Triana kembali melanjutkan makannya seraya tersenyum, tak lama menyusul Lidia dengan wajah yang agak pucat. Memandang Triana yang sudah menatapnya tajam, Lidia pun menunduk. Lalu dia meminum air mineralnya dan menoleh ke arah Ravin. “Ravin, kapan mau melamar Karin? Tante sangat mendukung hubungan kalian, jadi lebih cepat lebih baik, tante tahu kamu adalah laki-laki baik yang sangat tepat untuk Karin,” ucap Lidia. Ravin melihat Lidia yang sudah tersenyum, tak seperti Lidia yang malam tadi mengamuk layaknya monster. Ravin menoleh ke arah Karin yang juga melihat ke ibunya. Lidia mengusap bahu Karin. “Maafkan mama ya Karin, mama menyadari bahwa kebahagiaan kamu adalah yang paling utama, dan Ravin, tolong lupakan semua ucapan tante yang kamu dengar ya, semua itu tidak benar, tante hanya ingi