Bab 10. (21+) Sentuhan Nikmat

1573 Kata
Agatha terkesiap saat tiba-tiba Jayden mendekatkan wajahnya lalu mencium bibirnya dengan lembut. Agatha berusaha untuk menghindari ciuman itu, hatinya seolah berteriak jika ini hal yang tidak seharusnya ia lakukan. Namun, ciuman Jayden yang sangat lembut membuat ia terbuai, setiap sentuhannya mampu membuat otaknya tiba-tiba tidak berfungsi. "Jay!" Agatha memekik saat tiba-tiba saja Jayden menyentuh miliknya. "Saya tidak akan berhenti. Malam ini, izinkan saya melewati batasan ini," ucap Jayden menatap Agatha dengan tatapan mendamba. Wajahnya bahkan memerah karena menahan gairah yang luar biasa. Agatha sempat terkejut, desiran halus menyentuh hatinya. Namun, bukankah ia yang meminta pria itu untuk menyentuhnya. Ia mengulurkan tangannya, mengelus lembut pipi Jayden. "As you wish," bisiknya dengan nada sangat lembut berbalut wajah memerah malu-malu. Perlahan-lahan ia memejamkan mata seiring Jayden yang melumat bibirnya yang tipis. Jayden tersenyum setelah mendapatkan lampu hijau dari Agatha, ia menyusuri tubuh Agatha dengan tangannya yang nakal. Ia mencari-cari tepian baju wanita itu dan melepaskannya dengan gerakan yang sangat lihai. Leher jenjang putih itu tak luput dari jamahan bibirnya yang basah. Tubuh Agatha menggelinjang saat Jayden menciumi setiap jengkal tubuhnya, wanita itu entah sejak kapan tubuhnya sudah tidak menggunakan apa pun, Jayden seperti membiusnya hingga hanya terdengar suara desah yang menggoda. "Keluarkan saja, Nona." bisik Jayden, menggigit p****g merah jambu milik Agatha yang menegang. Tubuh indah itu menungkik karena gelombang dahsyat dibawah sana karena sentuhan jari-jari nakalnya. "Jay." Agatha mendesah lirih, sentuhan gila dari Jayden ini benar-benar membuatnya tak berdaya. Tubuhnya yang polos ini menginginkan hal lebih. "Kau menyukainya?" Jayden tersenyum tipis, menambah tempo permainannya membuat desahan Agatha semakin menggila. "Teriak, Sayang. Aku suka suara teriakan seksimu," ucap Jayden begitu mesra sembari terus mempermainkan Agatha dengan jari nakalnya. Tubuh Agatha belingsatan, wanita itu mencengkram sprei dibawahnya dengan kuat. Bokongnya terangkat saat gelombang dahsyat yang seolah menggulung dirinya kedalam kenikmatan surgawi. "Ahhhhh Jay ...." Suara desahan Agatha terdengar seiring tubuhnya yang gemetar akibat pelepasannya. Kepalanya seperti pening tapi nikmat secara bersamaan. Jayden tersenyum tipis, pria itu mencium kening Agatha, hidung lalu terakhir bibir Agatha sambil menindihnya. Ia membuka kaki wanita itu lebar-lebar lalu mulai menusukkan rudal Rusia miliknya yang sudah siap untuk pertempuran malam ini. Agatha memejamkan matanya, tiba-tiba bayangan malam kelam itu terlintas membuat ia menahan d**a Jayden. Menyadari Agatha kembali trauma, Jayden segera mengelus pipinya dengan lembut. "Lihat aku," bisiknya begitu lembut sekali. "Agatha, lihat aku." Suara lembut itu perlahan membuat Agatha mulai membuka mata. Jayden tersenyum tipis sambil berbisik. "Semua akan baik-baik saja, percaya padaku." Jayden tersenyum sangat manis, ia mencium bibir Agatha kembali dengan lebih intens dan manis. Ia membuat Agatha setenang mungkin menerima dirinya, saat dirasa wanita itu mulai tenang ia mulai melanjutkan perjalanan yang tertunda. "Sakit kah?" Jayden bertanya pelan saat melihat Agatha merasa kesaktian. "Sedikit," sahut Agatha malu-malu. "Aku akan melakukannya pelan-pelan," bisik Jayden sambil mengecup kening Agatha. Dan Jayden membuktikan ucapannya dengan bukti nyata. Menyentuh Agatha sangat lembut dan tidak terburu-buru. Jika wanita itu merasa kesakitan atau bagaimana Jayden akan berhenti. Ingin membuat pengalaman Agatha kali ini benar-benar berkesan. "Oughhh ..." Lenguhan keduanya terdengar saat rudal itu perlahan-lahan masuk ke dalam lembah surgawi milik Agatha yang sudah basah. "Ini sangat sempit, ahhhhh ...." Jayden mendesah kenikmatan, miliknya terasa terjepit nikmat oleh milik Agatha. Agatha memejamkan mata, ia memeluk tubuh kekar Jayden saat pria itu melakukan penyatuan untuk pertama kalinya. Di ruangan yang gelap itu, entah kenapa proporsi tubuh Jayden yang tinggi tegap mengingatkannya pada sosok pria pada kejadian kelam malam itu. Namun, saat ia ingin berpikir lebih, gelombang kenikmatan menggulungnya ke dalam perayaan cinta yang menggila. Agatha seperti tidak mengingat apa pun saat Jayden mulai mengayunkan tubuhnya. Wanita itu juga menikmati permainan yang telah diciptakan. Hawa panas seolah melebur menjadi satu seiring desahan yang menggila. Rasa sakit yang kemarin entah lenyap kemana berganti rasa ingin lagi dan lagi. Agatha bahkan tak segan untuk memimpin percintaan itu membuat Jayden hampir dibuat gila saat melihat tubuh sintal Agatha meliuk-liuk diatasnya. "Ahhhhh Jay ... ini terlalu ahhhhh ...." "Nikmat, Sayang. Terus, lebih cepat lagi. Ahhhhhh ...." Jayden mendesah keras, ia sesekali menampar bok0ng sintal Agatha sehingga permainan semakin panas. Saat dirasa Agatha tak mampu menyelesaikan permainan itu ia segera mengambil alih dengan memutar tubuhnya langsung. "Jay ahhhhh!" Agatha berteriak keras sembari mencengkram lengan Jayden dengan kuat. Hentakan tubuh Jayden kian keras hingga menyebabkan seluruh ranjang bergetar hebat. Napas Jayden memburu, menatap tubuh indah Agatha yang berbaring dengan kepala mendongak keatas, dihiasi titik keringat yang membuat tubuh itu kian seksi. Tubuhnya menungkik indah seiring hujaman rudal miliknya yang melesat sangat cepat. Dunia Jayden seolah berhenti saat itu juga, dalam otaknya hanya merekam bayangan indah Agatha suara desahannya yang merdu. "Jayden ... aku capek ..." "Sekali lagi." Jayden menghiraukan permintaan wanita itu, ia terus menghujam dalam milik Agatha dengan keras dan sangat bersemangat. Suara lenguhannya yang panjang menandakan saat dirinya telah usai dengan menghentakkan tubuhnya berkali-kali. Pria itu menunggu beberapa menit baru melepaskan miliknya. Diliriknya lava putih miliknya banyak sekali yang keluar di bawah sana. "Jay," panggil Agatha dengan suara serak. "Hem?" Jayden menyahut singkat. Agatha membuka matanya sedikit, wanita itu sepertinya benar-benar kelelahan. Ia kemudian meringkuk membelakangi Jayden sambil berbicara lirih. "Peluk," ucapnya nyaris tak terdengar. "Apa?" Jayden bertanya kembali, merasa tidak mendengar ucapan Agatha tapi wanita itu tidak menyahut. "Dia memintaku memeluknya?" batin Jayden bertanya pada dirinya sendiri, sepertinya ia tidak salah dengar tadi. Jayden pun menurut, mendekati Agatha lalu memeluk wanita itu dari belakang. Baru saja ia ingin membenarkan posisi wanita itu tapi Agatha sudah lebih dulu memutar tubuhnya dan memeluk Jayden terlebih dulu. "Agatha?" Jayden cukup terkejut akan sikap ini. Jayden menatap lekat-lekat wajah Agatha yang sangat dekat dengannya ini. Ia tidak bisa memungkiri jika Agatha ini adalah wanita yang nyaris sempurna. Dari segi manapun Agatha terlihat sangat mempesona dan begitu menarik perhatian. Tidak perlu diragukan lagi, Agatha adalah wanita yang diimpikan seluruh pria di dunia ini. Jayden terus menatap Agatha lekat-lekat sebelum seulas senyum sinis terlihat disudut bibirnya. "Tidurlah yang tenang, Nona Agatha Pricilla." * Agatha terbangun dengan wajah yang sangat syok luar biasa. Kedua matanya terbelalak lebar sambil sesekali membuka selimut yang menutupi tubuhnya yang benar-benar polos layaknya bayi baru lahir. Kepalanya tiba-tiba saja terasa pening sekali saat teringat akan malam panasnya semalam bersama Jayden. Ia bahkan masih ingat akan setiap desahan yang keluar dari bibir mereka. "Apa yang aku lakukan, akhhhhhhh!" Agatha