“Nah, itu Mas Arga pulang.” Tara tersenyum. “Aku beli sate, Mas. Sini, coba deh, beneran enak loh.” Tara tersenyum lebar menyambut kedatangan Arga. Wanita yang duduk di sofa ruang tengah bersama Sintya dan Bayu itu melambaikan tangan, meminta Arga untuk ikut bergabung. Arga mengerjap. Langkah kaki pria itu masih terpaku di tempatnya berdiri. Tarikan dan hembusan napas pria itu beberapa kali lebih cepat dari ritme normalnya. Arga bingung melihat Tara tersenyum lebar padanya. Bukankah Tara masih marah padanya? Apa rasa khawatir, cemas, galau selama seharian ini tidak ada gunanya? Tidak ada yang perlu ia cemaskan tentang wanita yang berstatus sebagai istrinya di atas buku nikah tersebut? Senyum Tara perlahan luntur saat bola matanya bergeser ke belakang tubuh Arga. Beberapa detik senyum it