Heru menatap menantunya yang bekerja dengan sangat rajin di Puskesmas. Semua orang memuji caranya membersihkan sesuatu dengan sempurna. Padahal selama ini tidak pernah ada pegawai kebersihan yang benar-benar seserius itu dalam bekerja. Seolah Arion sangat tidak suka dengan ketidak sempurnaan.
Menjelang makan siang, Heru menghampiri Arion dan Markus untuk makan siang bersama ke kantin Karyawan di Puskesmas. Untungnya, semua Karyawan di Puskesmas mengenal Heru dan Hawa dengan baik, karena itu mereka tidak menghakimi mereka seperti para tengga di komplek perumahan Hawa.
"Kalian bisa makan pedas?" Heru bertanya ketika hendak memesan menu andalannya.
"Kalau saya suka, tapi kalau Bo-maksudnya Prince tidak boleh makan pedas." balas Markus hampir keceplosan. Arion memang belum sempat menjelaskan tentang jati dirinya yang sebenarnya pada keluarga Istrinya, jadi
"Kalau begitu kita makan soto saja bagaimana?"
"Saya bisa makan apa saja, kecuali yang pedas." balas Arion ramah.
Membuat Markus mencibir di dalam hati karena pada Heru, Arion sangat patuh dan baik hati. Tapi padanya Arion benar-benar kejam. Bahkan dalam hal makan siang saja, Markus sering dibuat Stress oleh rasa makanan yang tidak cocok dan banyak alasan lain. Tapi lihatlah sekarang! Arion yang cerewet setiap memilih makan siang itu, mengatakan bisa makan apa saja di depan mertuanya. Jika bukan Boss yang dia hormati, Markus rasanya ingin memukul kepala Arion sekali saja dengan puas untuk mengobati rasa kesal yang sudah menumpuk selama bertahun-tahun.
"Saya juga bisa makan apa saya Pak, sama seperti Prince." Markus memberikan jawaban yang sama patuhnya dengan Arion, tapi laki-laki itu malah mendapatkan lirikan sebal dari Tuan Mudanya. Markus benar-benar tidak mengerti, kenapa dimata Arion dia selalu salah. Padahal selama ini, Markuslah yang membuat Arion selalu berada di jalur yang benar.
Mereka makan dengan dengan lahap, karena ternyata soto ayam di kantin itu rasanya sangat enak. Arion sendiri sampai terkejut, karena selama ini jarang ada masakan luar yang cocok dengan Lidahnya yang terbiasa dimanjakan oleh masalah Wendy dan Lisa.
Selesai makan, Markus pamit lebih dulu karena dia ada janji dengan salah satu Dokter untuk membersihkan ruangan. Sekalian memberi ruang pada Arion dan Heru untuk mengobrol. Sudah sepeka itu saja Markus masih sering mendapatkan amukan Arion. Kadang Markus tidak mengerti, sebenarnya orang seperti apa yang bisa membuat Arion hidup tenang tanpa protes.
"Apakah sepupu kamu jadi datang sore ini, Prince?" Heru memulai percakapannya dengan sang menantu. Sebenarnya Heru penasaran dengan nama belakang Setyo Aji yang dia dengar dari Prince ketika menikah dengan Hawa. Tapi mengingat nama itu cukup pasaran, bahkan salah satu pedagang kaki Lima di komplek Suka Sari saja ada yang memiliki nama Setyo Aji, Heru takut bertanya. Heru takut menyinggung perasaan Arion yang sekarang hanya seorang petugas kebersihan.
"Jadi Yah, dia sudah tiba semalam dan sekarang sudah ada di Hotel. Nanti pulang kerja, Prince akan langsung jemput dia ke Hotel." balas Arion sopan. Heru mengangguk sambil tersenyum.