memukuli kepalanya berkali-kali, menyesal sekali semalam telah dengan suka rela meminta Jayden menyentuh dirinya. "Aku sepertinya memang gila!" umpatnya sekali lagi diikuti hembusan napas kasar. "Eh, tapi dia kok sudah pergi sih?" Agatha keheranan karena tak menemukan Jayden sama sekali. Ia melirik sekelilingnya yang masih berantakan. "Kemana perginya pria menyebalkan itu?" Agatha semakin jengkel, ia turun dari ranjang namun sedetik kemudian matanya terbelalak lebar. "Aw ... sakit sekali," rintih Agatha merasakan perih yang luar biasa di daerah intinya. "Astaga ... perih aduh ..." Agatha menggigit bibirnya, miliknya benar-benar terasa sangat perih sekali, sepetinya bengkak karena Jayden semalaman penuh telah menggempurnya habis-habisan. "Nona sudah bangun?" Pintu kamar sempit itu terbuka, Agatha melirik Jayden yang baru saja masuk dengan membawa nampan yang berisi makanan dan s**u. Pria itu terlihat sudah segar dengan memakai kaos oblong putih dan celana pendek. Agatha mendesis pelan, pria itu curang sekali, dia sudah segar sedangkan dirinya masih amburadul dengan bau yang cukup menyebalkan. "Mau sarapan dulu atau mandi dulu?" Jayden mendekat, meletakkan nampan itu di meja kecil pinggir ranjang. "Ck, kau pikir aku bisa mandi dengan tampilan menjijikan seperti ini? Aku mau mandi!" seru Agatha bersungut-sungut. Jayden tersenyum tipis, wajah bangun tidur Agatha begitu cantik sekali. Ia tiba-tiba menghempaskan tubuhnya di kasur dengan cukup keras hingga terjadi goyangan di ranjang. "Jayden!" pekik Agatha kesal, hampir saja selimut yang dipakainya melorot. "Maafkan aku," bisik Jayden, menyentuh tangan Agatha dengan lembut lalu menciumnya. "Apa aku terlalu kasar?" tanyanya penuh perhatian. Agatha sedikit kaget akan pertanyaan itu, ia langsung membuang muka. Semalam ia ingat, hanya rasa nikmat dan gairah yang membara. Ia bahkan sangat ingat sampai klimaks berkali-kali karena permainan lihai Jayden. "Maaf ya." Sekali lagi Jayden berbisik, kali ini meletakkan tangan Agatha di pipinya. "Apaan sih? Udah nggak apa-apa juga," tukas Agatha berpura-pura kesal menahan malu. "Tapi emang harusnya minta maaf sih, sekarang aku tidak bisa jalan. Jadi, kau harus tanggung jawab," keluhnya sambil menahan sakit di intinya. Jayden tersenyum lebar, justru terlihat bangga karena mendengar perkataan Agatha ini. "Saya pasti akan bertanggungjawab penuh, Nona. Mari saya bantu." Tanpa menunggu persetujuan dari Agatha, pria itu langsung mengangkat tubuh Agatha ke dalam gendongannya. "Jay!" Agatha memekik kaget, reflek tangannya langsung melingkar di leher pria itu. "Bisa nggak sih kalau mau apa-apa tuh bilang dulu? Aku kaget ih!" Dengan sebal Agatha mencubit lengan Jayden dengan sangat kuat. Jayden justru tertawa kecil. "Bisa nggak saya minta sama, Nona Agatha. Kalau sama saya jangan memasang wajah seperti itu terus. Nanti saya–" "Saya apa?" sergah Agatha. Lagi-lagi Jayden mendekatkan wajahnya yang membuat Agatha semakin terkejut. Pria itu tersenyum manis sambil berbisik di telinga Agatha. "Nanti saya tidak tahan untuk mengajak Nona berkeringat bersama," bisiknya dengan nakal menggigit pipi Agatha. Agatha terperanjat, wajahnya semakin memerah malu. "Punyaku masih sakit, aku nggak mau kalau sekarang," ucap Agatha. "Jadi, kalau lain kali mau?" "Eh? Bukan seperti itu ...." Agatha kebingungan, kenapa ia malah berkata seperti itu sih. "Perkataan Anda sudah saya kunci, Nona Agatha. Sekarang kuncinya akan saya buang jauh-jauh. Dan setelah Anda sembuh, saya tidak akan menahan diri lagi." Jayden kembali mendekatkan wajahnya, menyatukan hidungnya dengan hidung Agatha yang mancung. Pria itu melirik Agatha yang memejamkan matanya, hembusan napas keduanya beradu dengan debaran jantung yang luar biasa. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN