“Tante juga harus hati-hati. Anjing itu bisa saja tidur di tempat tidur Tante kalau Tante lengah.” Mulut Sintya terbuka. Kening yang sudah memiliki lipatan karena usia itu terlihat semakin berkerut. Sepasang matanya mengedip. Beberapa detik terlewat, Sintya merapatkan kembali sepasang bibirnya. “Anjing apa?” tanya Sintya yang tidak digubris oleh Tara yang sudah berjalan menjauh. “Apa dia sudah gila? Mana ada anjing di rumah ini?” Wanita itu berdecak. Sintya menoleh ketika tidak mendengar suara Ayu. “Yuk,” panggil wanita itu melihat wajah sang keponakan kulitnya merah padam. “Kamu kenapa, Yuk?” tanya Sintya bingung. Wanita itu masih memperhatikan ekspresi wajah keponakannya. “Tidak ada apa-apa, Tante. Aku ke dalam dulu,” pamit Ayu di ujung kalimat. Tara menyebutnya ‘anjing?’ Ayu menekan