"Kira-kira reaksi keluarga kamu bagaimana? Tidak menakutkan kan Prince?" Heru bertanya dengan lembut. "Sebagai seorang ayah, tentu saja aku paham kekhawatiran anak itu. Di banding masalah Aryo, sepertinya Hawa lebih mengkhawatirkan keluarga kamu. Karena apapun yang kamu alami sebagai dampak dari pernikahan ini, Hawa pasti memiliki porsi rasa bersalah yang lebih besar dibanding Ayah ataupun Ibu." ucap Haryo sambil mendesah.
"Saya pastinya bohong kalau mengatakan tidak ada keributan di keluarga, setelah saya mengambil keputusan tanpa berdiskusi lebih dulu dengan mereka. Kakek dan Nenek adalah orang yang meganggap pernikahan sebagai sesuatu yang sangat sakral. Karena itu, saya dengar nenek sampai pingsan." balas Arion disertai desahan. "Tapi kalau Ayah khawatir mereka akan menyalahkan Hawa, Ayah tenang saja. Yang akan mereka marahi bukan istri yang saya nikahi secara sah. Tapi saya yang akan kena marah karena tidak menikahi putri seseorang dengan cara yang normal." tambah Arion lagi sambil terkekeh. "Ibu bahkan sudah memarahi saya sejak semalam, karena menurutnya cincin yang saya berikan untuk Hawa sebagai cincin pernikahan sangat jelek. Nenek sudah sibuk menanyakan makanan kesukaan Hawa agar beliau bisa memanjakannya saat saya membawanya pulang ke Jakarta. Mereka tidak menyalahkan Hawa sedikitpun, hanya saja mereka semua adalah orang-orang yang terlalu bersemangat ketika menyambut sesuatu, karena itu Hawa mungkin akan sedikit repot. Untuk masalah ini, Prince benar-benar tidak bisa merubahnya." Arion menceritakan semua hal yang dilakukan oleh keluarganya dalam menanggapi pernikahan mendadak mereka, agar Heru merasa tenang.
Heru tersenyum mendengar cara Arion, menceritakan keluarganya yang ada di Jakarta. Menantunya itu, terlihat seperti tipe orang yang sangat dekat dengan keluarga, karena itu Heru sedikit tenang meskipun hatinya masih khawatir. Apalagi Besannya tidak bisa langsung datang menemuinya setelah pernikahan. Mereka malah mengirimkan seorang sepupu, seolah urusan itu tidak penting. Tapi mendengar nenek Arion sampai pingsan, Heru memaklumi sikap mereka. Karena pasti butuh waktu untuk menerima pernikahan yang tidak direncanakan.
"Apakah ayah dan ibu kamu orang yang sibuk?" Heru bertanya lebih dalam.
"Ayah saya kebetulan seorang Dokter juga, sama seperti ayah. Kalau ibu saya memiliki usaha baju yang lumayan ramai. Karena itu, Ayah tidak bisa libur mendadak untuk terbang ke Lombok. Palingan nanti Ibu yang akan datang lebih dulu." Ucap Arion, seolah dia memahami kekhawatiran Heru.
"Ayah kamu seorang Dokter? Di Rumah Sakit mana?" Heru bertanya dengan semangat karena profesi yang sama dengannya, selalu terlihat menarik.
Tapi pengakuan Arion terhenti, karena Heru kedatangan seorang tamu. Arion akhirnya kembali bekerja setelah ditinggal Heru dengan sedikit buru-buru. Tapi ketika laki-laki itu baru sampai dilorong pertama yang akan dia bersihkan dengan sapu dan Pel yang ada di tangan, matanya langsung menangkap sesuatu yang berkilau dan dikerumuni orang.
"Reigha sialan! Kenapa datang pakai baju mencolok gitu sih?" gerutunya kesal sambil berlari menghampiri sepupunya itu, kemudian menariknya ke belakang agar tidak menjadi pusat perhatian.
"Gila! Sepupu gue yang anti kotor-kotor Club pegang sapu, pel dan pakai seragam OB. Dunia sebentar lagi kiamat." ledek Reigha setelah menurunkan kaca mata hitamnya yang sangat mencolok itu.
"Kalau nanti malam lo ke rumah mertua gue pakai baju Branded dari atas sampai bawah gini, kita putus aja Ga. Udah kita nggak usah jadi saudara." ucap Arion sambil memijit keningnya.
"Mana istri Lo? gue penasaran akut makanya gue datang ke sini." Reigha terlihat tidak peduli sedikitpun dengan protes yang dilayangkan oleh Arion.
"Dengerin gue ngomong nggak tadi?"
"Denger, astaga. Tukang ngambek banget deh!" kekeh Reigha geli.
"Apa yang tadi gue omongin itu?"
"Jangan pakai baju Branded biar nggak kelihatan kaya kan? Tapi wajah gue yang kelihatan kaya ini nggak bisa di rubah jadi wajah miskin loh Ar." ucap Reigha sambil menyugar rambutnya ke belakang dengan penuh kesombongan. Membuat Arion menatap sepupunya itu dengan muak. Sementara Markus yang tadinya sedang berjalan santai di lorong itu, langsung berputar arah setelah melihat Reigha. Tidak mau bertambah Stress jika bertemu dengan Sepupu dari Tuan Mudanya yang menurutnya lebih memusingkan.
"Iya, pokoknya pakai baju yang gue siapin, jangan pakai Accecories mahal lo, apalagi jam tangan lo yang harganya Milyaran itu. Kalau gue lihat lo pakai, gue buang besokannya!" Ancam Arion tegas. Reigha yang tidak pernah melihat sepupunya itu, begitu peduli dengan penampilan orang lain tersenyum geli. Menyadari bahwa cinta bisa merubah seseorang dengan begitu banyak.
"Loh Prince, kamu kok masih disini? Bukannya bentar lagi meeting Siang?" Heru yang melihat menantunya sedang mengobrol dengan seseorang yang terlihat seperti selebriti itu, langsung datang menyapa.
"Siapa?" tanya Reigha penasaran.
"Mertua gue, lo cabut sekarang!" Ancam Arion kesal.
"Sebentar lagi Prince ke Pos Yah. Masih harus bersihin area ini dulu." balas Arion sopan. Reigha tersenyum jahil, kemudian berbalik dan menghampiri Heru. Arion sedikit spot jantung.
"Selamat siang om, saya sepupunya Prince." ucap Reigha membuat Arion melotot dengan kesal. Tapi Reigha tidak perduli dan malah tersenyum meledek. Heru tidak membutuhkan Falidasi apapun tentang identitas Reigha, karena wajahnya mirip dengan wajah Prince. Dia hanya sedikit kaget dengan cara Reigha berpakaian yang terlihat sangat bekelas, berbanding terbalik dengan pakaian menantunya yang tergolong sederhana. Untungnya Heru sendiri tidak terlalu paham merek, sehingga dia hanya menilai baju dari bahannya saja.
"Oh, nak Reigha?"
"Benar Om. Karena saya penasaran dengan tempat kerja sepupu saya, makanya saya mampir sebentar." jawab Reigha sopan.
"Bagaimana kalau kita ngobrol di ruangan saya?" tanya Heru penuh harap. Tapi Reigha melihat kepala Arion sudah bertanduk, karena itu dia tidak berani melakukannya.
"Saya mohon maaf, sepertinya tidak bisa, karena saya ada Meeting dengan rekan bisnis setengah jam lagi. Tapi nanti malam, saya pasti datang om." Tolak Reigha sopan. Heru tersenyum kemudian membiarkan laki-laki tampan yang langsung menjadi pusat perhatian di Puskesmas itu pergi.
"Saudara kamu ganteng loh Prince, atau jangan-jangan kamu sekeluarga ganteng semua?" tanya Heru dengan kekehan.
"Ibu saya tidak mungkin ganteng Yah." jawaban Arion membuat Heru tertawa geli sambil berjalan kembali menuju ruangannya. Merasa lega karena sepupu dari menantunya benar-benar datang.
***