Beberapa hari kemudian Sena menyampirkan pashminanya di bahu, dan menatap makam Arata dan Natasha yang berdampingan. Setelah meletakkan buket bunga pada masing – masing makam, Sena hanya terpengkur cukup lama sembari menatap makam Arata dengan sorot mata kosong. “Hai, Sayang. Aku datang,” Guman Sena lirih. “Maaf aku baru datang mengunjungi kalian.” Sena menyeka air matanya yang mengalir dari kedua pelupuk matanya. “Bagaimana keadaan kalian di surga sana? Baik – baik saja bukan? Aku harap begitu.” “Kalian tau aku darimana? Ya, aku dari Indonesia. Awalnya, aku berencana mengunjungi Jessy temanku. Tapi tanpa terduga, aku bertemu Biru dan Rayyan. Ya, Biru anak yang pernah aku kandung dulu.” Sena menyeka air matanya yang menggenang di pelupuk mata. “Bukankah dunia ini luas? Mengapa aku harus