AROMA DAGING TERBAKAR

1037 Kata

"Endit, istighfar, Nak! Hilangkan ketakutan itu. Bagaimana kalau yang datang adalah Kakek dan Bunda. Kasian mereka kalau menunggu terlalu lama di depan rumah." Aku mengucapkan istighfar, lalu terdiam. Aku memikirkan kembali ucapan Nenek. Betul juga. Bisa saja ketukan di pintu itu dilakukan oleh Kakek dan Bunda. Mereka bisa jadi sudah kembali dari mengurus kepindahan Bunda ke Jogja. Aku pun berusaha bangkit dari kasur. "Nek, kita intip dulu saja. Endit ikut ke depan dengan Nenek. Endit tidak berani ditinggal sendirian di dalam kamar." Nenek menganggukkan kepala sambil membantuku untuk berdiri. Aku pun berjalan di samping Nenek. Mengikuti langkahnya menuju ke ruang tamu. Nenek menyibak kain gorden di jendela yang terletak di sebelah daun pintu. Aku juga mengikuti gerakan itu dan menempe

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN