Bahagianya Mami Dan Papi

565 Kata
“Surawijaya itu mafia, Mi … dia gembong narkoba yang dapet pasokan dari Kolombia.” Mami yang duduk di sebelah papi menoleh dramatis. “Hah? Yang bener? Jauh amat relasi bisnisnya sampai ke Amerika Selatan.” Mami Zara tampak tidak percaya. Tidak heran papi Arkana mengetahui siapa Surawijaya karena beliau dekat dengan dunia hitam yang merupakan dunianya para penjahat. Papi menganggukan kepalanya meyakinkan mami. “Berarti keputusan mami melamar Nay udah paling bener ya, Pi ….” Mami menyerongkan posisi duduknya menatap papi. Mereka berdua sedang menikmati udara sejuk di rooftop rumah om Kaivan-adiknya papi Arkana. Sedangkan keempat anak mami papi tengah bermain golf bersama om Kaivan dan putra serta putri beliau di halaman belakang rumah. Papi menatap mami begitu dalam, mami paling benci jika sudah ditatap seperti itu oleh papi karena pasti papi memiliki firasat buruk. “Aku takut Ghaza dan Nay mengalami apa yang pernah kita alami dulu.” Papi mengatakannya di dalam hati. “Piii …,” panggil mami jadi penasaran apa yang sebenarnya sedang papi pikirkan. Papi mengembuskan napas berat, bibirnya lalu menyunggingkan sebuah senyum lantas memeluk mami. “Kenapa sayang?” Papi pura-pura tidak mengerti maksud mami. “Kenapa ngeliatin Mami kaya gitu? Apa yang Papi pikirkan?” Mami bergumam di d**a papi. “Mami cantik, masih sama seperti dulu kita pertama kali bertemu jaman SMA yang mami jutekin papi itu lhoooo ….” Papi mengalihkan pembicaraan. Menurut papi belum waktunya mami tahu apa yang sedang mengganggu pikirannya, tapi suatu saat akan papi ceritakan bila gerak-gerik Surawijaya mulai mencurigakan. “Aaaah … Papi mah gombal!” Mami mengerutkan wajahnya dengan bibir mengerucut selalu tampak menggemaskan di mata papi. Ponsel mereka berdua berbunyi secara bersamaan saat mami sudah menegakan punggungnya. Mami merogoh tas mencari ponsel sedangkan papi mengulurkan tangan meraih ponsel yang diletakan di atas meja di samping satu cangkir kopi yang sudah mendingin. Keduanya lantas sibuk dengan ponsel masing-masing selama beberapa saat sampai akhirnya saling menatap kemudian tersenyum lebar. Tawa bahagia mami dan papi tercetus selanjutnya. Bagaimana tidak bahagia, akhirnya putra mereka akan menikah dan semoga saja dengan pernikahannya itu Ghazanvar bisa melupakan Zaviya. Mami dan papi baru saja mendapat pesan dari Ghazanvar yang berisi foto Ghazanvar dengan Naraya beserta kalimat pemberitahuan kalau mereka sudah resmi berpacaran. Walaupun semua orang menduga bahwa Naraya akan memilih Ghazanvar dari pada Surawijaya tapi tetap saja dugaan tersebut masih belum pasti sebelum Naraya yang memutuskan sendiri. Dan sepertinya kalimat pesan yang dikirim Ghazanvar barusan adalah jawaban Naraya atas pilihannya. Mami dan papi tidak tahu saja kalau Ghazanvar harus berpikir keras menyusun kalimat yang masuk logika Naraya untuk meyakinkan gadis itu agar mau menikah dengannya. Mami dan papi melakukan tos kemudian melanjutkan tawa mereka yang semakin renyah sembari bersandar nyaman di sofa berlapis bantalan empuk. “Sebentar lagi kita akan punya cucu, Pi ….” Mami berujar setelah tawanya mereda. “Hem ….” Papi bergumam merespon. Mami menggenggam tangan papi lalu bersandar di pundak beliau yang lebar. Dan kecupan dalam mami dapatkan sampai mata mami terpejam disertai bibirnya yang tersenyum lebar. “Mami nanti bicara sama Nay, biar dia yang memberikan sejumlah uang itu kepada pamannya dan Surawijaya … kasih tahu Nay juga agar enggak memberitahu siapapun dari mana uang itu berasal.” “Okeh,” kata mami mengangkat jempolnya. Untuk bagian strategi dan taktis, mami selalu mempercayakannya kepada papi karena suami tampannya itu paling peka dan seperti cenayang—bisa memprediksi masa depan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN