Lisa langsung pingsan begitu mendengar cucunya akan menikah secara mendadak, sementara Adrian mendadak pusing hingga kehilangan kata-kata. Laki-laki yang sudah tidak muda lagi itu mendesah beberapa kali sambil mencerna apa yang terjadi.
Setelah memastikan istri kesayangannya bangun dan baik-baik saja, barulah dia memanggil Regarta untuk bicara empat mata.
Wendy masih menangis bersama Akira yang menenangkan. Untungnya ketika keributan itu terjadi, Reigha ada di Bandara setelah mengantar Kamila yang masa liburan kuliahnya sudah selesai. Karena itu, Sepupu Arion itu langsung dikirim ke Lombok.
"Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa anak yang tidak pernah membuat masalah itu bisa meledakkan amarah semua orang di rumah ini dalam sekejap?" tanya Adrian dengan wajah yang serius. "Dan kenapa dia bisa ada di Lombok Regarta?" tambah Adrian lagi sambil menahan kemarahan yang bergejolak.
Seluruh keluarga marah dan menangis, bukan karen mereka meremehkan calon istri pilihan Arion yang dia nikahi tanpa berdiskusi dengan keluarga itu. Tapi karena pernikahan selalu menjadi sesuatu yang sakral bagi Keluarga Setyo Aji, sehingga tidak boleh dilakukan tanpa diskusi lebih dulu dengan keluarga.
"Markus bilang, mereka ada di Lombok untuk menangkap seorang penjahat."
"Penjahat? kenapa Arion melakukannya sendiri? Anak buahnya banyak sekali di kantor dan kelihatan menganggur!" Adrian berteriak dengan jengkel, kemudian mendengus beberapa kali. Regarta juga marah, tapi mendengar penjelasan langsung dari mulut Arion beberapa menit lalu, laki-laki itu langsung menyadari kalau putranya sungguh-sungguh menyukai gadis itu. Regarta sangat mengenal putra sulungnya. Arion tidak akan bergerak ke arah manapun jika dia tidak yakin. Dengan perhitungan matang itulah, dia bisa memimpin banyak perusahaan dengan sukses.
"Yah, Arion mungkin caranya salah. Tapi menurut Rega, dia benar-benar menyukai gadis itu. Ayah juga tahu kalau anak itu tidak mungkin membuat keputusan yang tidak dia yakini. Tadi Regarta juga sudah berbicara sekilas dengan keluarga gadis itu. Sepertinya mereka tidak mengetahui identitas kita sebenarnya, karena Ayah dari gadis itu mengatakan akan menerima pekerjaan Arion yang hanya tukang bersih-bersih di Puskesmas. Karena itu tidak mungkin kalau Arion hanya di manfaatkan."
"Tu-tukang apa tadi?" tanya Adrian sampai tergagap, sebelum memegangi kepalanya yang tiba-tiba pening lagi. "Astaga Arion yang luar biasa." Gumamnya kesal. "Luar biasa membuatku jengkel!" tambahnya lagi sambil mendesah.
"Tukang bersih-bersih di Puskemas."Jawab Regarta, juga dengan desahan. "Intinya, gadis itu bernama Hawa. Dia adalah putri sulung dari kepala Puskesmas Desa Suka Sari yang ada di Lombok. Letak desa itu sangat dekat dengan Resort kita, karena itu tidak sulit ditemukan. Dan calon suami dari Hawa yang tidak datang itu, kebetulan adalah putra dari Bambang Wiratmaja. Si politikus yang sangat ayah benci." Mendengar penjelasan Regarta, Adrian yang tadinya masih memijit kening terlihat langsung tertarik.
"Si b******k bertanduk itu?" tanyanya dengan wajah sebal.
"Benar ayah. Bukankah tadi ayah dan bunda bertemu mereka di Hotel Horison? Sepertinya alasan calon suami Hawa tidak hadir, bukan karena alasan yang bisa dimaklumi. Tapi mereka sengaja tidak datang karena lebih memilih datang ke acara di Hotel Horisson yang dimajukan dari Jadwal secara mendadak. Sudah jelas, menjilat para konglomerat mereka anggap lebih penting dari sebuah pernikahan." Regarta sengaja membahas masalah ini, untuk membujuk Adrian agar tidak terlalu membenci istri dari Arion yang dia dapatkan dengan cara tidak terduga itu.
"Siapa? siapa tadi calon suami cucu menantuku yang tidak datang itu?" tanya Lisa sudah berdiri di pintu lalu menghampiri Anak dan suaminya yang sedang berbicara serius.
