Heru tentu saja sangat terkejut dengan penawaran yang diajukan oleh Arion. Apalagi pernikahan ini adalah segalanya untuk sang putri. Tapi kepercayaan Heru pada Aryo sudah runtuh. Pernikahan juga harus diselamatkan agar putrinya tidak menjadi bahan olok-olok. Karena itu tanpa banyak bicara, Heru menarik Arion untuk masuk ke dalam ruangan khusus keluarga pengantin.
"Prince, apa yang kamu tawarkan bukan hal yang main-main. Masa depan putriku dipertaruhkan dalam keputusan ini. Karena itu, bapak akan tanya satu kali lagi. Kamu yakin dengan apa yang kamu katakan tadi?" Heru bertanya dengan tegas. Sementara Markus berdiri tidak berdaya di depan pintu, melihat Tuan Mudanya terlihat tidak akan goyah meski diterjang badai Tornado.
"Saya yakin." balas Arion penuh keteguhan.
"Bapak tidak menginginkan perceraian dengan alasan apapun, kecuali anak bapak menderita. Dan membuat Hawa menderita adalah hal yang paling tidak boleh kamu lakukan. Kamu sanggup dengan syarat ini?"
"Sanggup!" Arion benar-benar terlihat sangat meyakinkan. "Kebetulan keluarga saya juga melarang perceraian." Arion menambahkan.
"Lalu bagaimana kamu akan menghidupi putriku?" Pertanyaan ini akhirnya diajukan oleh Heru, meskipun dia merasa tidak enak dengan profesi Arion yang hanya tukang bersih-bersih di Puskesmas.
"Menjadi petugas kebersihan hanya pekerjaan sampingan saya Pak Heru, karena itu anda tidak perlu khawatir soal kebutuhan Hawa. Sudah pasti akan saya penuhi tanpa kekurangan."
"Lalu apa pekerjaan asli kamu?"
"Keluarga saya punya bisnis, yang cukup menjanjikan." Balas Arion tanpa ragu. Karena jika ditanya soal Materi, Setyo Aji tidak mungkin mengecewakan.
"Berapa skala penghasilan kamu dari usaha itu?" tanya Heru ingin tahu lebih detail. tapi Arion bingung sendiri menjelaskan skala penghasilan seluruh perusahaan Setyo Aji yang dia pegang, karena terlalu banyak.
"Kurang lebihnya sebanyak penghasilan tahunan anda." balas Arion sambil tersenyum tidak yakin. Heru berpikir rentang penghasilan yang Arion sebutkan adalah penghasilan tahunan laki-laki itu. Yang berarti penghasilan Arion sama dengan penghasila Heru setiap bulan. Heru cukup tenang mendengarnya, karena penghasilan bulanannya, mampu menghidupi anak dan istrinya meskipun tidak banyak. Padahal yang Arion sebutkan menyamai penghasilan tahunan Heru adalah penghasilan satu hari dari salah satu anak perusahaan milik Setyo Aji saja. Arion lumayan pusing jika harus menjelaskan skala penghasilan seluruh perusahaan pribadi dan perusahaan milik keluarganya. Belum lagi sebagai Dokter Spesialis, penghasilannya juga cukup lumayan setiap bulannya. Karena itu dia mengambil skala terkecilnya saja.
"Baiklah, sekarang kita bertemu Hawa." ucap Heru diangguki Arion. Mereka keluar dari ruangan itu melewati Markus yang terlihat sangat tegang dan pasrah. Tatapannya terlihat memohon agar Arion memikirkan keputusannya lagi. Tapi sama seperti setiap hari, Arion tidak peduli dengan ketakutan Markus.
Ketika mereka masuk ke ruangan dimana Hawa berada, Arion bisa melihat kesakitan dan Luka yang sangat besar. Mata Marina juga terlihat memerah seperti habis menangis. Tatapan Arion bertemu dengan Hawa selama beberapa detik. Tapi gadis yang biasanya ceria dan penuh semangat itu langsung menunduk dengan murung. Arion benci sekali melihat luka dimata gadis yang berhasil merebut hatinya itu.
