Senyum mengembang di wajah Eve ketika melihat keberadaan Arnesh. Pria itu tengah bersandar pada mobilnya, sambil memegang rokok. Namun ketika melihat kedatangan Eve, buru-buru rokok itu dibuang ke tanah dan diinjak. Seakan tidak ingin dimarahi oleh wanita itu. Melihat kelakukan Arnesh, raut wajah Eve berubah menjadi tatapan tajam. Ia tidak suka Arnesh masih melakukan kebiasaan buruknya. Padahal sudah sempat diberi peringatan, namun nyatanya masih sulit diterima. “Kamu ngerokok lagi?” Arnesh meringis malu. “Hanya setengah.” Eve menggeleng. “Tetap saja, sebaiknya jangan. Lebih baik makan permen.” “Baiklah, janji ini yang terakhir,” jawabnya “Kita pulang sekarang?” “Iya. Tapi kita ke supermareket dulu ya. Ada beberapa bahan makanan kamu yang habis.” “Kamu juga harus makan makanan yang