Setelah sampai, langkah Bara yang keluar dari lift pun berhenti tiba-tiba di depan sebuah pintu besar. Dengan mudah, ia membuka pintu itu menggunakan kartu akses. Sebuah penthouse luas terbentang di hadapan mereka. Dindingnya dari kaca, menampilkan pemandangan malam kota yang penuh kerlap-kerlip lampu. Ruangannya sangat elegan, dengan lantai marmer berkilauan, sofa kulit mewah, dan lampu gantung kristal yang memancarkan cahaya lembut di atas kepala mereka. Kaia memandang sekeliling dengan ragu. Penthouse ini terlalu mewah, terlalu sunyi, terlalu... intim. “Kak, kita ngapain di sini?” tanyanya dengan suara bergetar, menatap Bara yang masih menggenggam tangannya erat. Bara melepaskan genggamannya perlahan, lalu berjalan menuju jendela besar. Ia berdiri memunggungi Kaia sambil memasukkan