"Putra dari Bambang Wiratmaja dan Ety Wiratmaja. Orang yang paling cari muka ke keluarga kita dalam segala bidang." jawaban Regarta membuat Lisa mendesah, karena tadi dia bertemu dengan mereka di sebuah acara yang dilakukan di Hotel. Mereka datang sekeluarga bersama putra mereka. Lisa bisa menduga, mereka tidak datang ke pernikahan demi bisa datang ke acara di hotel yang dihadiri oleh banyak orang penting itu. Acara di hotel tadi seharusnya dilakukan dua hari lagi, tapi karena satu dan lain hal. Panitia acara memajukan jadwal mendadak selang dua hari sebelum acara. Karena itu keluarga Wiratmaja tidak hadir di pernikahan karena lebih mementingkan acara itu.
"Ayo kita terima cucu menantu kita sayang! Arion tadi mengirimkan fotonya dan dia cantik loh. Dia juga kelihatannya baik hati." ucap Lisa sudah lebih tenang dan bahkan ikut membujuk suaminya.
"Kamu boleh menemuinya, tapi Arion tentu butuh waktu untuk menjelaskan keluarga kita padanya. Karena itu aku tidak bisa menemuinya lebih dulu, sebelum Arion mengakui siapa dirinya. Pergilah bersama Wendy dan tenangkan gadis itu beserta keluarganya. Aku akan mnemui Arion lebih dulu secara pribadi setelah tiba di Lombok. Regarta juga jangan menemui mereka dan keluarganya dulu sampai anak itu jujur pada keluarga mereka!" Adrian akhirnya luluh dan membuat Regarta lega.
"Bagaimana pernikahannya Ar?" Regarta mengirimkan pesan pada sang Putra, setelah selesai bicara dengan Adrian. Saat ini Wendy sedang memeluk suaminya, sambil menunggu kabar dari putra sulungnya.
"Lancar Yah, sekarang kami mau pulang ke rumah dulu. Nanti Arion telpon kalau sudah tenang." balas Arion menjelaskan. Wendy yang lumayan cengeng terisak lagi.
"Kenapa nangis lagi? masih kesel?"
"Enggak mas, aku cuma belum rela anakku yang manis sudah menikah. Apalagi aku nggak hadir di pernikahannya. Rasanya kaya nggak adil banget. Aku ibunya tapi nggak lihat anak aku nikah." ucap Wendy masih menangis. Regarta sepenuhnya mengerti perasaan Wendy yang lembut. "Aku kan pengen buatin gaun yang cantik untuk menantuku di hari bahagianya. Aku juga janji sama Arion, kalau dia nikah aku yang akan buatkan Tuxedonya. Tapi dia malah kaya gitu." tambah Wendy lagi, semakin menangis.
"Dari sisi kamu mungkin tidak adil. Tapi kamu perlu denger keadaan gadis itu sayang." balas Regarta lembut.
"Memangnya kenapa mas?" Tanya Wendy lirih.
"Keluarga calon suaminya, tidak hadir di pernikahan bukan karena berhalangan."
"Maksudnya?"
"Calon suami Hawa dan keluarganya, memilih menghadiri acara di Hotel yang tadi dihadiri oleh Ayah dan Bunda dari pada menghadiri pernikahan. Mereka mengorbankan sebuah pernikahan demi bisa bertemu dengan orang-orang penting disana untuk menjalin Relasi. Aku denger kabar, ibunya calon suami Hawa itu akan mencalonkan diri jadi pejabat negara tahun depan." Penjelasan Regarta membuat Wendy melotot dengan marah.
"Kurang ajar sekali mereka! Tega-teganya mereka membuat aib untuk seorang gadis dan keluarganya hanya untuk kepentingan seperti itu. Gimana perasaan Hawa dong?" Wendy menangis lagi membayangkan rasanya jadi Hawa. "Jangan kasih tahu dulu masalah ini mas, dia kasihan. Pasti dia sedih banget deh." tambah Wendy lagi, semakin kencang menangisnya. Membuat Regarta memeluk istrinya yang lembut itu sambil tersenyum geli.
"Iya, mari kita lakukan itu. Biarkan menantu kita hanya merasakan kebahagiaan saja!" balas Regarta diangguki oleh istrinya.
