Pembasmi Serangga dan Jimat Keberuntungan

1622 Kata
Felicia kecewa bukan main begitu mendengar jika proyek yang akan diambil oleh sang ayah justru diberikan kepada Lucas, aktor dari World Entertainment. Padahal jelas-jelas pria itu bilang akan melakukan apa pun untuk dirinya agar bisa dekat dengan Dean Kartajaya. Namun, setelah mengetahui jika ayahnya tidak bisa diandalkan, Felicia mengambil langkah sendiri. Karena itulah dua hari yang lalu dia menghubungi sebuah perusahaan produksi yang selama ini mengajaknya bekerja sama dan menerima tawaran tersebut untuk mengangkat salah satu novelnya menjadi drama pendek level tinggi dengan syarat harus Jillian yang menjadi pemeran utamanya. Karena perasaan Felicia pula Dean mendapat ikan besar dan berpikir jika semua itu adalah karena Jenar. Perkataan Naga tempo hari agaknya benar-benar masuk dan meracuni otak pria itu hingga ke akarnya sampai-sampai pada pukul sembilan pagi, dia meminta sekretarisnya untuk membawa perempuan itu ke kantornya. Jenar sampai dibuat bertanya-tanya mengapa bos anti wanita itu memanggilnya untuk segera datang. Bahkan ketika langkahnya maju mengikuti Naga pun, dia memikirkan banyak hal sampai-sampai sulit untuk menepis semua itu. Langkah Jenar tiba-tiba berhenti dan dia meremas-remas jarinya sendiri. “Jangan-jangan dia mau menghitung kerugian yang aku sebabkan? Jangan-jangan gara-gara tadi malam dia banyak ketiban sial?!” Dia menjambak rambutnya sendiri dengan mata melotot. “Bagaimana kalau gajiku dipotong lebih banyak?!” Naga menghela napas melihat Jenar yang overthinking. “Tidak perlu khawatir. Suasana hatinya sedang baik, jadi aku yakin kamu tidak akan terlibat masalah. Jadi, cepat ikuti aku.” Jenar menggeleng dengan ekspresi cemas sampai kacamatanya bergerak turun. “Kamu bisa menjamin dan percaya padaku karena kamu lahir bulan desember di tahun babi,” kata Naga yang lagi-lagi membuat Jenar kebingungan karena tahun babi itu. “Anu … sebenarnya apa hubungan semua itu dengan tahun babi?” Jenar mengerutkan kening. “Pokoknya! Aku tidak siap menghadap Pak Dean!” Jenar membalikkan badan hendak berlari, tetapi dengan segera Naga menghentikannya sambil berkata, “Kalau kamu lari sekarang, yang ada kamu bakal dapat masalah. Jadi, selagi suasana hati Pak Bos sedang baik, jangan pernah sia-siakan.” Apa yang Naga katakan sayangnya sangat benar hingga mau tak mau Jenar kembali berbalik dan melangkah menuju ruangan presdir. Bila memang ini adalah hal baik, mungkin tidak akan menjadi masalah. Namun, masalahnya semalam Dean menggendong Jenar dari kantor ke tempat parkir, lalu dari tempat parkir ke ruang rawat ayahnya seperti pengantin baru. “Bisa gila aku ….” Setelah beberapa saat berlalu mengikuti langkah Naga, pria itu mengetuk pintu ruangan yang lantas disambut oleh suara Dean yang terdengar maskulin dan cukup untuk membuat bulu-bulu halus di sekujur tubuh Jenar berdiri. Naga mendorong pintu dan mempersilakan Jenar masuk hanya dengan isyarat. Pria itu juga tersenyum tipis seolah-olah tahu tidak akan ada masalah yang bakal terjadi. Dengan langkah pelan dan penuh keraguan, Jenar memasuki ruangan Dean yang benar-benar terasa dingin. Entah karena pendingin ruangan atau sosok yang duduk di kursi itu yang membuat keadaan menjadi dingin. “Permisi, Pak … apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Jenar pelan setelah tiba di hadapan Dean, menyisakan jarak dua meter dari meja. “Kau benar-benar lahir di tahun babi?” tanya pria itu. Jenar sedikit kesal karena lagi-lagi dia mendengar sesuatu tentang tahun babi sementara dirinya bukan seseorang yang percaya pada shio. Namun, dia mencoba untuk bersabar karena tahu dengan siapa dirinya berhadapan. “Ya, sepertinya begitu, Pak. Apa hubungannya saya datang ke sini dan shio–” “Apa kamu mau jadi asisten pribadiku?” tanya Dean cepat, sengaja memotong ucapan Jenar. DIa beranjak dari duduknya dan berjalan ke depan lalu kembali duduk di meja. “Maaf?” Jenar mengalihkan pandangan ke kanan dan kiri, merasa tak yakin dengan apa yang didengarnya barusan. “Apa kamu mau jadi asisten pribadiku?” tanya Dean lagi dengan lebih pelan dan penuh penekanan. “Saya? Asisten pribadi?” Jenar mengangkat kedua alis. “Bapak yang anti wanita ini–” dia sontak menutup mulut menggunakan tangan. “Maksud saya, saya mana berani soalnya saya masih baru dan tidak punya banyak pengalaman.” “Menjadi asisten pribadi tidak perlu banyak pengalaman,” timpal pria itu sambil menggaruk belakang telinga. “Karena kamu hanya perlu melakukan sesuatu yang aku suru.” Jenar tampak keberatan dan Dean menyadari hal itu. Namun, demi mendapat keuntungan dan membuktikan tentang ramalan tahun babi, dia harus berhasil menjadikan gadis itu menjadi asisten pribadinya, tidak peduli seberapa keras Jenar menolak. “Kalau kamu mau, akan aku anggap lunas utang ponsel yang kamu rusak tempo hari.” Jenar cukup terkejut dan terbuai jika gajinya tidak perlu dipotong demi melunasi utang sebesar dua puluh juta lebih, tetapi satu detik kemudian dia memejamkan mata, mengenyahkan godaan tersebut dan kembali pada realita yang mengatakan bahwa lebih baik potong gaji daripada menjadi asisten seorang bos seperti Dean Kartajaya. Aku lebih suka jadi manajer Jillian daripada jadi asisten pribadi yang cuma dianggap sebagai kecoak bau! Atau cuma jadi tukang usir kecoak! “Anu, maaf, Pak–” Ucapan Jenar terhenti ketika seseorang masuk ke ruang presdir dan itu benar-benar membuatnya terselamatkan karena artinya dia tidak harus menyanggupi tawaran Dean sekarang juga. Jillian melangkah masuk dengan langkah lebar dan alisnya terlihat menukik. Lelaki itu pasti sedang kesal akan sesuatu. Terbukti ketika dia berada tepat di depan Dean dan bersebelahan dengan Jenar, helaan napasnya terdengar jelas di telinga kedua orang tersebut. “Aku sudah meminta untuk ganti manajer baru, tapi kenapa sampai detik ini Jenar belum resmi menjadi manajerku?” Jillian menuntut penjelasan. Dia kemudian menoleh ke arah kanan dan menatap gadis berkacamata tersebut. “Ah, jangan-jangan kamu ke sini karena itu? Pak Presdir menyuruhmu menjadi manajerku?” “Bukankah kamu seharusnya sudah berangkat untuk bertemu staf dan kru drama?” Dean bertanya dengan kening berkerut. “Kenapa masih di sini? Aku sudah jelas meminta Anggraini bertugas, jadi jangan rewel dan segera berangkat! Jangan membuat masalah lagi!” Bukannya terintimidasi dan langsung pergi, Jillian malah melipat kedua tangan di depan dan berlagak sombong di hadapan Bapak Agensi tersebut. “Pak Dean masih belum kenal bagaimana watak artis Bapak yang satu ini?” Jillian menunjuk diri sendiri. “Aku tidak akan pergi sebelum Jenar menjadi manajer baruku.” Dean menggertakkan gigi dan melotot ke arah Jillian yang tersenyum sinis. “Anu ….” Jenar menyela sambil mengangkat tangan kanan. “Bukankah gawat kalau Jillian berulah lagi? Biar saya jadi manajernya, Pak! Saya pastikan Jillian akan menjadi aktor besar dan diakui oleh banyak orang karena kemampuan aktingnya!” Belum selesai Jillian membuat Dean kesal, sekarang Jenar membuatnya tambah kesal dengan caranya menolak seperti itu. Akan tetapi, apa yang gadis itu katakan juga benar. Perusahaannya pasti menjadi lebih buruk jika laki-laki itu berulah lagi dan membuat masalah dengan perusahaan film yang dengan spesial merekrutnya menjadi pemeran utama. Jenar menunggu jawaban Dean penuh harap dan ketika melihat pria itu menghela napas sambil memejamkan mata, dia menahan senyumnya dengan cara menggigit bibir. “Baiklah kalau itu maumu,” ucap Dean mengalah, “tapi hanya sampai proses syuting drama berakhir.” Jillian mencebik dan mengangguki tawaran Dean. Bagaimanapun juga, dia yakin jika Jenar akan terus menjadi manajernya sampai kontrak berhenti. “Oke. Ayo, Jen, kita harus segera berangkat ke tempat meeting.” “Baik!” Jenar berseru gembira sambil berbalik mengikuti Jillian. Namun, baru selangkah diambil, Dean memanggilnya. “Urusanmu belum selesai di sini,” kata pria itu yang sontak membuat Jillian berbalik dan melayangkan tatapan protes. “Hari ini kamu pergi dengan Anggraini. Dia sudah menunggu di tempat parkir bersama Rama.” Jillian berdecak kesal dan pergi begitu saja tanpa melihat jika Jenar tampak cemas. “Kembali ke sini,” pinta Dean agar Jenar kembali ke tempatnya semula. “Kelihatannya kamu lebih senang jadi manajernya daripada diangkat jadi asisten pribadiku.” “Ti-tidak, kok. Saya … saya cuma senang bisa jadi manajer artis terkenal seperti Jillian,” elak gadis itu dengan suara tergagap. Dean hanya tersenyum kecil. “Bagaimana kalau aku tawarkan gaji lebih besar?” Kedua mata gadis itu sontak melebar dan bisa Dean lihat jika warnanya berubah menjadi hijau, tipikal gadis mata duitan. “Pertama, utangmu kuanggap lunas. Kedua, kamu bakal dapat bonus setiap kali agensi ini menerima tawaran kerja sama dengan perusahaan lain.” Dean menaikkan sebelah alisnya, menatap Jenar yang tampak tergoda dan enggan menolak. Namun, dia harus tetap pandai-pandai memancing agar gadis itu menerima umpan dan berhasil digaet. “Bonus tahunan dua kali lipat dari karyawan lain, tunjangan umum yang jauh lebih besar dan–” “Saya mau, Pak!” Ini mungkin terkesan menantang maut saat bekerja langsung di bawah tekanan seorang Dean Kartajaya dan menjadi manajer Jillian dalam satu waktu, tetapi apa yang Jenar pikirkan sekarang ini adalah mendapat banyak uang agar orangtuanya bisa melunasi utang dan membuka kembali bisnis yang mandek karena hal tersebut. “Saya mau jadi pembasmi kecoak buat Bapak!” seru Jenar semangat sampai-sampai tidak menyadari ekspresi Dean yang kebingungan. Dia melangkah mundur setelah itu. “Saya juga akan jaga jarak supaya tidak bersentuhan dengan Pak Bos dan saya jamin Anda tidak akan ketiban sial!” Dean menarik napas dalam-dalam mendengar omong kosong Jenar yang membuat kepalanya panas. Dia memang selalu sial saat bersentuhan dengan wanita dan semua orang di agensi tahu hal itu. Akan tetapi, menjadikan Jenar sebagai asisten bukan untuk melindunginya dari serangga. Pria itu kemudian melangkah maju dan hanya dengan tiga langkah kaki saja Dean bisa tiba tepat di hadapan Jenar sampai-sampai gadis itu mencondongkan tubuh ke belakang hingga hampir terjengkang. Namun, Dean dengan cepat menahan menggunakan tangan kirinya tanpa ragu. “P-pak ….” Suara Jenar bergetar saat Dean menatapnya dengan sorot tajam dan dalam. Mungkin jika pria itu adalah pria baik hati dan penuh aura positif, Jenar bakal jatuh hati detik itu juga. Sayangnya, Dean adalah pria dingin dan punya pesona mematikan yang justru membuat gadis berkacamata tebal itu merinding ketakutan. “Kamu tidak akan jadi pembasmi serangga, tapi jimat keberuntunganku.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN