Spontan Dewi berteriak dengan suara lmelengking. Dewi menelan ludahnya dengan keras. Suara lembut Rangga yang tiba -tiba terdengar tepat di belakang punggungnya membuat tubuhnya refleks menegang. Tangan yang tadi hendak meraih gaun santai dari lemari kini terhenti di udara, gemetar. "Ngga …" suara Dewi serak, ia tidak berani menoleh. "Jangan dekat -dekat. Aku mohon." Namun, langkah Rangga justru semakin mendekat. Napas hangatnya sudah terasa menyapu kulit bahu Dewi yang masih polos tanpa penutup. "Aku gak bisa, Wi," jawab Rangga dengan nada lirih tapi mantap. "Aku gak bisa pura -pura seakan gak ada apa -apa. Kamu istriku. Tubuhmu ini milikku. Hatimu juga." Deg ... Jantung Dewi berdegup tak karuan. Ia menutup matanya erat -erat, berusaha mengusir bayangan kejadian semalam yang terus me