Arnesh melepaskan kaca mata yang bertengger di hidungnya. Mengusap pelan kedua matanya yang terasa lelah. Seharian menatap layar laptop memberikan sensasi pedih dan juga berat. Selain indera penglihatan, badannya juga terasa pegal. Mungkin jika ia berbaring di kursi pijat yang ada di apartemen, rasanya pegalnya akan berkurang. Arnesh mengerang pelan. Bersandar pada kursi kerjanya sambil menarik pelan dasi yang digunakan. Ia melihat jam yang melingkar pada tangannya. Waktu menunjukkan setengah delapan malam. Segera ingin pulang untuk menyantap menu masakan buatan Eve. “Anda mau pulang sekarang?” “Iya. Saya sudah muak dengan suasana kantor.” Tirta mengangguk. “Dulu Anda muak dengan suasana apartemen sampai jarang pulang. Sekarang justru sudah berganti.” Arnesh tersenyum kecil. “Ada Eve