Lembar 7. Penghinaan yang Luar Biasa

2594 Kata
Sore hari ketika Arion dan Markus pulang, suasana di rumah sangat tegang. Wajah Hawa terlihat sangat kesal begitupun dengan wajah Marina. Heru sendiri belum pulang karena masih ada pasien yang harus dia urus. "Oh jadi ini suami kamu? tukang bersih-bersih di Puskesmas Hawa?" Ibu Haryo berbicara dengan nada penuh penghinaan. Markus buru-buru memakai maskernya karena takut dikenali oleh Aryo, dan memilih melipir ke belakang, tidak mau ikut campur. "Meskipun Prince hanya petugas kebersihan, setidaknya dia tidak seperti seseorang yang meninggalkanku dalam siatuasi menakutkan seperti kemarin." balas Hawa penuh sindiran. Arion tersenyum senang karena mendapatkan pembelaan dari sang istri. "Prince? Namanya Prince?" Ety tertawa mengejek dengan menyebalkan, membuat Arion mulai terusik. "Ada masalah dengan nama saya?" tanya Arion terdengar kesal, yang langsung di tarik Hawa ke sebelahnya agar tenang. "Tidak ada. Hanya sedikit memalukan karena seorang pangeran tidak mungkin memegang sapu dan kain pel." balas Ety penuh kesombongan. "Tapi kamu cocok kok sama Hawa. Sama-sama kampungan." tambah Ety lagi. Melihat situasinya, Arion menduga sejak tadi sudah sempat terjadi adu mulut. Yang membuat laki-laki itu kesal adalah Aryo yang terus diam sambil menatap Hawa dengan tatapan yang sedih. Padahal ibunya menghina orang yang seharusnya dia cintai, tapi baik Aryo maupun Bambang hanya diam saja sambil menyaksikan. "Jangan dilawan, nanti kamu terluka!" bisik Hawa sambil memegangi tangan suaminya yang terasa hangat. Hal itu di saksikan oleh Aryo dan membuatnya kesal. Tapi Arion tentu saja memanfaatkan situasi itu untuk tersenyum meledek ke arah mantan calon suami istrinya itu. Tidak sabar menantikan moment ketika dia bisa memamerkan Hawa sebagai Arion Setyo Aji di depan Aryo yang tidak lebih berarti dari seekor belalang di matanya. "Jadi apa yang anda inginkan? Jelas sudah terlambat kalau anda menginginkan pernikahan putra anda dengan Hawa dilanjutkan lagi." tanya Arion sopan. Tidak membalas sedikitpun padahal tadi dia di hina dengan menyebalkan. Sikap dewasa yang sangat Hawa sukai. "Ganti semua biaya yang sudah kami keluarkan untuk pernikahan. Enak saja kalian yang menikah, kami yang mengeluarkan biaya." "Mah..." Aryo terlihat ingin memprotes. "Diam Aryo!" bentak Ety tegas, dan Aryo langsung diam seperti seekor kerbau di cucuk hidungnya. Kesan Abdi Negara yang keren dan tanggung, langsunh hancur berkeping-keping di mata Arion. "Saya tidak yakin petugas kebersihan seperti kamu mampu membayar biaya pernikahan yang jumlahnya ratusan juta. Karena itu, sebagai bentuk kebaikan saya, ceraikan saja Hawa agar dia bisa menikah dengan Aryo, maka saya tidak akan mempermasalahkan biaya itu lagi." Ety menjelaskannya dengan congkak. Arion bisa merasakan cekalan Hawa di lengannya mengerat. "Totalkan saja biayanya, saya akan bayar saat ini juga." balas Arion tetap tenang. Ketenangan yang sampai terlihat menakjubkan dimata Marina. Arion bisa saja mendebat Ety dan Keluarganya karena dia cukup memahami hukum, tapi Hawa terlihat sangat tidak nyaman. Arion ingin menyelesaikannya dengan cara paling cepat agar keluarga Belalang itu cepat enyah dari kediakan mertuanya. "Jangan Prince, itu sangat mahal." bisik Hawa seperti ingin menangis. "Tidak papa, jangan khawatrir." Arion tersenyum lembut, sambil mengeratkan genggaman tangannya di jemari Hawa. "Ada apa ini?" Tiba-tiba saja Heru pulang bersama Reigha dengan banyak sekali tentengan di tangannya. Laki-laki itu langsung melirik Arion yang terlihat sedang menahan amarah. Orang lain mungkin akan berpikir Arion sangat tenang, tapi Reigha tentu saja tahu ada emosi yang bergejolak di dalam diri sepupunya itu. "Belalang sembah." ucap Arion tanpa suara. Melihat nama hewan yang paling dibenci Arion disebut, Reigha langsung tahu kalau orang di hadapan sepupunya itu adalah musuh. "Kebetulan sekali pak Heru datang. Saya datang ke sini untuk memberikan penawaran yang sangat menguntungkan." ucap Ety penuh percaya diri. Heru kemudian duduk di samping Arion dan mempersilahkan Reigha untuk duduk juga. Laki-laki itu bisa melihat menantunya menggenggam tangan putrinya dengan erat. Melihat itu Heru tersenyum tipis. "Penawaran apa yang anda maksud?" tanya Heru berusaha tenang. Meskipum emosinya yang kemarin kembali hadir memenuhi dirinya. "Pernikahan kemarin, seharusnya batal karena saya dan keluarga saya tidak datang. Tapi pak Heru malah menikahkan putri anda dengan laki-laki lain. Jelas dalam hal ini, saya dan keluarga yang mengalami banyak kerugian, karena semua biaya persiapan di tanggung oleh putra saya. Jadi agar adil, sebaiknya pak Heru minta menantu bapak yang cuma petugas kebersihan itu untuk menceraikan Hawa, karena dia tidak akan sanggup membayar semua kerugian yang saya tanggung dalam pernikahan yang seharusnya menjadi pernikahan anak saya. Jika dia menceraikan Hawa sehingga bisa menikah dengan Aryo, maka saya tidak akan menagih kerugian dalam persiapan pernikahan kemarin." Ety menjelaskannya dengan penuh percaya diri. Seolah dia adalah pusat dunia yang tidak ada tandingannya. Sikap yang justru teelihat seperti sampah di mata Reigha dan Arion yang sudah bertemu banyak orang penting dalam perjalanan hidup mereka. Heru sangat marah. Tapi dalam keadaan ini, yang paling dihina adalah menantunya. Melihat Prince dan Reigha sangat tenang, Heru merasa akan kekanakan jika dia meluapkan semua emosinya begitu saja. Hawa sendiri terlihat ketakutan, tapi tangannya di genggam erat oleh Arion, karena itu putrinya juga cukup tenang. "Sepertinya ada kesalah pahaman disini bu Ety. Apakah putra anda tidak mengatakan pada anda kalau setengah dari biaya pernikahan ditanggung oleh keluarga kami?" pertanyaan Heru membuat Ety langsung menoleh ke arah Aryo yang terus menunduk. "Kamu punya mulut kan Aryo? kenapa kamu diam saja?" tanya Heru tegas. Reigha tidak sanggup menahan tawa dan sontak langsung menjadi pusat perhatian. "Ah, maaf. Abaikan saja saya." ucap anak itu sambil masih menahan tawa dengan menyebalkan. Ety merasa sangat terhina oleh anak muda tidak dikenal yang mentertawakan keluarganya. Apalagi setelan bajunya terlihat sederhana dan sangat biasa. "Sebenarnya siapa laki-laki miskin ini pak Heru? kenapa dia ada di sini?" tanya Ety dengan wajah merah padam. "Perkenalkan bu Ety, saya adalah sepupunya Prince. Nama saya Reigha." Reigha memperkenalkan dirinya dengan mandiri. "Maaf kalau anda tersinggung dengan suara tawa saya. Tapi saya benar-benar tidak bisa menahannya karena putra anda sangat menggemaskan." tambah Reigha lagi. Wajah semua orang jelas langsung membuat espresi aneh. Hanya Arion yang tatapannya terlihat mengutuk ke arah Reigha, karena dia tahu arti menggemaskan dalam versi Reigha ketika berhadapan dengan musuh, bukanlah sebuah pujian. "Oh, anda tidak memahami apa yang saya katakan yah?" Righa kembali bertanya dengan wajah terlihat menahan tawa. "Sejak tadi, putra yang anda banggakan itu hanya diam menunduk melihat ibunya menghina putra orang lain. Hal itu masih bisa saya maklumi karena Prince bukan siapa-siapa di matanya. Tapi, dia tetap diam menunduk seperti pengecut, padahal calon istrinya dihina oleh ibunya. Melihat ini saja, saya