"Aku akan minta temanku mengantarkan set perhiasan yang aku pesan sejak lama ke lombok sekarang juga. Hawa harus mendapatkan perhiasan dan cincin yang bagus, karena cincin pilihan Arion jelek sekali." ucap Wendy mulai bersemangat. Wanita itu langsung sibuk menghubungi temannya yang ada di Bali agar mengirimkan perhiasan mahal pesanannya pada Reigha yang sekarang sedang dalam perjalanan ke Lombok. Wendy hanya berharap ukuran jarinya sama dengan ukuran jari Hawa. Niatnya jika tidak pas, dia akan mrngajak menantu barunya itu untuk pergi ke toko perhiasan bersama dan memilihkan yang lebih bagus.
Regarta senang sekali karena istrinya teelihat bahagia setelah memiliki menantu secara mendadak.
***
Hawa terlihat lebih ceria setelah kembali ke rumah, dengan acara yang akhirnya berjalan dengan baik. Arion sendiri sebenarnya tidak puas, karena anak buahnya hanya berhasil mendapatkan Berlian dengan Harga yang murah saja sebagai cincin pernikahan. Untung saja ukurannya pas di jari Hawa, jika tidak, Arion akan mengamuk di Resort.
"Maaf karena cincin yang aku siapkan tidak terlalu bagus." ucap Arion tulus. Hawa tersenyum sambil menggeleng.
"Ini bahkan lebih bagus dari cincin emas yang disiapkan mas Aryo. Karena itu kamu tidak perlu minta maaf." balasnya dengan senyuman lebar. Arion tersenyum lega karena Hawa benar-benar jadi miliknya.
Marina dan Heru yang diam-diam mengintip pengantin baru itu, tersenyum haru. Hera juga tersenyum senang karena menurutnya, Arion jauh lebih baik dibanding Aryo dari segi kesopanan dan ibadah. Dan tentu saja wajahnya adalah Poin kemenangan utama.
"Setidaknya kita harus memiliki suami yang tampan, jika tidak mungkin memiliki suami yang kaya." ucap Hera lirih sambil melipir ke dalam kamarnya dengan perasaan lega. Marina dan Heru saling lirik mendengar ucapan putri bungsunya yang masih duduk dibangku SMA itu.
Arion masuk ke kamar Hawa dengan hati-hati setelah selesai makan malam. Membiarkan Markus yang penakut, tidur sendirian di ruangan belakang dengan beban pikiran yang menggunung.
Di dalam kamar pengantin, tentu saja kecanggungan yang luar biasa menghampiri pasangan pengantin baru yang bahkan belum memiliki kesempatan untuk saling mengenal itu.
"Kamu mau aku tidur di luar dulu? Aku tidak pa-pa kalau kamu merasa nggak nyaman." ucap Arion lirih. "Aku pastikan ayah dan ibu kamu nggak akan tahu, gimana?" tanya laki-laki itu lagi dengan lembut. Diam-diam Hawa tersenyum, karena tanpa diminta, Arion benar-benar sangat peka. Tapi Hawa tidak mau mengusir suaminya di hari pertama pernikahan mereka meskipun dia masih merasa tidak nyaman. Karena bagaimanapun Hawa merasa sangat berhutang budi pada laki-laki paling tampan yang pernah Hawa lihat itu.
"Tidak perlu Prince, ayo kita tidur saja karena hari ini sangat melelahkan!" balas Hawa juga lembut. Pengantin baru itu tidur sambil saling membelakangi. Dan karena suasana baru yang mengejutkan, Arion tidak bisa tidur hingga pagi.
Menjelang adzan subuh, samar-samar Hawa mendengar suaminya sedang mengaji dan membuatnya terbangun sambil tersenyum diam-diam.
Sejak hari pertama Arion tinggal di rumahnya, setiap pagi Hawa mendengar samar lantunan ayat suci dari rumah belakang yang ditinggali oleh Arion dan Markus. Tapi mendengarnya secara langsung dengan jelas seperti sekarang, ternyata benar-benar sangat merdu. Entah kenapa Hawa tidak terlalu menyesali pernikahannya dengan laki-laki yang baru dia kenal itu.
Apalagi ketika Heru meminta Arion untuk menjadi imam dalam Sholat Subuh pagi itu, Hawa dan keluarganya kembali dibuat takjub dengan cara laki-laki itu melakukannya. Marina diam-diam mengacungkan jempolnya pada Hawa setelah Sholat subuh selesai. Membuat gadis itu senyum-senyum dengan malu dan membuat Heru merasa tenang.