"Hawa, kita sudah menunggu sampai sejauh ini, tapi laki-laki yang kamu harapkan mematahkan seluruh kepercayaan Ayah. Jika pernikahan ini tidak terjadi, maka keluarga kita akan kehilangan kehormatannya. Dan perempuan yang gagal menikah, akan dianggap pembawa sial sehingga orang yang hendak mempersunting kamu dimasa depan pasti berpikir dua kali. Karena itu, apapun yang terjadi, pernikahan hari ini harus terjadi." Heru merasa sakit sekali menjelaskan kenyataan pahit ini secara gamblang, tapi harus dia lakukan agar Hawa mengerti.
"Hawa Tau, Ayah." balas Hawa dengan suara yang bergetar.
"Prince dan kamu memang belum saling mengenal lebih jauh, tapi Ayah bisa melihat kalau dia adalah laki-laki yang baik. Dia dan kamu satu Agama, dia juga memiliki sumber penghasilan selain pekerjaannya yang sekarang dan yang paling penting dia menawarkan dirinya pada Ayah untuk menjadi pengantin laki-laki kamu dengan suka rela. Karena itu, Ayah setuju dengan usulan Prince. Bagaimana dengan kamu?" Heru bertanya dengan tegas.
Batin Hawa tentu saja bergemuruh. Harus menerima suami yang bukan impiannya adalah sesuatu yang sangat berat. Tapi di sisi lain, harapannya pada Aryo sudah pupus. Kepercayaan yang selalu dia jaga selama ini, hancur berantakan karena Aryo tidak datang. Jika hanya dirinya yang disakiti, Hawa mungkin masih bisa memaafkan Aryo apapun alasannya. Tapi untuk pertama kali dalam hidup, Hawa melihat ibunya menangis dengan tatapan penuh luka. Ayahnya yang hangat dan penuh semangat, kehilangan harapan dengan wajah yang terlihat sangat terpukul. Penghinaan hari ini tidak akan pernah Hawa lupakan seumur hidupnya.
"Aku setuju." balas Hawa dengan berani. Diantara mereka bertiga, Arion justru melihat Hawalah yang paling tegar. Gaun pengantin yang dia kenakan masih sangat rapih, begitupun dengan Make Upnya yang masih sempurna. Tidak ada jejak air mata sedikitpun di pipinya. Arion menjadi sangat kagum dengan ketegaran calon istrinya itu.
"Bagaimana dengan Ibu?" Heru menatap istrinya yang justru terlihat lega setelah mendengar keputusan Heru tadi.
"Ya, ibu setuju. Memiliki suami yang setara mungkin akan jauh lebih mudah untuk Hawa. Karena pernikahan bukan hanya berlangsung sehari dua hari saja." balas Marina sambil tersenyum menatap Arion. Mendengar itu Markus merasa tidak enak, karena sejujurnya Arion justru lebih tidak setara dengan Hawa, jika dibandingkan dengan Aryo.
Setelah semuanya setuju, Arion meminta waktu setengah jam untuk menyiapkan mas Kawin. Dalam hal ini tentu saja dia menyeret Markus yang sudah sangat menderita. Heru sendiri langsung menghampiri Penghulu yang datang untuk memperpanjang Waktu, setelah mendapatkan perpanjangan waktu satu jam lagi dari pihak Resort.
"Boss, saya bisa dipenggal oleh Tuan Adrian." bisik Markus sambil melangkah keluar bersama Tuan Muda nya itu. Suaranya terdengar lemas.
"Jangan berisik Kus, aku harus fokus." ucap Arion terlihat tegang. Laki-laki itu langsung masuk ke ruangan Direktur Resort yang sedang melakukan Rapat. Semua Staff dibuat kaget dengan kedatangan Arion. "Tolong carikan saya mas kawin." tapi permintaan Arion jauh lebih mengejutkan semua orang dibanding kedatangannya yang tiba-tiba.
"Tuan muda, ap..."
"Jangan banyak tanya Rudi, tolong carikan cincin paling mahal yang bisa kamu temukan dalam dua puluh menit. Siapkan seperangkat alat sholat dan uang tunai dengan jumlah sama seperti tanggal hari ini, sekarang!" potong Arion cepat. Semua orang penting di Resort itu langsung berlari menyiapkan apa yang diminta oleh Pemilik dari tempat mereka bekerja itu.
Sambil menunggu, Arion mengambil ponselnya dan terlihat begitu tegang. Setelah mendesah beberapa kali, laki-laki itu langsung mendial nomor ayahnya. "Kenapa anak nakal? Kemana saja kamu huh? Tidak bisa di hubungi dan..."
"Ayah, sedang dimana? Ayah tidak sedang membawa mobil kan?" potong Arion cepat setelah menjawab salam yang di ucapkan Regarta sebelumnya.
"Di rumah, kenapa?"
"Di samping Ayah ada siapa?"
"Tentu saja istriku yang paling cantik di dunia. Kenapa sih?"
"Ayah jangan kaget, tapi hari ini aku akan menikah." ucapan Arion sontak membuat Regarta berteriak dengan kaget.
"Kamu hamilin anak orang? kamu melakukan perbuatan keji itu Arion!" Bentak Regarta murka. Wendy yang ada di samping Regarta jelas ikut kaget.
"Tidak Ayah, itu tidak mungkin. Ada seorang gadis yang aku sukai. Aku menyukainya sejak melihatnya pertama kali. Tadinya aku ingin melupakannya karena dia sudah memiliki calon suami. Hari ini adalah hari pernikahannya Yah, tapi calon suaminya yang b******k tidak datang. Karena itu Arion akan menggantikan calon suaminya untuk menikah dengannya." Arion menjelaskannya sesingkat mungkin. Tapi kemudian terdengar keributan di sana.
"Arion, kamu pasti lagi bercanda kan? Kamu lagi ngerjain ibu kan ini?" Suara Wendy terdengar bergetar.
"Maafkan Arion ibu, tapi kali ini Arion serius. Maaf kalau membuat ibu kaget." balas Arion sambil mendesah. Terdengar isakkan dari seberang sana, yang membuat Arion merasa bersalah.
"Siapa gadis itu? siapa dia?" tanya Regarta terdengar murka. Laki-laki itu paling benci melihat istrinya menangis.
Selama ini Arion adalah anak yang baik dan penurut. Karena itu sikap kasar Regarta sekarang, adalah hal yang cukup membuat Arion kaget karena dia baru pernah diperlakukan seperti sekarang oleh sang Ayah. Tapi, untuk lebih meyakinkan Heru dan Hawa, Arion ingin ayah dan ibunya setidaknya berbicara pada mereka untuk menenangkan.
"Arion tidak sempat menjelaskan itu Yah, karena sekarang Arion sedang sibuk mencari mas kawin. Pernikahan harus dilakukan kurang dari dua puluh menit lagi. Bisakah Ayah bersabar sebentar. Setelah menikah, Arion akan menjelaskannya lebih detail." Balas Arion lembut.
"Bersabar kamu bilang? Bersabar bagaimana lagi Arion?" suara Regarta semakin tinggi. Arion tahu dia akan menghadapi ini. Regarta sangat wajar jika sangat marah.
"Dia gadis yang baik Yah, sangat berbakti pada orang tuanya, pendidikannya juga tinggi. Beasiswa S2 juga sudah ada di tangannya. Dan yang paling penting aku mencintainya. Ayah selalu bilang kalau soal jodoh, Arion berhak memutuskannya sendiri kan?" Arion terdengar memohon. Membuat Regarta juga tidak sanggup untuk lebih marah lagi, karena dia tahu putranya sebenarnya sangat lembut dan baik hati.
Setelah itu terdengar keributan lagi di seberang sana. Wendy berteriak kaget dan terdengar suara riuh yang lainnya. Arion yakin sekali kakeknya sudah mendapatkan laporan dari para pekerja di Resort tentang apa yang terjadi. "Apakah semua baik-baik saja Yah?" tanya Arion hati-hati.
"Apa kamu pikir kakek dan nenek kamu akan baik-baik saja Arion?" Regarta balik bertanya dengan nada yang dingin.
"Arion minta maaf Yah,"
"Kamu lanjutkan apa yang sudah kamu putuskan sendiri. Ayah tidak mau mendengar kamu menyesali keputusan kamu di masa depan, karena di keluarga kita sekali menikah berarti untuk selamanya. Sebelum pernikahan terjadi, biarkan ayah bicara dengan Calon Mertua Kamu. Adabnya adalah ayah yang meminta ijin padanya agar putrinya bisa kamu nikahi. Sekarang Reigha yang sudah ada di Bandara akan langsung terbang ke Lombok. Sementara dia yang akan datang ke keluarga Calon Istri Kamu, untuk meminta ijin secara langsung setelah pernikahan. Ayah dan kakek kamu tidak bisa pergi mendadak. Mengerti Arion? Sekarang berikan telpon ini pada Markus, biar Ayah mendapatkan penjelasan lebih jelas!" Regarta berbicara tegas.
"Mengerti Ayah." balas anak itu sambil melirik Markus yang langsung terlihat pucat pasi ketika Tuan Mudanya memberikan ponsel yang masih tersambung dengan Regarta padanya.
"Aku pasti tidak selamat," Gumam Markus dengan wajah penuh ketegangan. Arion hanya menatap prihatin saja pada Sang Asiten, kemudian meninggalkannya untuk mengecek progress pencarian Mas Kawin.
***
Pernikahan akhirnya selesai dengan lancar. Hanya akad nikah saja, tidak ada acara apapun karena waktu sudah sangat mepet. Sambil digandeng oleh Arion masuk kembali ke ruangan khusus pengantin, telinga Hawa tidak bisa di tulikan.
"Niatnya mau menikahi Abdi negara, tapi yang di dapat malah petugas puskesmas biasa. Mimpinya ketinggian sih!" bisik-bisik dengan nada keras itu terdengar di telinga gadis itu.
"Ayo kita bercerai setelah mas Aryo pulang." ucap Hawa dengan wajah sendu. Bukan karena Hawa masih mengharapkan Aryo atau ingin kembali menikah dengannya. Keinginan itu sudah musnah beberapa jam lalu. Tapi Hawa merasa tidak tega karena Arion harus ikut menanggung semua gunjingan menyakitkan, gara-gara berusaha menyelamatkan pernikahan Hawa. Gadis itu yakin sekali, kedepannya akan lebih banyak hinaan yang diterima oleh Arion.
"Aku minta maaf Hawa, tapi jika sudah menjadi istriku, maka selamanya kamu tidak bisa melarikan diri dariku. Meskipun Aryo datang dan masih menginginkanmu, aku tidak akan melepaskanmu." balas Arion dengan wajah tersenyum tapi tatapannya terlihat dingin. Hawa sedikit merinding dengan jenis tatapan penuh tekad yang baru pernah dia lihat. Gadis itu juga masih terus memikirkan nama Setyo Aji yang menjadi nama belakang suaminya.
Beberapa tamu langsung bergunjing mengenai nama itu ketika pernikahan selesai dilakukan tadi. Mereka mengatakan nama belakang yang digunakan oleh Arion tidak merubah sedikitpun mengenai statusnya sebagai petugas kebersihan dan olok-olok lain.
"Tapi aku nggak mau kamu ikut menanggung semua hinaan itu gara-gara aku." balas Hawa lagi. Saat ini mereka sedang duduk berdua di ruang ganti, sementara Heru dan Marina mengurus para tamu.
"Kenapa gara-gara kamu? Aku yang menawarkan diriku untuk menjadi suamimu, itu artinya tidak ada paksaan. Karena itu kamu tidak perlu memikirkannya. Aku sudah terbiasa menghadapi ucapan semacam itu." Arion berusaha meyakinkan istri yang dia dapat secara tidak sengaja itu.
"Selamat atas pernikahannya." Markus tiba-tiba saja datang dengan senyuman yang dibuat-buat. Wajahnya tampak pucat sekali dan rambutnya berantakan. Arion tahu kalau Asistennya itu pasti di Introgasi oleh keluarganya sampai pusing. Tapi tidak ada yang bisa Arion lakukan. Dia hanya berharap Markus memiliki hati dan mental yang kuat seperti biasanya. "Saya mohon maaf sebelumnya Hawa, tapi demi keselamatan hidup saya membutuhkan suami kamu untuk bicara." Ucapnya lagi dengan senyuman di bibirnya yang tentu saja bukan senyuman tulus, karena tidak pingsan saja Markus merasa cukup beruntung.
"Aku tidak bisa meninggalkan istriku sendirian." Tolak Arion tegas. Markus mengacak rambutnya frustasi dengan kekesalan yang hanya bisa dia pendam.
"Kalau Boss tidak membalas pesan Nyonya Lisa sekarang, katanya kepala saya mau dipenggal oleh Tuan Adrian." Markus akhirnua berbisik saja, karena Tuan Mudanya terlihat tidak mau beranjak sedikitpun dari sisi Istri hasil Curiannya itu.
"Baiklah aku tahu, sana jaga saja di luar!" balas Arion teelihat tidak peduli. Markus mendesah kemudian berjalan dengan lemas ke arah pintu. Semangat hidupnya sudah jatuh ke dasar jurang karena semua yang dia alami hari ini.
***