langsung mengerti kenapa pernikahan antara putra bu Ety dan Hawa tidak terjadi. Inilah yang dimaksud pertolongan Tuhan pasti datang tepat pada waktunya. Artinya, Hawa terselamatkan dari laki-laki tidak becus, pengecut dan tidak bertanggung jawab. Saking pengecutnya sampai teelihat menggemaskan dimata saya." Reigha mengatakannya dengan tegas dan berkarakter, seolah dia terbiasa berbicara di depan orang-orang penting. Setiap ucapannya tepat sasaran dengan sindiran dan kalimat yang pas. Heru dan Marina sampai puas sekali melihatnya, karena mereka tidak bisa meluapkan emosi begitu saja. "Apa yang kamu kat..." "Teruss!" Reigha memotong ucapan eti dengan congkak. Sama seperti sikap wanita sebelumnya. "Sejak tadi anda terus saja membicarakan uang, padahal katanya kalian orang paling kaya di kampung ini. Dan kegagalan pernikahan putra anda juga bukan kesalahan Hawa. Apakah anda tidak paham tentang hukum? Perlukah saya menjelaskannya bu Eti?" Reigha benar-benar lepas kendali karena terlalu jengkel. Arion jadi kesal karena sejak tadi, dia tidak mengharapkan perdebatan panjang, mengingat mental istrinya yang harus di utamakan. Tapi keadaan sudah terlanjut tidak terkendali, karena itu dia juga tidak bisa diam saja. "Calon suami yang tidak hadir dalam pernikahan tanpa alasan Sah, telah melanggar kesepakatan dan menyebabkan kerugian bagi calon istri. Hal ini bisa digolongkan sebagai PMH, atau perbuatan melanggar hukum berdasarkan pasal 1365 KUHperdata. Jika ada perjanjian tertulis, maka dianggap Wanprestasi. Dalam kasus ini, calon istri bisa menuntut kerugian secara perdata. Dan jika ketidakhadiran kalian adalah karena kesengajaan dengan tujuan menipu calon mempelai perempuan, maka ini bisa dianggap sebagai penipuan. Saya rasa anda tidak perlu dijelaskan lagi mengenai pasal penipuan bukan?" Akhirnya Arion sendiri yang menjelaskan dasar hukumnya karena jika Reigha melanjutkan ocehannya, maka masalah akan semakin panjang. Sepupunya itu benar-benar bisa menghancurkan mental musuh yang dia benci hanya menggunakan Argumen saja. Persis seperti Adrian. Reigha melirik Arion dengan ekpresi sedikit bangga, karena sepupunya yang biasanya sangat tenang itu ternyata bisa bersikap lumayan keren demi membela istrinya. "Kebetulan, kita ada perjanjian pernikahan yang ditulis dengan dasar hukum yah SAH bu Eti. Jadi bagaimana? apakah anda akan melanjutkan penawaran anda atau mendengar penawaran saya?" Heru merasa memiliki kekuatan untuk melawan karena keluarga Aryo terlihat terpojok aoibat Argumen Reigha dan Arion. "Penawaran saya cukup sederhana, minta maaf pada putri saya. Bukan hanya untuk ketidak hadiran kalian di pernikahan, tapi juga untuk sikap kalian selama ini yang selalu menyulitkan Hawa dan menghinanya. Saya diam saja karena putri saya mencintai putra anda. Tapi sekarang saya sudah tidak tahan lagi." "Meminta maaf, ken..." "Karenaaa!" Reigha memotong lagi dengan menyebalkan. "Jika anda tidak meminta maaf, maka saya yang kebetulan seorang pengacara, akan mencari bukti tentang penipuan tadi. Kebetulan saya mendengar kabar katanya anda berada di Hotel Horison pada waktu seharusnya pernikahan berlangsung. Kira-kira bukti apa yah yang bisa saya temukan disana. Ah, satu informasi lagi bu Ety. Pengacara Felix Hasibuan yang seharusnya anda tahu namanya itu, adalah senior saya." Reigha melanjutkannya dengan senyuman manis. Marina diam-diam tersenyum melihat cara Reigha melawan kesombongan keluarga Aryo menggunakan kesombongan juga. "Kamu itu orang lain disini, kenapa kurang ajar sekali. Orang-orang miskin memang cenderung tidak memiliki adab." Eti sangat marah karena