Naraya menyantap dengan lahap menu makan siang yang disajikan Office Girl sambil sesekali mengusap pipinya yang basah oleh air mata. “Oooh … jadi tadi tangannya gemetar itu karena lapar.” Yang hanya berani Ghazanvar ucapkan di dalam hati. Jika dia katakan langsung, Ghazanvar khawatir piring yang sedang Naraya tekuni melayang ke kepalanya. “Sayang—“ “Diem, Nay lagi makan!” seru Naraya rendah tapi tegas. Ghazanvar pun tidak lagi bersuara, fokus menyantap makan siang bersama Naraya di meja sofa sambil duduk bersila karena Naraya belum bergerak dari tempatnya sedari tadi. Ghazanvar lantas memberikan tissue kepada Naraya sebab air matanya tidak berhenti mengalir padahal tidak terisak. Naraya menerimanya meski dengan gerakan kasar dan delikan tajam. Setelah menghabiskan makan siangnya, N