CHANDNI secepat kilat kembali ke tubuhnya dan bergegas bangun. Dia terduduk di dipannya, kembali berada di pemukiman di jurang. Pipi Chandni merah padam lalu mendesah sambil menutup wajah karena malu. Prapti muncul di sisinya dan segera mencecar, "Apa yang kau lakukan tadi? Kau seharusnya bicara dengan Tuan Imdad, tetapi kau malah ...." "Aku tidak tahu!" elak Chandni. "Semuanya terjadi begitu saja, sama seperti jika aku tertarik kembali ke tubuhku saat ada yang menciumku. Aku tidak bisa melawannya!" "Apakah kau sadar? Ini mungkin sebuah pertanda." Chandni menghunuskan tatapan tajam pada Prapti. "Pertanda apa?" selorohnya. "Pertanda bahwa kau dan Maharana Rajputana adalah pasangan jiwa." "Jangan bicara omong kosong, Prapti. Pasangan jiwa hanya ada dua belah, tidak mungkin sebanyak seli