ucapannya terus di potong oleh Reigha. Inilah yang Arion maksudkan dengan menghancurkan mental musuh. Reigha selalu menghadapi musuhnya dengan cara menyebalkan seperti ini. "Apakah anda merasa terhina karena kalimat anda terus di sela oleh sepupu saya Bu Eti?" Arion bertanya dengan tenang. "Tentu saja, karena itu sebaiknya kamu mendidik sepu..." "Anda juga menghina saya dan Hawa sejak tadi. Tapi kami tidak berteriak-teriak seperti anda sekarang. Jadi, siapa sebenarnya yang tidak tahu adab?" Serangan balik Arion sangat tepat sasaran. Heru, Hawa dan Marina tidak menyangka, kalau menantu mereka dan sepupunya sangat pandai menghadapi orang-orang yang menyebalkan. Mereka cukup bangga dengan keadaan yang sudah berbalik memojokkan pihak keluarga Aryo. "Saya sudah mengatakan sejak awal kalau saya akan membayarnya. Anda bahkan belum melihat jumlah uang di rekening saya, tapi anda sudah mengatakan saya tidak akan snaggup membayar. Itu adalah perbuatan tidak tahu adab anda yang pertama. Lalu anda mengatakannya dengan sangat sombong agar saya menceraikan Hawa padahal diantara kami sangat rukun. Itu perbuatan melanggar Adab anda yang kedua. Apakah saya perlu mendikte ketidak sopanan anda agar anda mengerti bahwa diantara kita disini, andalah yang paling tidak tahu adab." Arion benar-benar kesal. Reigha sangat memahami itu. Sepupunya yang tenang itu, bisa seperti Bom Nuklir jika meledak. Tapi Reigha tidak berniat menghentikannya karen keluarga mantan calon suami hawa pantas mendapatkannya. "Begini saja pak Heru, saya sebagai kepala keluarga meminta maaf pada anda, atas ketidakhadiran kami di pernikahan kemarin. Dan karena keadaanya sudah begini, anda juga terlihat tidak mau lagi mempertimbangkan putra kami. Karena itu, kita akhiri saja semua ini dan kembali ke kehidupan kita masing-masing." bambang Akhirnya berbicara. "Papah!" Eti berteriak tidak terima, Aryo juga langsung menatap ayahnya tidak terima karena dari gerak-geriknya, laki-laki itu masih menginginkan Hawa. "Anda benar, saya memang sudah tidak mau lagi kembali pada mas Aryo. Seandainya saya tidak menikah dengan Prince, saya tetap tidak mau melanjutkan pernikahan saya dengan mas Aryo." Hawa berucap tegas, setelah mendapatkan keberanian dari genggaman tangan Arion yang hangat. Mendengar itu Aryo terlihat kaget karena kekasihnya itu selama ini selalu sangat menurut dan hanya mencintainya. "Hawa kenapa kamu begini?" "Kenapa aku begini? Kamu masih menanyakan hal dasar yang seharunya tidak perlu kamu tanyakan itu Aryo?" Hawa balik bertanya dengan sikap sudah sangat kecewa. Tidak ada tatapan lembut penuh cinta yang selalu dia berikan pada Aryo selama ini. "Demi mendapatkan restu ayah dan ibumu, aku belajar mati-matian agar bisa masuk perguruan tinggi terbaik di Indonesia, karena ibumu mengatakan dia hanya mau menantu yang lulus dari perguruan tinggi itu. Kamu tidak tahu kesulitan apa saja yang aku alami karena kamu sibuk berperang dan menjaga perbatasan. Kamu bahkan hanya membalas chatku seminggu sekali. Aku terus menahannya karena kita sudah menyepakati perjanjian kepercayaan. Tapi setelah semua kesulitan dan gunjingan dari tetangga yang aku hadapi sendirian, bisa-bisanya kamu tidak datang di hari pernikahan tanpa bisa di hubungi. Dari sana, semua perasaanku padamu sudah runtuh. Kita sudah selesai dan tidak ada harapan lagi. Bahkan bila di dunia ini hanya tersisa satu-satunya laki-laki yaitu kamu, aku memilih tidak menikah seumur hidupku." Hawa meluapkan emosinya dengan berani. Reigha tersenyum bangga pada adik iparnya itu. Dia cukup paham kenapa Arion sampai membuat keributan besar di rumah demi menikahi gadis itu. Selain karena wajahnya yang cantik, Hawa juga memiliki kepribadian yang tegas. Sikap yang harus dimiliki jika ingin menjadi bagian keluarga Setyo Aji. "Karena itu, katakan pada ibumu, kalau kamu tidak seberharga itu sampai aku harus bercerai dengan suamiku yang baik ini." ucap Hawa dengan nada dingin yang membuat Heru dan Marina kaget. Putri mereka, tidak pernah berbicara sekasar itu selama ini. Hawa menunjukkan karakter tegasnya yang mengagumkan, ditengah konflik pahit yang sedang dia hadapi. Reigha benar-benar ingin seluruh keluarganya melihat dirinya yang sekarang, agar tidak perlu ada keributan lagi di rumah. Karena Arion sudah menemukan orang cukup pantas untuk di perjuangkan. Eti tentu saja berteriak tidak terima dan hampir menyerang Hawa, tapi tangan Arion jauh lebih cepat mencekal tangan wanita itu sebelum menyentuh Hawa sedikitpun. "Jangan buat saya habis kesabaran bu Eti, karena jika anda melakukannya maka anda akan saya hancurkan sampai tidak bersisa." ucap Arion dingin dengan tatapan yang mengerikan. Bambang dan Aryo yang juga kaget karena perilaku impulsif Eti, langsung menarik wanita itu untuk kembali duduk setelah tangannya lepaskan oleh Arion. "Hawa, om minta maaf atas semuanya. Om harap kita tidak perlu terlibat dalam urusan hukum apapun. Masalah ganti rugi, bagaimana kalau kita anggap impas saja karena kita sama-sama di rugikan?" Bambang berbicara dengan tenang, setelah meminta istrinya tetap tenang dengan membisikkan sesuatu yang tidak bisa di dengar orang lain. "Saya minta maaf atas keributan ini pak Heru, Bu Marina. Ayo kita berdamai saja." tambahnya lagi. "Anda belum meminta maaf pada suami saya pak Bambang? Suami saya adalah yang paling banyak di hina oleh istri anda." Hawa berucap dingin. Tidak terima karena Arion tidak mendapatkan permintaan maaf sedikit pun. "Nak Prince, saya minta maaf atas ketidak sopanan istri saya. Mari kita tidak membahasnya lagi." Ucap Bambang setelah hampir terjadi keributan lagi karena Eti tidak terima, suaminya di suruh minta maaf pada seorang petugas kebersihan. Arion senang sekali karena dibela oleh istrinya dengan berani. Reigha juga diam-diam tersenyum karena merasa puas dengan sikap Hawa pada mantan calon mertuanya. Pertengkaran sore itu akhirnya berhasil dikendalikan dengan permintaan maaf Bambang. Sebenarnya Heru masih sangat tidak terima, tapi jika perdebatan ini di lanjutkan maka Hawa yang akan menanggung beban psikis paling banyak. Arion dan Reigha juga berpikiran hal yang sama. "Baik, kalau begitu silahkan kalian pulang." balas Heru dingin. Eti terlihat marah karena diusir, tapi dihentikan oleh suaminya ketika hendak protes. Aryo diam saja dengan ekspresi tidak rela. "Kedepannya saya harap, kita tidak perlu saling mengenal lagi." Marina menambahkan dengan senyuman pahit yang terbit di bibirnya. "Ibu, Aryo akan menjelaskannya di lain waktu. Ayo kita bertemu dilain waktu." balas Aryo masih belum menyerah. "Tidak perlu. Karena sejak kalian datang saya sudah menunggu kamu menjelaskan alasan kenapa kamu dan keluargamu tidak datang. Tapi tidak ada penjelasan satu katapun dari mulutmu, dan yang kami dapat hanya penghinaan. Karena itu semuanya sudah cukup Aryo. Kamu tidak mungkin lagi jadi menantu saya, Karena jika di dunia ini tidak ada laki-laki lagi selain kamu, saya lebih rela Hawa hidup sendiri." tatapan Marina sangat dingin dan penuh kekecewaan. Dia sudah cukup sabar mendengar putrinya di hina sejak tadi. Eti hendak marah lagi tapi langsung di tarik masuk ke dalam mobil oleh Bambang dan mereka akhirnya pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN