Tara hanya menatap layar ponselnya yang terus menyala. Benda penghubung itu masih tergeletak mengenaskan di lantai kamar hotel tempatnya menginap. Air mata masih menetes, sekalipun sudah tidak ada suara raungan yang keluar. Tara semakin mantap untuk segera mengakhiri pernikahan palsunya dengan Arga. Dia harus melakukannya untuk menyelamatkan hatinya sendiri. Tara mengusap kasar wajahnya. Wanita itu turun dari ranjang, kemudian berjalan ke arah lemari pakaian. Membuka lemari, Tara mengambil jaket lalu memakainya. D*danya sesak sekali. Tara merasakan pasokan oksigen di dalam kamarnya semakin lama semakin menipis. Dia harus keluar agar bisa bernapas dengan baik. Sambil merapatkan jaketnya, sepasang kaki bungsu Hutama itu terayun ke arah pintu. Tara tak lagi menoleh meskipun ponsel itu masi