Kamu Itu Berharga

1670 Kata

“Pak Dean ini benar-benar bikin bingung.” Jenar memandangi langit-langit rumahnya yang tampak usang dengan noda berjamur di beberapa bagian. Dia sudah mencoba untuk tidak acuh dan menyalakan musik keras-keras di kamar, tetapi pikirannya tetap teralihkan pada kata-kata Dean yang entah mengapa membuat fokusnya terganggu. Berbantalkan kedua tangan, Jenar menggerakkan kaki kanannya yang menopang di sebelah kiri. Dia lalu mengembuskan napas panjang sebelum akhirnya beranjak bangun untuk mematikan alunan lagu yang memutar secara acak di playlist online. “Buat apa juga aku memikirkannya. Dia mau suka padaku atau tidak, bukan urusanku. Lagi pula aku yakin sekali kalau Pak Dean hanya menganggapku sebagai jimat keberuntungan.” Jenar turun dari ranjang sambil mengikat rambutnya dan keluar dari ka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN