Di atas Awan

1003 Kata

"Endit, kenapa menangis, Nak?" Aku terkejut, ternyata Bunda melihat saat aku sedang menghapus air mata. Aku menoleh dan tersenyum tipis. Lalu menyenderkan kepala di bahu Bunda. "Endit menangis bahagia. Akhirnya meninggalkan semua ketakutan. Bertahun Endit berdoa untuk kebahagiaan dan ketenangan Bunda. Semoga di kota yang kita tuju akan Allah wujudkan." "Terima kasih, ya Sayang, kamu telah mendoakan Bunda. Terima kasih tak pernah berhenti memohon, Allah yang paling tahu saat terbaik mengabulkan doa kita." Bunda berucap sambil mengelus lembut kepalaku. Senyumku bertambah lebar. Kalimat tahmid berulang kusebut dengan lirih. Kembali kualihkan pandangan ke arah jendela sambil tetap menyandarkan kepala di bahu Bunda. Langit biru cerah dan sinar matahari yang kekuningan membentuk perpaduan y

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN