Permintaan Daren untuk bertemu Al tidak disambut baik. Bukan ditolak, Ezra bilang lain kali dan minta Daren untuk menunggu kabar darinya. Jengkel, tentu saja. Sampai sempat terpikir, mungkin akan beda tanggapannya kalau istrinya yang mengajak pria itu bertemu. Yakin Al pasti akan langsung mengiyakan. Bukan berprasangka buruk, tapi lihat saja ketika dia nekad menghadiri acara ijab kabulnya dengan Nay. Padahal Al tahu, ibarat dia masuk ke sarang macan. Tapi, harga diri dan rasa malu dia pertaruhkan demi bisa menyaksikan Nay menikah. Pun demikian ketika dia tiba-tiba muncul bersama Ezra di bar hotel. Kalau bukan untuk bertemu Nay, mana mungkin sudi Al meletakkan egonya untuk datang kesana. Namun, tak disangka jalan lain untuk bertemu Al terbuka lebar. Satu panggilan telepon dari papa mertu