Abang Key!" "KEY!" Alex menggelengkan kepalanya melihat kegilaan temannya yang sudah terlewat wajar itu. *** Keysha tengah menyalin mata pelajaran, dan juga membaca sebagian materi-materi kelas 11. Ya, niatnya ke rumah Pleura adalah untuk belajar karena ia tidak mau ketinggalan pelajaran yang disebabkan karena dia anak baru. "Pleura, ini rumah lo ya?" tanya Keysha sembari mencatat. Pleura menggeleng. "Loh, jadi rumah siapa?" "Rumah Kak Alex. Aku numpang tinggal disini." "Serius lo? Gila..." "Enggak gila lah Keysha, hehe. Tulis lagi Keysha mata pelajarannya biar cepat selesai." Pleura mengalihkan topik. "Sabtu, biologi, fi--" "HAI KEYSHA!!!" teriak Rexa tepat di depan Keysha. Sret... Kertas yang Keysha tulispun refleks robek karena Keysha terkejut. "Ih, robek kan! Padahal udah mau selesai nyatet nya! Kucing emang lo!" Keysha kesal setengah sadar. "Kalau gue kucing, lo jadi tikusnya ya. Biar kita bisa kejer-kejeran kayak Tom And Jerry." "Males amat gue ngejar lo!" "Yaudah gue aja yang ngejar lo. Lo cukup diam untuk gue perjuangkan." Keysha membuang wajahnya dari hadapan Rexa. Ya ampun, mengapa hari pertamanya menjadi anak baru harus tragis seperti ini dengan bertemu kakak kelas absurd? Rasanya, Keysha ingin pindah sekolah saja. "Kak Rexa, jangan gitu. Keysha lagi nyatet diem dulu ya." Pleura menasihati. "Oh lagi nyatet? Maaf deh gue gak tau Key." "UDAH BERAPA KALI GUE BILANG JANGAN PANGGIL GUE 'KEY!" Teriak Keysha. "Gak bisa, enakan manggil Key." "GUE GAK SUKA!" "GUENYA SUKA, GIMANA DONG?" "Apaansih ribut-ribut?" Alex datang. "Udah, udah. Daripada ribut-ribut gini, mending main truth or dare kuy!" ajak Pleura. Dia menjadi penengah diantara Rexa dan Keysha. "KUY!" *** Rexa, Keysha, Pleura dan Alex kini membuat lingkaran. Ya, mereka akan bermain truth or dare. Lian--asisten Alex, menaruh pensil di tengah-tengah lingkaran untuk menunjuk salah satu diantara mereka yang akan melaksanakan rules truth or dare. Ya, tadi Alex menyuruhnya untuk membantu memutarkan pensil itu. Benar-benar menyusahkan Lian saja! Pensil itu berputar. Dan... CK. Pensil itu menunjuk Rexa. "Siapa yang mau kasih rules ke Rexa?" tanya Lian. "Aku." jawab Pleura. "Truth or dare?" "Truth." Pleura tampak sedang memikirkan sesuatu. "Oke, cewek yang lagi Kak Rexa taksir siapa?" "Banyak dia mah, siswi kelas 12 hampir semuanya dia taksir." sewot Alex. "Apaan? Enggak ya, gue ini anti playboy-playboy club!" "Jawab, Kak." "Gue lagi naksir yang disamping kanan gue," Pleura dan Alex melihat seseorang yang berada disamping kanan Rexa. Dia. Keysha. "Wah, Kak Rexa naksir Keysha?" Rexa mengangguk. "Cie, Keysha. Baru masuk sekolah langsung disukain kakak kelas." Pleura tertawa. "Ih, Pleura diem ah, najis banget gue disukain sama dia." cibir Keysha. "Najis? Apa suka?" "APASIH!" "Pipi lo merah tuh." tunjuk Rexa. "Enggak ya!" "Lah, beneran merah." godanya lagi yang membuat pipi Keysha memerah. "Lanjut, ya." Lian berseru, dia memutarkan pensil tersebut. Dan Pensil itu menunjuk Alex. "Pleura kasih rules ke Alex!" ucap Lian. "Truth or dare?" "Truth." "Kak Alex, jujur ya. Menurut Kak Alex aku itu orangnya gimana?" kepo Pleura. "Lo jelek, bau, item, kudel, kumel, Iyuh." tutur Alex sarkas. Keysha menutup mulutnya menahan tawa. "Parah lo!" tawa Rexa pecah. "Ih, kok gitu sih?" Pleura tak terima. Alih-alih ingin membuat Alex romantis, yang ada malah Alex mengejeknya. "Ya emang gitu." kata Alex dingin. Ya, seorang Alex tetaplah Alex. Dia bisa menjadi pria yang romantis secara tiba-tiba, dan menjadi dingin juga secara tiba-tiba. Pleura mengakui itu. "Lanjut," Lian memutarkan pensilnya. Dan, pensil tersebut menunjuk Keysha. "Siapa yang mau kasih rules?" Dengan secepat kilat, Rexa mengacungkan tangannya tinggi. "Kok lo sih? Enggak lah, Pleura aja!" tolak Keysha. "Kan Pleura udah!" "Gak mau, bodo!" "Yaudah, amat!" "Keysha, gak apa-apa." kata Pleura lembut. "Oke Key, truth or dare?" "Dare." sahut Keysha malas. Dia tidak mau jika memilih truth. Keysha yakin pasti Rexa akan bertanya macam-macam padanya. Rexa tersenyum senang saat Keysha memilih dare. Dia akan memberi tantangan yang tak biasa untuk Keysha kali ini. Haha, tenang saja. "Dare-nya lo harus jadi pacar gue!" Untuk beberapa saat, jantung Keysha berhenti berdetak setelah mendengar dare itu. "Gak ada penolakan. Karena dalam permainan ini semua pemain udah setuju." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN