Lembar 8. Obrolan Ringan yang Merubah Keadaan

2021 Kata
"Sebelumnya perkenalkan, nama saya Reigha. Saya adalah kakak sepupu dari anak nakal ini. Mohon bantuannya jika kedepannya Prince kami membuat kalian repot." Reigha memperkenalkan dirinya dengan ceria, demi membangun suasana yang menyenangkan karena Hawa terlihat sangat tertekan. "Kakak sepupu? kita hanya beda beberapa bulan saja." Arion merasa tidak terima dengan menggemaskan. Selama ini mereka memang selalu mendebatkan siapa yang menjadi kakak. "Lihat! beginilah sifat aslinya Hawa. Saya harap kamu bisa bersabar dengan si pemarah ini." ucapan Reigha dengan senyuman jahil, mengundang kekehan Hawa dan Marina karena Arion terlihat kesal. Heru juga tersenyum, karena Reigha dan Arion terlihat sangat akrab dengan kehangatan yang menyenangkan untuk di lihat. "Salam kenal juga mas Reigha, nama saya Hawa. Saya minta maaf atas keributan yang terjadi tadi." balas Hawa lembut. Marina dan Heru juga memperkenalkan dirinya dengan ramah karena Reigha terlihat sangat menyenangkan. "Itu bukan masalah, sudah jelas kamu tidak salah. Mereka saja yang menyebalkan. Dan tenang saja, keluarga kami tidak menyebalkan seperti mereka." balas Reigha ramah. "Ini adalah beberapa barang titipan dari Ayah dan Ibunya Prince buat Hawa. Yang sebelah sini adalah titipan dari nenek dan kakek untuk pak Heru dan Bu Marina. Mereka minta maaf karena tidak bisa datang secepatnya. Kesehatan nenek juga sedikit butuh perhatian. Karena itu saya harap pak Heru dan Bu Marina tidak berpikiran yang Negatif. Dalam minggu ini, ibunya Prince akan datang bersama Nenek saya lebih dulu. Baru ketika Hawa siap untuk pindah ke Jakarta dan pekerjaan Prince sudah selesai disini, seluruh keluarga akan datang untuk menjemputnya." Reigha menjelaskannya dengan sopan, agar tidak terjadi kesalah pahaman. "Nak Reigha, kami justru yang merasa tidak enak. Takut kalian salah paham karena siatuasi pernikahan yang seperti ini. Saya sendiri yang akan menjadi jaminan, kalau putri saya tidak akan mengecewakan keluarga nak Prince dan Nak Reigha. Saya juga akan menjamin, kalau Hawa tidak akan pernah berhubungan dengan mantan calon suaminya lagi." Heru membalas dengan perasaan campur aduk. "Pak Heru tidak perlu risau, Prince sudah menjelaskan masalah ini pada keluarga, dan mereka semua memahami keadaanya. Kebetulan keluarga kami menganut paham saling percaya. Jadi mereka tidak akan ikut campur masalah rumah tangga anak dan cucu mereka. Hawa adalah pilihan Prince. Dalam hal ini justru Prince yang akan di tuntut pertanggung jawaban karena sudah menikahi seorang gadis. Bagaimanapun perjalanan pernikahan mereka, keluarga hanya akan mengawasi sambil memberikan nasihat. Keluarga kami bukan orang yang kolot dan keras kepala, karena itu pak Heru santai saja." ucap Reigha menenangkan. Arion tidak menyangka sepupunya bisa berperan dengan sangat baik sebagai wakilnya di depan keluarga Hawa. Arion sedikit bangga. Obrolan mereka berlalu dengan cukup menyenangkan. Reigha ikut makan malam di rumah itu, kemudian meminta ijin mengajak Arion dan Markus keluar karena ada yang perlu mereka bicarakan. "Aku akui, Hawa layak di perjuangkan." ucap Reigha sambil tersenyum. "Jelas! mana mungkin aku sampai berani membuat keributan besar kalau dia tidak layak untuk aku perjuangkan." balas Arion terlihat bangga. "Tapi Ar, kayaknya kalian harus lebih lama di tempat ini. Karena kakek sangat marah." "Maksudnya?" "Alasan krluarga belalang itu tidak datang di pernikahan bukan karena ada halangan, tapi mereka sengaja melakukannya." ucapan Reigha membuat Arion kaget. Markus yang sedang minum kopi dengan tenang bersama dua Tuan Mudanya itu, sampai tersedak saking kagetnya. "Katakan dengan jelas Rei!" Tatapan Arion sangat dingin. "Kakek dan nenek bertemu dengan mereka di Hotel Horrison. Jadi ada acara yang dihadiri oleh orang-orang penting dan para Konglomerat di Hotel itu. Seharusnya acara itu dilaksanakan dua hari setelah pernikahan. Tapi karena satu dan lain hal, acaranya jadi dimajukan tepat di hari pernikahan Aryo dan Hawa. Alih-alih menghadiri pernikahan yang sakral, mereka justru memilih hadir di acara tersebut demi mencari muka di depan para konglomerat. Kamu tahu sendiri bagaimana kakek dan nenek bukan? Mereka murka. Ibu juga sampai menangis ketika diceritakan keadaan Hawa oleh Ayah. Karena itu sudah jelas bukan, apa yang dilakukan kakek?" "Memeriksa latar belakang, keburukan, kekurangan, kebusukan sampai dasar jurang, pelanggaran hukum dan daftar aset keluarga Wiratmaja, agar biasa di hancukan." Markus menjawab dengan sangat lancar, karena dia sudah hapal di luar kepala. "Tumben sekali Markus pintar." pujian Reigha membuat Markus tersenyum bisnis, karena dia tahu itu bukan pujian. "Aku selalu pintar, kalian saja yang gemar menyiksaku." balasnya dengan senyuman yang semakin dibuat-buat. Reigha tertawa geli mendengarnya. Sementara Arion terlihat tidak peduli. "Apa yang kakek temukan?" tanya Arion ingin tahu. "Ada dugaan penggelapan dana yang dilakukan Bambang. Salah satunya adalah aliran dana yang mengalir ke Puskesmas. Karena itu sudah jelas, jika kasus ini sampai terungkap, maka siapa yang akan jadi kambing hitamnya?" "Mertuaku." ucap Arion kemudian mengumpat. "Benar! Jadi sebaiknya kamu tetap disini untuk menyelamatkan Ayah Hawa. Waktumu hanya dua minggu saja Ar, bergeraklah dengan cepat! Bantu mertuamu membuat Alibi tidak berslah dalam kasus penggelapan dana ini. Sisanya akan diurus oleh kakek. Mereka memberi kamu waktu dua minggu saja karena nenek sudah tidak sabar ingin mengajak Hawa ke Jakarta. Cuti kerjamu juga hanya tinggal 2 minggu bukan?" Ucap Reigha diangguki Arion tanpa banyak protes. "Seharusnya aku tidak perlu beramah tamah pada belalang sembah sialan itu." Markus terlihat kesal. "Sudah ku katakan, kalau kategorinya belalang berarti tidak perlu kamu kasihani. Begini nih kalau punya asisten hatinya lemah. Mengusir orang dengan benar saja tidak becus." Arion mengomel dengan kesal. "Dia pasti akan kembali ke kantor untuk menjilatku lagi karena sudah kamu perlakukan dengan baik kemarin. Dia bahkan sampai berani mengatai aku pencuri lewat surat. Sialan!" "Maaf Boss, saya hanya takut Boss tekena karma jika saya mengusirnya dengan kasar." balas Markus penuh penyesalan. Reigha sejak tadi terus cekikikan melihat Markus terus disalahkan oleh sepupunya. "Tapi Ar, kamu benar-benar mencuri calon istrinya." balas Reigha sambil terkekeh. "Ya, itu bagian terbaiknya." ucap Arion penuh kebanggaan. Membuat Tawa Reigha kembali meledak. *** Hawa tidak meneteskan air matanya sedikitpun ketika Aryo dan keluarga datang, berkat dukungan Arion. Dia tidak menyangka suaminya bisa memberikan kekuatan yang besar hanya dari genggaman tangannya saja. Dan setelah berbicara dengan Reigha, Hawa sebenarnya menjadi cukup tenang. Tapi rasa bersalahnya kembali hadir ketika dia melihat suaminya di olok-olok di dalam grup warga kampung Suka Sari. Mereka terus membandingkan Arion dengan Aryo yang sudah dalam kategori menghina. Hawa merasa tidak enak sekali dengan suami baik yang sudah menyelamatkannya dari insiden pernikahan itu. Bukannya mendapat dukungan karena Aryo jelas yang salah, Arion justru di Bully dan di katai tidak selevel jika dibandingkan dengan Aryo. Hawa ingin menangis melihat semua hujatan yang di tujukan pada suaminya. Karena itu, malam hari ketika Arion pulang, Hawa pura-pura sudah tidur. Rasanya Hawa tidak tega melihat wajah Aeion Jika mengingat semua hinaan yang dilayangkan oleh orang-orang. "Hawa sudah tidur yah?" Arion berbisik lembut, sambil merapihkan selimut istrinya. Laki-laki itu terdengar membuka pintu kamar mandi setelah menyalakan alat pengusir nyamuk. Hawa bisa merasakan aroma harum dari alat pengusir nyamuk yang dinyalakan Ariom. Diam-diam gadis itu tersenyum, karena sikap Arion terasa begitu manis dengan cara yang sederhana. Laki-laki itu juga sangat sopan dan tidak memaksakan kehendaknya untuk dekat seperti yang pernah Hawa takutnya. Aroma sabun mandi memanjakan indra penciuman, ketika laki-laki itu merebahkan dirinya di samping Hawa. Arion membuat jarak di kasur yang terus dia jaga sepanjang malam, agar istrinya merasa nyaman. Hal itu juga terasa manis bagi seorang gadis yang seumur hidup hanya pernah menyukai Aryo yang dingin dan tidak romantis. Jika dibandingkan, Aryo dan Arion sangat bertolak belakang. Hawa langsung merasakan itu meskipun dia belum terlalu lama mengenal suaminya. Jika Aryo hanya membalas pesan ketika dia sedang butuh saja, Arion kebalikannya. Pesan apapun yang dikirim oleh Hawa langsung dia balas secepat kilat. Dulu, Hawa pikir berkirim pesan dengan Aryo menjadi sangat spesial karena momen saling berbalas pesan itu sangat langka. Aryo selalu sibuk dan mereka sering sekali menjalani hubungan jarak jauh. Tapi baru sebentar mengenal Arion, pikiran Hawa berubah. Karena pesan yang dibalas dengan cepat ternyata terasa jauh lebih spesial. Hawa merasa dirinya dianggap penting oleh Arion, sehingga pesannya selalu dijadikan prioritas. Perasaan dianggap penting oleh pasangan itu ternyata menyenangkan. Hawa baru pernah merasakannya karena seumur hidup dia hanya pernah mencintai Aryo yang tidak terlalu peduli dengan komunikasi mereka. "Prince, kamu sudah tidur?" Pertahanan Hawa yang pura-pura tidur itu akhirnya runtuh setelah mengingat kenangan mereka yang singkat, namun tersama manis. "Belum, kenapa?" jawab laki-laki itu lembut. Hawa masih belum berani membalik tubuhnya. Gadis itu masih malu jika tidur berhadapan dengan suaminya. "Sepupu kamu bukan artis kan?" pertanyaan Hawa membuat Arion terkekeh. "Dia sebenarnya lumayan terkenal di Sosial Media, tapi dia tidak pernah menunjukkan wajahnya. Jadi sepertinya tidak bisa dikatakan Artis. Kenapa memangnya?" "Sebenarnya waktu pertama lihat kamu di kantor Ayah, aku pikir kamu juga Artis." ucap Hawa jujur. "Benarkah? kenapa? aku ganteng yah?" pertanyaan penuh percaya diri yang diucapkan Arion dengan penuh semangat itu membuat Hawa tertawa geli. "Sebenarnya siapa yang memiliki Gen paling bagus di keluarga kamu? Aku jadi penasaran bagaimana wajah ayah dan ibu kamu." ucap Hawa mulai memberanikan dirinya untuk menghadap ke arah Sang Suami meskipun jarak mereka di kasur masih cukup jauh. "Kalau ditanya begitu agak bingung juga yah. Kakek waktu muda cukup tampan biarpun nyebelin. Nenekku juga cantik banget. Sampai sekarang bahkan masih cantik. Terus nenek dari pihak ibuku juga cantik karena ada keturunan Korea. Tapi mungkin Gen utama ada di kakek buyut jauhku yang keturunan Indonesia Belanda. Kakek buyutnya kakeku. Bisa dibilang kami adalah keturunan yang campuran." Arion menceritakan sedikit silsilah keluarganya. "Mau lihat foto nenekku?" "Mau!" Hawa terlihat antusias. "Apakah kalian tidak ada niatan jadi Aktor atau model misalnya? Kalian jelas memiliki tampang yang mendukung loh." tanya gadis itu lagi mulai banyak tanya. Arion senang karena Hawa mau mendekatkan dirinya tanpa perlu diminta. "Reigha model kok. Cuma anak itu hanya mau di potret tubuhnya saja. Sama sepertiku, dia tidak suka wajahnya terlalu banyak di ketahui orang lain." balas Arion sambil mencari foto Lisa di ponselnya. "Nah, ini nenekku. Cantik kan?" Arion memberikan ponselnya pada sang Istri. "Wahhh iya, cantik banget loh. Pantesan aja cucu-cucunya pada kaya Artis." "Kamu juga cantik kok." Arion memuji pelan-pelan. Membuat Hawa melirik sedikit dengan senyuman malu. "Kalau ibu kamu? ada fotonya nggak? aku kepo." Hawa bertanya lagi dengan antusias. "Dalam waktu dekat beliau akan datang kok. Nanti kamu bisa lihat sendiri. Ibu jarang mau di foto jadi aku nggak ada foto ibu di ponsel. Tapi foto adik perempuanku ada, mau lihat nggak?" "Mauuu, mau banget Prince!" "Sebenarnya selama ini aku lebih sering dipanggil Arion. Nama Prince agak sedikit berlebihan. Maukah kamu memanggilku Arion saja?" ucap Arion terlihat malu. Hawa tersenyum geli melihatnya. "Kenapa? aku suka kok nama Prince." "Kamu suka?" "Huum." "Yasudah kalau kamu suka. Tapi nanti kalau kita pergi ke Jakarka, dijamin aku akan di tertawakan oleh seluruh keluarga jika di panggil Prince." ucap Arion membuat pengakuan diri. "Loh kenapa? padahal nama itu bagus kok. Sesuai juga sama wajah kamu." tanya Hawa sambil tersenyum geli. "Soalnya, namanya sedikit lebay." jawaban Arion kembali membuat Hawa cekikikan. Dia tidak menyangka suaminya yang terlihat dingin dan tenang itu, ternyata memiliki sisi yang menggemaskan. "Tapi aku maunya tetep panggil Prince." ucap Hawa dengan tatapan memohon. "Yasudah kalau kamu suka nggak papa." Arion mengalah dengan cepat, padahal Hawa pikir suaminya akan sedikit mendebatnya lagi. Karena jujur saja, ketika pertama kali mendengar nama Prince disebut, Hawa juga ingin tertawa. "Nah ini adikku, namanya Kamila. Anaknya cerewet dan lumayan nakal. Tapi dia baik kok." Arion menunjukkan foto adiknya. Hawa sampai menganga tidak percaya melihat seberapa cantiknya adik iparnya. "Cantik bangeeeeet kaya boneka." ucap Hawa dengan wajah sedikit gemas. "Kadang aku berharap sikapnya secantik boneka juga. Sayangnya itu hanya harapan palsu." komentar Arion sambil mendesah. Membuat Hawa tertawa dan semakin penasaran. "Emang senakal apa sih kok sampai kamu kelihatan stress banget?" "Sebenarnya bukan nakal dalam artian yang negatif banget, tapi jahil dan kadang nyebelin banget. Reigha kan tipe yang nggak bisa diem kalau merasakan ketidak adilan, karena itu dia yang paling sering bertengkar sama adikku. Kalau aku lebih memilih diam saja sampai dia capek." balas Arion sambil tersenyum lembut. Senyuman yang dimata Hawa justru terlihat seperti senyuman seorang kakak yang menyayangi adiknya meskipun sejak tadi terus mengatakan adiknya nakal. Hawa tidak menyangka obrolan ringan dengan Arion bisa sangat menyenangkan. Mereka membicarakan banyak hal remeh sambil sesekali tertawa bersama hingga tanpa sadar Hawa terlelap sendiri. Arion merasa senang sekali, karena itu adalah obrolan terpanjangnya dengan Sang Istri. Moodnya langsung sangat cerah keesokkan harinya, sampai membuat Markus merinding. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN