“Lupakan mimpimu karena aku tidak akan pernah membiarkan kalian bersama.” Mulut Tara setengah terbuka sementara kelopak wanita itu bergerak cepat beberapa kali. Tara menatap lekat pria yang sedang bicara dengan emosi meluap-luap. Kulit wajah Arga bahkan sudah seperti terbakar. Merah padam. Sekali lagi Tara mengerjap. Sadar mulutnya sudah menganga terlalu lama, wanita itu buru-buru merapatkan kedua belah bibirnya. Otaknya sedang bekerja keras menelaah ucapan-ucapan Arga. Arga sudah membuka kembali mulutnya, namun urung mengeluarkan suara ketika Tara menahannya. “Tunggu.” Tara mengangkat satu tangan—membuat tanda agar Arga berhenti bicara. Alis wanita itu bergerak perlahan, hingga memunculkan lipatan halus di keningnya. “Tunggu, tunggu. Sebentar." Tara menghembus pelan karbondioksida kel