Lembar 9. Hadiah yang Membuat Hawa Kaget

1844 Kata
Setelah obrolan malam itu, Hawa merasa lebih nyaman dengan suaminya. Sudah tidak terlalu canggung lagi jika bertemu dan berbicara. Apalagi Arion benar-benar sangat menghargainya. Tidak pernah sekalipun memaksakan kedekatan mereka. Tapi siang itu, kondisi Rumah Hawa cukup heboh karena Hera ikut membuka hadiah yang dibawakan oleh keluarga Arion. "Mbak ini set perhiasan mahal banget tau. Tadinya aku nggak berekspektasi tinggi karena dibungkus Papperbag biasa. Tapi ini mahal banget mbak. Benarkah suami mbak cuma petugas kebersihan biasa?" Hera yang anak gaul dan banyak bermain sosial media langsung mengetahui merek yang tertera di Box set perhiasan yang diberikan Wendy dan Regarta untuk menantunya itu. "Masa sih? mungkin ini tiruannya." Marina masih belum mau percaya kalau perhiasan yang diberikan untuk sang prutri memang mahal. "Nggak mungkin, Barcodenya bisa di Scan. Lihat ini." Hera menunjukkan ponselnya yang baru saja memferivikasi keaslian barang itu. "Mahal sampai berapa juta? Sepuluh juta?" tanya Marina Kepo. "Masalahnya bukan jutaan lagi Bu. Lihat sendiri harganya!" jawab Hera sambil menujukkan harga yang tertera dari Set perhiasan dari merek ternama itu. "Tiga Milyar?" Marina dan Hawa berteriak bersama saking kagetnya. Hera mengangguk dengan ekspresi yang masih tidak percaya juga. "Nggak, ini mungkin tiruannya." Hawa berusaha berpikir positif untuk tidak terlalu berharap karena takut mereka hanya salah paham saja dengan harga barang pemberian Wendy itu. "Di Mall dekat Resort, ada toko yang bisa kita tanyai soal keaslian barang ini. Mau coba kesana?" tanya Hera yang kepo akut. "Ayo kita pastikan apakah pangerannya mbak Hawa itu masuk sekte upik abu atau sekte Putra Mahkota." Hera semakin memanasi. Marina sendiri langsung meletakkan kotak perhiasan itu di meja dengan tangan sedikit gemetar setelah mengetahui harganya. "Oke, ayo kita buka hadiah yang lain dulu." Marina menghentikkan obrolan kedua putrinya karena dia ingin berusaha berpikir menantunya adalah orang biasa. Hadiah lain berupa beberapa Setel baju yang mereknya juga di jual di Lombok. Sementara hadiah untuk Heru dan Marina berupa voucher belanja yang nilainya tidak tergolong fantastis tapi cukup besar dan beberapa makanan ringan yang dibungkus dengan berkelas. Hera bisa melihat makanan ringan dan baju-baju yang dikirim itu bukan termasuk golongan barang-barang murah. "Jika set perhiasan ini hanya tiruan, meskipun aku yakin delapan puluh persen ini asli, mungkin saja keluarga suami mbak Hawa di tipu pas beli ini. Karena terlihat semua barang yang mereka berikan bukan barang-barang murah. Makanan ringannya aja kualitas kelas atas semua yang kita nggak mungkin beli karena sayang uangnya. Itu artinya, mereka benar-bener menghargai keluargan kita. Tapi kalau perhiasan ini terbukti asli, Hera merasa sangat lega. Karena sepertinya mbak Hawa disayang mertua meskipun belum pernah ketemu." Kesimpulan yang diutarakan oleh Hera membuat Hawa tersenyum. Marina benar-benar ingin menangis karena barang seserahan yang diberikan oleh keluarga Aryo ktika lamaran bahkan tidak bida dibandingkan dengan hadiah dari mertua Hawa sekarang. Marina tidak pernah berharap besar mengenai pernikahan putrinya. Karena itu dia dan Heru tidak menuntut mahar tinggi saat Aryo melamar Hawa. Tapi setelah kehilangan calon menantu yang dulu dia pikir adalah pilihan terbaik putrinya, dia justru dikejutkan dengan kebaikan dan kehangatan keluarga Arion. "Sebenarnya mereka berdua, baik Prince maupun Leo, wajahnya tidak terlihat seperti orang miskin. Apalagi setelah Reigha datang. Meskipun pakaian mereka tergolong sederhana, Ibu benar-benar sulit percaya mereka orang miskin." ucap Marina mengeluarkan unek-uneknya. "Huum, aku juga berpikir kaya gitu." Hera menanggapi. "Hawa, kamu harus tahu kalau orang kaya itu biasanya penuh rahasia. Bukan tipe keluarga yang bisa di tunjukkan ke sembarang orang kaya keluarga kita. Karena itu, ibu harap kamu tidak marah pada Prince, seandainya kecurigaan kita benar kalau dia orang kaya. Kita akan lihat bagaimana sikap ibu dan neneknya nanti. Jika kamu tidak nyaman dengan mereka, maka Ibu akan mencari alasan agar kamu tidak ikut pergi ke Jakarta." Marina terlihat penuh kekhawatiran. "Hawa mengerti Ibu." balas Hawa sambil memberikan senyuman menenangkan. "Kalau set perhiasan ini asli, mereka jelas bukan orang sembarangan Bu. Karena yang bisa beli Set perhiasan ini cuma orang-orang tertentu yang biasa dibilang pelanggan VVIP saja. Meskipun Hera juga merasa khawatir, tapi melihat sikap mas Prince selama ini, kelihatannya tidak pura-pura. Dia sopan, baik dan jauh lebih menghargai mbak Hawa dibanding mantan laknatnya mbak Hawa yang nggak mau lagi aku sebut namanya. Karena itu sebaiknya kita jangan terlalu berpikiran negatif dulu." ucap Hera diangguki Marina dan Hawa. "Kalau gitu, ayo kita coba." "Hmm?" "Kita bawa cicinnya saja ke Mall buat kita cari tahu keasliannya." ucap Hawa diangguki Hera dengan semangat. "Pulangnya jangan sore-sore Hawa, pokoknya kamu harus udah ada di rumah kalau suami kamu pulang. Itu adalah hal wajib buat istri. Dan sebelum pergi, kamu harus ijin dulu sama Prince!" perintah Marina tegas. "Iya ibu, Hawa tahu kok." balas Hawa sambil merapihkan kembali semua barang yang kemarin dibawa oleh Reigha dan menyimpannya dengan rapih di kamar. "Mas Rion, hari ini aku mau main ke Mall deket Resort sama Hera Boleh?" Hawa mengirimkan pesan pada suaminya sambil tersenyum. Setelah berbicara banyak semalam, Hawa akhirnya tahu kalau umur Arion ternyata jauh lebih tua darinya. Karena itu Hawa memanggilnya Mas. Panggilan Prince juga akhirnya Hawa ganti dengan Rion. Karena menurutnya itu nama yang lucu. Arion juga tidak keberatan dengan hal itu. "Boleh Hawa. Hati-hati di jalan yah. Pakai aja Atm yang semalam mas kasih. Jangan lupa jajanin Hera." balasan Arion datang sangat cepat, seolah laki-laki itu selalu menantikan pesan dari Hawa. "Gimana kalau aku habisin mas? habisnya ditawarin sih." balas Hawa menggoda. "Habisin aja kalau kamu bisa." Jawaban Arion membuat Hawa terkekeh geli, karena suaminya mengirimkan emoticon meledek juga. "Jangan marah loh kalau beneran aku habisin." balas Hawa lagi. "Nggak marah! kalau habis nanti aku kasih lagi." "Ciee udah senyum-senyum sendiri kaya orang gila." hera meledek dari arah pintu. "Kayaknya baru kali ini Hera melihat mbak kelihatan kaya orang jatuh cinta. Dulu waktu sama mas Aryo, mbak Hawa kelihatan kaya nggak punya pacar." komentar gadis itu lagi. "Udah sana ganti baju, mbak Hawa udah dikasih ijin dan bahkan dikasih uang buat jajan juga." balas Hawa senang. "Beneran? berapa banyak mbak? aku boleh jajan nggak?" hera juga terlihat sangat senang. "Nggak tahu berapa banyaknya sih, soalnya mas Rion ngasih atm dan pinnya sama aku." balas Hawa sambil menunjukkan kartu Atm yang diberikan oleh Prince. "Gila! Mbak Hawa dapat Sugar Daddy." teriak Hera sambil berlari masuk ke kamarnya dan buru-buru berganti baju. Hawa sendiri masih senyum-senyum melihat kartu Atm yang semalam diberikan oleh Arion padanya dengan ekspresi yang canggung. Terkadang suaminya itu bisa terlihat sangat menggemaskan sampai Hawa ingin selalu menggodanya. "Nolnya beneran ada sembilan. Gila banget! Pantesan aja dia sombong nyuruh mbak Hawa buat abisin." Hera menatap takjub ke arah layar Atm yang menampilkan saldo dari Atm yang Arion berikan. "Gimana kalau nama belakang Setyo Aji yang dipakai mas Prince itu beneran mbak? Kayaknya Hera nggak bisa bayangin deh kalau kakak ipar Hera beneran Setyo Aji." ucap Hera sambil bisik-bisik. "Mungkin saja mas Rion selama ini sangat giat bekerja dan irit, makanya duitnya sebanyak ini." Hawa masih belum mau percaya pada kenyataan yang sebenarnya sudah sangat jelas itu. "Tukang bersih-bersih mana yang bisa ngumpulin duit sampai sembilan milyar?" tanya Hera heran dengan ekspresi tidak masuk akal. "Ayo kita jangan banyak pikiran, sebaiknya kita belanja saja. Mas Rion bilang kamu juga boleh beli apapun. Tapi meski begitu, kamu tetep harus tahu diri Hera. Nggak boleh ngelunjak!" Hawa memperingatkan. "Hera tahu mbak." balas adik Hawa itu dengan patuh. Keduanya saling pandang dengan senyuman, ketika uang dua juta yang mereka tarik dari Atm Arion benar-benar keluar. Tadinya mereka masih tidak percaya kalau nominal yang mereka lihat adalah nominal yang sebenarnya. Tapi ketika dihitung lagi jumlahnya setelah mereka mengambil dua juta tadi, ternyata jumlahnya sesuai dengan hitungan mereka sejak awal. Dua kakak beradik itu meninggalan mesin Atm dengan perasaan yang berdebar. Tujuan pertama mereka adalah toko berlian yang ada di Mall besar itu. Awalnya petugasnya sedikit kurang ramah karena pakaian Hawa dan Hera yang terlihat biasa. Tapi setelah Hawa tidak sengaja memperlihatkan Kartu yang dia dapat dari Arion, pelayan toko berlian itu langsung memanggil Managernya. Hawa dan Hera kaget sekali karena mereka langsung dibawa ke ruang VVIP. "Ada yang bisa saya bantu Nona. Nama saya Stevani, saya adalah manager di cabang ini." tanya petugas disana dengan ramah. "Ah itu mbak, sebenarnya saya datang hanya ingin bertanya saja." "Baik." " Saya baru saja menikah, terus keluarga suami saya memberikan satu set perhiasan. Saya hanya ingin memastikan keasliannya." Hawa berbicara sopan. "Tentu saja Nyonya, kami akan bantu apapun kebutuhan Nyonya." Stevani membalas Ramah. Hawa kemudian mengeluarkan kotak cincin di dalam tasnya. Melihat logo di kotak cincin itu saja, Stevani sudah tahu kalau yang akan ditunjukkan oleh Hawa adalah perhiasan ekslusif yang hanya bisa dibeli oleh pelanggan VVIP saja. Karena ada perbedaan pada Logo di kotak barang Ekslusif dan barang biasa. Dan begitu dibuka, Hera bisa melihat mata Stevani terlihat berbinar seolah tidak percaya. Dari sana saja, Hera sudah tahu kalau perhiasan kakaknya adalah asli. "Ini adalah seri Blue Saphire yang sangat langka. Di lihat dari nomor seri di cincinnya, ini adalah set eklusif yang dipesan secara khusus. Berliannya juga berbeda dengan seri Set Blue Saphier yang tertera di katalog online atau Offline. Sepertinya jenis berlian yang ada di sekitar batu Blue Saphier ini juga dipesan secara khusus." Stevani menjelaskan dengan detail. Pecinta perhiasan itu sampai takjub dan merasa beruntung karena bisa melihat barang langka itu. "Kalau boleh tahu, rentang harga satu setnya sampai berapa yah mbak?" Hera bertanya dengan penasaran. "Sekitar sepuluh sapai lima belas." jawab Stevani ramah. "Juta?" "Milyar!" ucap Stevani sambil tersenyum lebar karena ekspresi Hera cukup menggemaskan dimatanya. "Sepertinya suami Nyonya, bukan dari keluarga sembarangan." Stevani menambahkan lagi. Hawa merasa lemas seperti akan pingsan, karena harganya ternyata bukan tiga milyar melainkan diatas sepuluh milyar. Sementara Hera sendiri seperti sudah yakin sekali kalau kakak iparnya memang Setyo Aji yang asli. Gadis itu merasa senang karena nantinya dia bisa mengolok-olok Aryo dengan puas. "Kalau begitu terimakasih banyak mbak Stevani, Kami akan pamit. Maaf sudah merepotkan." pamit Hawa dengan sopan. "Tidak merepotkan sama sekali. Saya justru senang karena bisa melihat secara langsung perhiasan langka yang anda punya. Tapi sebaiknya anda menggunakan pengawalan jika ingin menggunakan perhiasan anda, atau jangan terlihat terlalu mencolok." Stevani memberikan saran dengan ramah, karena dia tidak melihat ada pengawal satupun yang mengiringi Hawa, padahal mereka membawa barang langka dan kartu Atm Eklusif yang hanya dimiliki para Konglomerat. "Terimakasih banyak sarannya mbak Stevani. Permisi." balas Hawa sambil menarik adiknya keluar. "Sebaiknya kita pulang!" Hera dan Hawa berbicara secara bersamaan dengan ketegangan yang bisa dilihat dari masing-masing wajah mereka. "Iya, kita pulang saja dan berbelanja lain waktu saja." ucap Hawa dengan senyum yang dibuat-buat. Dia memeluk erat tas yang dia bawa, karena takut akan dirampok. Setelahnya mereka naik taksi dengan aman dan mendesah dengan lega begitu sampai di rumah. Setelah mengetahui harga cincin yang diberikan oleh keluarga Arion, mereka tidak berani naik angkot, seperti saat mereka berangkat tadi. "Ibuuuuuuuu!" Hawa dan Hera berteriak sambil berlari masuk ke dalam rumah. "Apa sih teriak-teriak? Loh kok udah pulang, bukannya katanya mau jalan-jalan? Nggak di ijinin sama Prince?" tanya Marina bingung melihat dua putrinya pulang dengan wajah yang tegang. "Atau terjadi sesuatu di jalan? Kalian kenapa?" tanyanya sedikit panik. "Bu, kelihatannya menantu ibu beneran orang kaya yang nyamar." ucapan Hera membuat dahi Marina berkerut. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN