Rutinitas monoton yang hampir setiap hari Evelyn jalani, terkadang membuatnya bosan dan juga lelah. Pagi hingga sore bekerja di butik, lalu malamnya di apartemen. Terkadang ia ingin istirahat, menepi dari aktivitas yang itu-itu saja. Namun Eve ditampar oleh keadaan. Jika ia berhenti, maka kemungkinan tidak akan mendapat pekerjaan senyaman di butik. Dan berakhir pada hidupnya yang terkurung di apartemen mewah milik Arnesh. Atau mungkin berakhir di jalanan. “Semoga aku cepat kaya. Biar bisa bayar hutang Arnesh dengan cepat,” gumamnya. Setelah menenangkan pikiran yang sempat kacau karena bosan, Evelyn siap melangkahkan kakinya masuk ke ruangan Lady. Membawa laporan bulanan, sesuai dengan tanggung jawabnya. “Siang Miss Lady,” sapa Eve dengan sopan. “Siang. Silakan masuk, Eve.” Eve mendeka