Hanna sering termenung di dalam kamarnya semenjak kepergian Juminah tempo hari lalu. Sesekali air matanya akan turun membasahi kedua pipinya. Hanna selalu menyalahkan dirinya atas kepergian wanita tua itu. Karena melihatnya bersama dengan Darmo, membuat Juminah merasa syok dan berakhir seperti ini. Gadis itu menyeka air matanya yang lagi-lagi membasahi pipinya. Dia menghela napas lelah, sebelum kemudian beranjak dari ranjangnya. Hanna berjalan menuju jendela kamarnya. Menatap hamparan bunga yang bermekaran di taman belakang rumahnya. Lalu menyadari akan kehadiran sosok yang selama lima hari ini dia hindari. Darmo, pria paruh baya itu terlihat berada di taman sore ini. Dengan gunting tanaman yang dia apit di ketiaknya. Serta selang air yang dia gunakan untuk menyiram tanaman. "Sayang..