Tara tersenyum begitu dua orang yang berdiri begitu dekat itu menoleh. Bukan dia tidak merasakan apapun ketika melihat Arga bicara dengan posisi sedekat itu dengan Ayu, serta terlihat begitu serius.
Di dalam d*danya terasa seperti ada api yang dengan cepat menyala-nyala. Akan tetapi, sekalipun gemuruh itu ada, namun Tara berusaha untuk meredam. Dia tidak ingin terlihat tidak berkelas. Langsung main teriak, labrak. Bukan seperti itu prinsip Tara dalam menghadapi masalah.
Tara berhenti mengayun langkah ketika tiba di depan meja panjang dapur. Sambil tersenyum wanita itu memegang tepi meja ketika merasakan kedua kakinya nyaris goyah. “Sepertinya sudah matang.” Tara mengalihkan pandangan ke arah kompor. Benda itu dalam keadaan mati, dan di atasnya ada wajan dengan nasi goreng yang masih men
