“Kamu bilang punya tujuh?!” Dean tak berhenti melotot setelah itu. “Laki-laki yang menarik kursi waktu itu, mantanmu juga?” “Yang menarik kursi?” Jenar mengerutkan alis dan berpikir siapa yang Dean maksud. Tiba-tiba saja dia mengangguk. “Iya, dia juga. Namanya Haris.” “Memangnya aku tanya?” Dean membalas dengan nada kesal dan dia menyelimuti kepala sambil memejamkan mata. “Pulang saja sana. Mumpung masih sore. Aku tidak bisa mengantarmu.” “Ya, tidak apa-apa.” Jenar beranjak dari duduknya tanpa mengalihkan pandangan dari Dean yang seluruh tubuhnya berada di balik selimut. “Kebetulan tetangga saya bekerja di sekitaran sini, jadi kami bisa pulang bareng.” Dean bergumam tak acuh dan enggan melihat Jenar pergi. Namun, saat gadis itu menelepon seseorang, dengan cepat dia menyibak selimut. “