"Dia mungkin bukan suami impian kamu Hawa, tapi dia menantu impian Ibu." ucap Marina sambil tersenyum, setelah suami dan menantunya pergi bekerja. "Prince itu sangat sopan, agamanya bagus, dia juga membelikan kamu cincin pernikahan paling bagus yang pernah ibu lihat. Aryo yang kamu puja-puja itu bahkan hanya membelikan cincin emas biasa, padahal dia kelihatan orang kaya." tambah Marina lagi.
"Udah ih, jangan banding-bandingin mulu." balas Hawa sambil mengupas bawang. "Ayo kita Move on saja! Aku pernah benar-benar mengabdi dan sangat setia ketika bersama mas Aryo. Tapi semua usahaku ternyata tidak ada artinya buat dia. Karena itu, aku sudah selesai dengan kisah cinta itu. Aku tidak ingin membahasnya lagi dan tidak ingin tahu juga alasan kenapa dia tidak datang ke pernikahan, karena sekarang aku sudah memiliki suami. Ibu tentu saja tahu kalau anak ibu ini sangat berdedikasi terhadap keputusan yang dia ambil. Karena aku memutuskan menikahi Prince, itu artinya fokusku sekarang sudah bukan mas Aryo lagi." Hawa mengutarakan jalan pikiran yang membuat Marina sangat puas.
Hawa memang tipe orang yang sangat setia, tapi sekali keluarganya dikecewakan, maka dia tidak akan memberikan apapun lagi, termasuk kesetiaanya. Sikap tegas dan penuh pendiran itu, adalah sikap yang membawanya menuju kesuksesan dalam hal pendidikan dan juga berteman.
"Anak ibu udah gede sekarang, udah jadi istri." ledek Marina lagi. Membuat Hawa tersenyum malu.
"Tapi Hawa deg-degan kalau disuruh ketemu keluarga Prince. Katanya malam ini sepupunya mau datang Bu."
"Kemarin ibu dan ayah bicara sama ayahnya, kelihatannya mereka orang yang baik. Mertua kamu bahkan sampai mengatakan kalau ibu dan Ayah boleh memarahi Prince kalau dia tidak sopan." ucap Marina terlihat bangga.
"Gimana kalau mereka kurang suka sama Hawa, gara-gara Hawa menikah sama Prince mendadak. Gimana kalau mereka marah kalau tahu anak mereka menjadi suami Hawa karena menggantikan calon suami Hawa yang tidak datang? Hawa takut banget Bu!" Hawa mengutarakan isi hatinya dengan jujur.
"Kamu tenang saja, kalau mereka tidak menerima kamu, ibu dan Ayah tidak akan tinggal diam. Jangan panik dan jangan gugup, nanti kamu Stress. Jalani saja dengan tenang." balas Marina lembut. Hawa tersenyum kemudian mengangguk.
Tapi ketakutannya semakin menjadi, karena dia mendengarkan secara langsung banyaknya gunjingan yang dilayangkan padanya oleh para tetangga akibat insiden pernikahannya kemarin. Hawa merasa keadaan ini tidak adil untuk Prince yang tidak bersalah. Hawa tidak rela suaminya harus ikut menanggung semua gunjingan karena menikahinya.
Dan ditengah semua kerisauan hatinya, tiba-tiba saja sebuah pesan dari Aryo datang. "Hawa aku tahu kamu marah, tapi aku memiliki alasan kenapa aku tidak datang kemarin. Aku akan datang ke rumah kamu bersama Orang Tuaku nanti sore. Aku harap kamu dan keluarga kamu mau mendengarkan penjelasanku." ucap Aryo dalam pesannya yang membuat Hawa menghembuskan napas dalam, untuk mengurangi emosi yang tiba-tiba meluap.
"Tidak perlu datang lagi, aku sudah menikah dengan orang lain." balas Hawa cepat. Tapi seperti biasanya, Aryo tidak membalas pesan Hawa lagi. Dan bisa dipastikan, nanti sore dia akan tetap datang. Karena Aryo selalu seperti itu.
"Bu, Aryo katanya mau datang nanti sore. Gimana dong, sepupunya Prince kan mau datang juga." ucap Hawa khawatir sambil menunjukkan pesan yang dikirimkan oleh mantan calon suaminya itu.
"Ayo kita hadapi bersama! Ibu dan Ayah memang belum menjelaskan keadaan pernikahan kamu pada keluarga Prince karena waktunya terlalu mepet, tapi kita tidak bisa selamanya menyembunyikan masalah ini dari mereka. Karena itu, kita hadapi saja dengan berani!" Marina berusaha menyemangati putrinya yang terlihat sangat khawatir itu.
***