Anda datang dari kegelapan yang sesungguhnya.
Aku ingin menyapa.
Aku takut saat aku mengulurkan tangan, kau akan menghilang.
Aku takut saat aku masuk, aku akan terjebak dalam kegelapan abadi.
******
Perlahan-lahan, ia berjalan menuju kamar yang ditinggalkannya beberapa jam yang lalu, jantungnya berdegup kencang karena rasa gugup mulai merayap.
Pintu terbuka sedikit, dan dia menjulurkan kepalanya untuk melihat apakah orang di tempat tidurnya sudah bangun.
Tidak ada tanda-tanda suara apapun; mungkin Alaric masih tertidur lelap. Dengan berat hati, ia memasuki kamar, mempersiapkan mentalnya agar tidak mudah merasa takut akan kemarahan Alaric.
Ia telah sampai di tempat tidur, di mana terdapat patung dewa Yunani. Tasya sempat berpikir apakah Tuhan senang saat menciptakan Alaric.
Tasya mencoba menyentuh tubuh Alaric, namun yang ia rasakan adalah tubuhnya seperti melayang. Dan kini posisinya telah diambil alih oleh Alaric.
Alaric menatapnya dengan tatapan setajam elang. Tapi seketika, biasa saja
"Kenapa kau mengejutkanku?" Alaric meninggikan suaranya. Dia merasakan gerakan aneh saat dia tidur, dan ketika dia merasa ada yang menyentuhnya, dia secara spontan menjatuhkan tubuhnya.
"Saya tidak mengagetkan Anda; saya hanya mencoba membangunkan Anda. Maaf, Pak Alaric," kata Tasya dengan gugup, membuat Alaric menahan diri untuk tidak tertawa.
Alaric bangkit dari tubuh Tasya, kini ia sudah berdiri. Tasya terpesona dengan keindahan tubuh Alaric, tapi ia segera sadar.
"Aku tahu kamu ngiler melihat tubuhku." Alaric tersenyum sambil menatap wajah Tasya yang tampak bodoh.
"Aku cuma mau bilang kalau sarapannya sudah siap," kata Tasya sambil menunduk, berusaha menyembunyikan rasa malunya.
Saat Tasya hendak beranjak keluar, tiba-tiba Alaric menarik tangannya. Membuatnya menoleh dan menatap sang pemilik tangan
"Aku tidak mau kamu memakai baju pembantu itu lagi, karena sekarang kamu bukan lagi pembantuku tapi pelacurku, kamu harus ingat itu." Alaric memasang wajah tegas yang membuat orang merasa takut saat melihatnya.
"Kamu boleh memilikiku sebagai pembantumu seumur hidup, tapi tidak sebagai budakmu." Tasya melepaskan cengkeraman Alaric padanya.
"Kamu berani menolongku!" Alaric kembali mencengkeram tangan Tasya, yang membuat Tasya meringis saat merasakan sakit di pergelangan tangannya.
"Apa kamu tidak mampu menyewa p*****r, jadi kamu menggunakan pembantu untuk memuaskan nafsu bejatmu?" Tasya membalas dengan tajam.
Alaric merasa kemarahannya sudah sampai pada titik dimana ia ingin membunuh wanita di depannya. Namun entah mengapa ia tidak terbiasa melakukannya, dan bahkan ketika ia melakukannya, ia dipenuhi dengan rasa bersalah yang sangat besar.
Alaric meninggalkan Tasya di dalam kamar. Ia kembali ke kamarnya dan membersihkan diri. Setelah itu, ia memilih pakaian formal.
Ia berjalan menuruni tangga tanpa ekspresi, merogoh sakunya, dan mengambil ponselnya untuk menelepon Devon.
"Persiapkan dirimu, aku mau pergi ke ring of death," kata Alaric kepada Devon. Biasanya, Rio akan menemaninya, tapi sekarang Rio sedang melakukan transaksi di Miami, dan hanya Rio yang dipercaya Alaric selain Devon.
Selain mafia, Alaric juga memiliki beberapa klub malam dan pertandingan ilegal yang biasa ia sebut sebagai ring of death.
Biasanya, jika dalam keadaan genting, Alaric ikut serta dalam pertandingan tersebut. Ini bukan sekedar pertandingan tinju biasa, di sini adalah hari kehidupan di mana lawan bisa menggunakan senjata yang sudah disiapkan di area tersebut namun dibagi berdasarkan ronde dan waktu yang disediakan.
Di sini, lawan yang dipilih tidak biasa, dan jika menang, hadiahnya tidak sedikit. Satu pertandingan biasa bisa menghasilkan miliaran.
Itulah yang membuat orang tergiur untuk mencobanya. Alaric tiba di ring kematian dengan persiapan. Roberto adalah lawannya hari ini. Roberto adalah pria yang telah menjadi pemenang selama tiga hari berturut-turut.
*****
Pertama, mereka harus menggunakan teknik yang biasa dilakukan dengan hanya menggunakan penutup mata berwarna putih. Alaric berhasil memukul Roberto tepat di dagunya dalam waktu satu menit. Roberto pun membalas dengan memukul perut Alaric, Alaric tidak hanya diam saja, ia memukul dengan membabi buta.
Pertandingan berakhir, dan siapa yang menenangkannya? Tentu saja, putra Alaric, Roberto, dibawa ke rumah sakit dengan patah tulang di tangan dan punggungnya. Bisa dipastikan Roberto dalam keadaan koma karena darah tidak berhenti keluar dari hidung dan mulutnya.
Alaric merasa tidak puas dengan pertandingan lawannya, meskipun wajahnya mengalami memar yang cukup banyak.
"Pak, apakah Anda harus mengobati luka-luka Anda?" Devon bertanya dengan wajah tanpa ekspresi. Entah mengapa, semua penjaga Alaric tampak tidak memiliki ekspresi selain datar.
"Tidak perlu sekarang, saya rasa saya ingin minum Wine." Devon melakukan apa yang diperintahkan.
Alaric berada di sebuah ruangan yang disediakan khusus untuknya. Sebuah ruangan yang didesain dengan teknologi canggih, di mana setiap orang yang masuk harus menggunakan detektor wajah dan sidik jari.
Alaric menyalahkan dirinya sendiri karena telah mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Ia merasa hari ini ia menjadi sangat temperamental. Ia merasa marah dengan penolakan Tasya terhadapnya.
Devon membawakan Alaric sebuah wine dari Domaine de la Romanee Conti 1990-291. Wine ini berasal dari Perancis dan memiliki harga yang fantastis, yaitu sekitar 20.975 USD atau sekitar 291 juta Rupiah.
Bagi Alaric, itu adalah hal yang biasa saja, ia bahkan merasa seperti membuang sampah saat membeli wine mahal tersebut.
"Siapkan seorang wanita yang bisa saya gunakan malam ini," Alaric menelepon rumah bordir yang menyediakan p*****r dari berbagai kelas Tentu saja, Alaric mendapatkan p*****r kelas atas yang dibayar dengan harga yang tidak kalah menakjubkan.
"Baiklah, Alaric, saya akan carikan tempat untukmu malam ini," ujar suara wanita centil di ujung telepon. Siapa lagi kalau bukan si g***o pemilik rumah bordir itu?
"Tidak perlu, saya akan mengirim anak buah saya untuk mengantarnya ke utusan saya."
Untuk pertama kalinya, pengakuan Alaric mengejutkan Lisa sang g***o, karena sebelumnya Alaric tidak pernah berniat membawa perempuan ke studionya, meski hanya bermain di hotel atau di tempat bordir.
"Baiklah, saya akan siapkan wanita spesial untukmu," cengengesan wanita perbatasan itu.
"Bawakan aku perempuan terbaik yang kamu punya." Alaric menunjukkan wajahnya yang dingin. Di wajah itu, dia masih terlihat tampan, tapi ada sisi gelap dari Alaric yang tidak banyak diketahui orang.
Seorang wanita masuk ke kamar Alaric. Ia adalah wanita suruhan Alaric, seorang wanita yang memiliki tubuh yang bisa dikatakan menggiurkan. Dengan gaun hitam berpotongan rendah yang bahkan tidak bisa menutupi payudaranya.
Namun entah mengapa hal itu tidak menarik perhatian Alaric. Wanita itu menatap Alaric, manja bahkan sekarang dia sudah berani menyentuh tubuh Alaric dengan ringan. Alaric hanya terdiam dan tidak berniat untuk membalas. Ia melirik jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya yang indah.
Jam sudah menunjukkan pukul 20.00. Alaric menarik tangan wanita itu dan membawanya keluar dari tempat itu. Ia dan wanita yang tidak ia ketahui namanya itu memasuki mobil Bugatti La Voiture Noire berwarna hitam. Bahkan wanita yang dibawanya dari rumah bordir tersebut terkejut ketika mengetahui harga mobil yang dikendarainya sekitar 262,7 miliar.
Tidak ada percakapan diantara keduanya, hanya tangan wanita tersebut yang tidak berhenti menyentuh tubuh Alaric karena ingin mendapatkan hati Alaric. Tidak ada yang bisa menolak pesona Alaric, apalagi ketika mereka tahu kekayaan yang dimiliki Alaric.
Akhirnya, mobil Alaric sampai di rumah mewahnya. Saat turun dari mobil, Alaric memeluk wanita itu dengan sangat mesra. Entah apa yang dilakukan Alaric, yang pasti ia ingin membuat Tasya mau menjadi miliknya.