Pada akhirnya, hati yang awalnya sehat akan rela menukarnya dengan semua rasa sakit. Dan suatu hari nanti ia akan bercerita mengapa ia merasa kecewa dengan pilihannya saat itu. ******* Kring... kring Getaran telepon genggam di nakas membangunkan Alaric dari tidurnya. Saat itu, ia masih memeluk tubuh Tasya yang terlihat sangat kokoh di dadanya. Ia mencoba mengangkat telepon tanpa harus membangunkan perempuan itu. Ia menatap layar ponsel yang bertuliskan nama Devon. Alaric mengerutkan alisnya, "Kenapa Devon meneleponnya sepagi ini?" Alaric berkata pada dirinya sendiri. "Halo, ada apa?" "Maaf mengganggu tidur Bapak, Pak, tapi Bu Kesya menghilang dari kediamannya." Perkataan Devon sepertinya membuat Alaric terkejut, dan ekspresi yang ia tunjukkan tentu saja terkejut. "Kemana perginya