“Aku minta maaf sudah berulang kali mengecewakanmu. Aku mencintaimu. Aku tidak berbohong. Aku … aku hanya—“Arga menghentikan kalimatnya. Pria yang tertunduk itu tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Arga tahu, dia sudah terlalu sering meminta maaf pada istrinya. Dia tahu Tara pasti muak mendengarnya terus menerus meminta maaf. Namun, dia sungguh tidak punya kata lain selain permintaan maaf. Apalagi ketika mengingat apa yang hendak ia minta dari sang istri. Tara diam tidak merespon. Wanita itu pun tidak menurunkan pandangan matanya. Tara menatap dinding kosong di sudut kamar. Seolah sudut kamar itu lebih menarik daripada menatap suami yang sangat ia rindukan. Saat ini orang yang begitu ia cintai kembali melukai hatinya. “Sayang, aku mohon … tolong terima anak itu. Dia … dia … dia … anakk