Hajoon menatap layar komputernya tak percaya. Bagaimana bisa video yang dua tahun lalu sudah dia hapus kembali viral di internet. Hajoon menarik napas berat. Jelas dia tidak menginginkan semua ketenaran ini. Hajoon sudah sejak awal mengatakan bahwa musik adalah passion baginya dan dia belum punya keberanian untuk melangkah lebih jauh.
Tak ada yang berubah dari hidupnya bahkan setelah dia pindah ke Korea. Hanya saja Hajoon bisa hidup layaknya manusia normal lainnya. Lisya merasa bangga dengan perkembangan Hajoon. Lelaki itu kini sudah mau bersosialisasi dan belajar di universitas seperti yang lainnya. Saat ini Hajoon belajar di salah satu perguruan tinggi di Seoul mengambil jurusan Ekonomi. Memang sedikit melenceng dengan bakatnya tapi Hajoon memang tidak menargetkan hobinya sebagai jurusan kuliahnya.
Hajoon tidak pernah menyangka setelah dia menutup akun youtubenya dua tahun lalu Hajoon kembali viral saat ini, dia tidak berani membuka internet saat ini karena namanya menjadi topik pencarian nomor satu di Naver.
“Kau kan pelakunya?” Tuduh Hajoon pada Ara. Ara langsung melotot kepada sang adik. Seenaknya saja Hajoon menuduh dirinya padahal Ara sama sekali tidak tahu tentang masalah ini. Dia baru saja pulang dari kerja dan langsung disambut dengan tuduhan tak masuk akal Hajoon. Hajoon sengaja memanggil sang kakak ke rumah untuk menanyakan masalah ini. Saat ini Ara sudah tinggal sendiri di apartemen studio yang terletak di Seoul. Sebagai seorang desain grafis karir Ara bisa dibilang cukup sukses hingga membuatnya mampu membeli apartemen dan mobil sendiri.
Ara langsung menjitak sang adik dengan gemas. “Kau pikir aku kurang kerjaan melakukan ini?” sangkal Ara dengan nada gemas. Yang benar saja, Ara bahkan tidak punya salinan video yang Hajoon hapus bagaimana mungkin dia bisa mengunggah video Hajoon di internet.
“Bukankah bagus untukmu?” gumam Ara tidak bisa memungkiri bahwa akhirnya dunia tahu bakat sang adik. Hajoon tidak terlihat bahagia dengan videonya yang viral. Lelaki itu menyandarkan punggungnya ke kursi game kesayangannya. Setelah dua tahun game masih jadi hal yang paling Hajoon suka. Meski sudah mulai masuk kuliah Hajoon sama sekali bukan tipe yang suka bermain dengan teman-temannya bahkan dia hanya punya beberapa teman saat di kampus. Meskipun begitu justru Hajoon senang dengan semua itu karena pada dasarnya dia memang introvert.
“Bagus apanya, kau tidak lihat notifikasiku sebanyak ini,” ujar Hajoon yang hampir gila karena email dan hapenya penuh dengan notifikasi dari Youtube hari ini. Ara tertawa. Adiknya memang aneh. Meski kedua orang tuanya mendukung mimpi Hajoon namun Hajoon sama sekali tidak mau menjadi seorang penyanyi padahal suaranya bagus. Ara sering menyebutnya menyia-nyiakan bakat. Namun Hajoon hanya tak acuh menanggapinya.
Ara menarik kursi lain yang berada di kamar Hajoon lalu menggeser kursi sang adik. “Geser ih, aku mau lihat,” bukannya turut prihatin dengan sang adik yang sedang berduka karena dirinya viral di internet, Ara justru antusias dengan komentar pada netizen di internet.
“Mau apa sih Kak?” Protes Hajoon dnegan wajah tak senang karena tempat duduknya digeser, namun Ara tidak peduli akan itu. “Udah dibilang geser ih,” Ara kembali menggeser kursi sang adik. Sampai Ara datang Hajoon belum berani membuka komentar dari notifikasi twitter dan juga Youtubenya.
Dia benar-benar takut dengan komentar netizen. Bayangan komentar negatif dan hujatan yang terbayang di kepalanya begitu dia tahu bahwa dirinya viral. Hajoon sedang bermain Rust saat mendadak notifikasinya berbunyi. Hajoon pikir itu hanya pesan spam. Namun lama-lama notifikasi itu tidak berhenti sampai di situ. Bahkan i********: Hajoon yang cuma ada satu postingan saja banyak mendapat komentar dan like dari netizen. Hajoon merasa asing dengan semua ini. Jujur dia tidak suka dengan semuanya.
Ara tampak serius dengan komputer di depannya. Beberapa kali dia mengerutkan keningnya, lalu tertawa. “Apa yang mereka katakan? Apa mereka menghujatku?” Hajoon tak berani melihat halaman internet yang sedang Ara gulir.
Ara benar-benar serius membaca satu per satu komentar tentang sang adik. Sesekali dia berkomentar atau tertawa selama membaca komenta. Hajoon hanya bisa duduk di sampingnya dengan wajah penasaran tanpa berani mendongakkan kepalanya.
Video Hajoon viral kembali setelah seseorang mengunggahnya di twitter. Sebuah postingan yang mengatakan bahwa Hajoon layak debut di salah satu agensi besar korea. Ditambah lagi dengan caption bahwa dia tampan, suaranya bagus. Meski judul postingannya adalah pujian bagi Hajoon namun Hajoon tidak berani memeriksa balasan maupun kutipan tweet tentang tweet tersebut.
Baru satu jam diupload, video tersebut sudah mendapat lebih dari dua juta penayangan dengan like lebih dari seratus ribu dan dibagikan lebih dari tujuh puluh ribu akun.
“Hahaha mereka lucu sekali,” Ara ketawa sambil menunjuk layar komputer Hajoon. Hajoon benar-benar mati penasaran di sampingnya. Lelaki itu menarik-narik lengan sang kakak seperti anak kecil.
“Apa yang mereka bicarakan, Kak? Apa mereka menghujatku?” Tanyanya lagi. Ara akhirnya menoleh dan menatap sang adik. Perempuan itu melipat tangannya di depan d**a sambil menghembuskan napasnya kasar, “Kalau kamu mau lihat, lihat sendiri,” ujar Ara sambil mengangsurkan mouse pada Hajoon.
“Tidak mau,” tolak Hajoon.
“Kenapa sih? Padahal Cuma lihat komen takut banget,” ejek Ara. Hajoon bukannya mencondongkan badannya untuk melihat apa yang ada di layar namun dia justru menunduk dan menyandarkan punggungnya di kursi.
Ara akhirnya memahami kegelisahan Hajoon, “Apa kau takut membaca komentar karena masalah dulu?” Tanya Ara dengan hati-hati. Meski Hajoon sudah bisa bersosialisasi dan memulai kehidupannya sebagai mahasiswa namun luka dari masa lalunya belum sembuh dengan benar.
“Aku hanya tidak bisa melihat komentar hujatan di internet,” Hajoon mengungkapkan alasannya pada sang kakak. Mungkin karena sekarang Ara tinggal di apartemen jadi setiap kali bertemu bawaannya Hajoon ingin curhat. Ara menatap sang adik dengan tatapan iba, namun beberapa detik kemudian dia mengalihkan pandangannya dia tahu Hajoon tidak suka ditatap seperti itu.
“Hajoon-ah, tidak semua orang di dunia ini menyukai kita. Sekalipun kamu sudah melakukan hal yang benar akan tetap ada orang yang tak suka denganmu suatu hari nanti jadi tidak apa-apa jika ada orang yang gak suka denganmu, kau masih punya banyak orang yang menyukaimu. Kau hanya perlu membaca yang baik dan membuang yang buruk,” gumam Ara sambil menepuk pundak Hajoon. Hajoon terdiam dan mencerna ucapan Ara.
“Tidak ada komentar buruk tentangmu sekalipun ada tapi bukan sesuatu yang buruk. Coba kamu baca deh komentarnya luu-lucu,” bujuk Ara. Hajoon masih tidak percaya omongan sang kakak, “Aku serius Hajoon,” gumam Ara mencoba meyakinkan sang adik.