Tapi Bara sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dengan langkah cepat, ia maju ke depan. Dan sebelum Aldo sempat berbicara lagi— BRUGH! Pukulan keras mendarat di wajah Aldo, membuatnya terhuyung ke belakang. Darah langsung mengalir dari sudut bibirnya. Kaia menjerit. “Kak!” Tapi Bara tidak peduli. Matanya berkilat penuh amarah. Nafasnya memburu, dadanya naik turun, rahangnya mengeras seperti baja. “Aku sudah memperingatkanmu, Aldo,” suara Bara bergetar karena marah. "Aku sudah memberimu kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Tapi ini yang kamu lakukan?" Aldo menyeringai meski darah masih mengalir dari bibirnya. Tatapannya tidak menunjukkan rasa takut. “Wah, Kak Bara rupanya peduli sekali. Apa karena Kaia, ya? Atau kamu sebenarnya cuma cari alasan buat merebut dia dariku?” BRUGH!

