Lagu yang Dibeli

1055 Kata
“Di mana Ayah, kenapa aku tidak melihatnya?” Tanya Liow celingukan. Begitu pulang dari Paris, Dabin langsung menuju kemari. Niatnya adalah untuk menemui Pak Kim dan juga Hyunsu namun dia sedikit kecewa karena Pak Kim tidak ada di toko. Hyunsu yang sedang sibuk di dapur membuat kopi untuk Liow menyelesaikan kopi di hadapannya terlebih dahulu baru menghampiri lelaki itu. “Pak Kim ke apartemenmu, Hyung. Harusnya kau pulang dulu kenapa langsung kemari,” omel Hyunsu. Selama Wolrd Tour Pak Kim memang sering datang ke apartemen Liow untuk membersihkannya. Liow tidak pernah meminta ayahnya untuk melakukan itu karena dia sudah menyewa jasa pembersih yang datang setiap tiga hari sekali. Namun Pak Kim tetap datang ke sana. Sesekali dia mengajak Hyunsu. Hyunsu bisa melihat bahwa Pak Kim sangat merindukan anaknya. Tak jarang dia berlama-lama menatap foto Liow sambil melamun. “Aku kira ayahku di sini tapi ya sudahlah biarkan ayah di sana dulu. Aku ingin bicara denganmu lebih dulum” gumam Liow. Sebenarnya Liow datang ke sini tanpa ada hal yang ingin dia bicarakan tapi setelah mendengar lagu yang baru saja Hyunsu nyanyikan mendadak dia mendapatk sesuatu yang ingin dia bicarakan. Hyunsu meletakkan secangkir kopi di hadapan Liow, aroma kopi bercampur s**u itu memenuhi indera penciuman Liow. Dabin tak tahan untuk segera meminumnya. “Kau ingin membicarakan apa, Hyung?” Dabin meminum kopi di hadapannya dulu dan menyesap aromanya yang manis baru kemudian dia memulai pembicaraannya, “Apa kau tidak mau menjadi penyanyi, Hyunsu?” Sebuah pertanyaan yang cukup menohok bagi Hyunsu. Jawabannya jelas dia sangat ingin. Tapi setiap kali dia memikirkan Bora yang melarangnya menjadi penyanyi kadang membuat semangatnya surut. Hyunsu tidak dapat menjawab pertanyaan Liow begitu saja. Ini pertama kalinya Liow melihat Hyunsu bernyanyi dan dia langsung jatuh cinta dengan suara Hyunsu. Suara Hyunsu terdengar sangat raspy dan memiliki ciri khas yang unik. Itu adalah satu hal yang bagus dimiliki oleh seorang penyanyi. “Aku tahu kau cukup berbakat menjadi penyanyi, Hyunsu,” kata Liow. Hyunsu masih diam. Dia tidak bisa menjelaskan apa yang ada di pikirannya. “Mungkin bukan sekarang, Hyung,” gumam Hyunsu. “Kenapa? Justru ini kesempatan yang bagus. Atau kau mau bergabung dengan agensiku? Nanti aku akan bilang ke managerku untuk merekomendasikanmu?” Harusnya Hyunsu bahagia mendapat penawaran ini, namun lelaki itu justru menggeleng. Dia tidak mau mengambil jalur cepat menjadi seorang penyanyi. Baginya tidak adil jika dia menjadi penyanyi dari jalur rekomendasi sementara banyak orang-orang di luar sana yang mengjalani masa pelatihan selama bertahun-tahun namun harus menyerah akan mimpinya karena tidak berhasil debut. “Maaf Hyung aku tidak mau, aku tahu di luar sana banyak orang yang berjuang untuk menjadi penyanyi jadi aku tidak mau menjadi penyanyi dari jalur cepat,” kata Hyunsu. “Apa kau akan menyia-nyiakan bakatmu Hyunsu? Aku lihat kau bahkan bisa menulis lagu dengan sebagus itu,” puji Liow. Hyunsu tersenyum tipis. “Hyung bisa aja, aku baru belajar menulis lagu dan aku rasa masih banyak orang di laur sana yang bisa menulis lagu lebih baik dariku,” imbuh Hyunsu. “Kau selalu saja rendah diri seperti itu. Terkadang kau harus memuji dirimu sendiri. Kau memang benar-benar bagus bernyanyi dan menulis lagu. Sayang sekali kau tidak mau menjadi penyanyi. “ tukas LIow. Hyunsu hanya tersenyum menanggapinya. Liow tidak akan menyerah begitu saja, Hyunsu adalah penyanyi yang bagus, dia tidak akan membiarkan Hyunsu menyerah akan mimpinya begitu saja. “Kalau boleh tahu apa judul lagu yang kau tulis tadi?” “Letting You, hanya lagu coretanku, Hyung,” kata Hyunsu kembali merendah. Jujur Liow sangat tertarik dengan lagu yang Hyunsu ciptakan. Dia ingin membeli lagu Hyunsu untuk album terbarunya, namun Hyunsu tidak mungkin mengizinkannya. “Bolehkah aku membeli lagumu untuk album terbaruku, Hyunsu?” Hyunsu kaget setengah mati. Perasaannya senang becampur haru. Bayangkan saja idolamu meminta lagumu untuk dimasukkan ke dalam album terbarunya kau tentu saja akan senang akan hal itu. “Aku meminta lagumu karena aku sangat menyukainya. Ini memang pertama kali aku mendengarnya namun aku yakin lagu itu akan menjadi hits jika dirilis. Tentu saja aku tidak memintanya secara cuma-cuma Hyunsu, dan aku akan membayar untuk lagu ini dan kau akan tertulis sebagai pencipta lagu ini jadi kau tidak perlu khawatir, aku tidak mau kau berpikir bahwa aku memanfaatkanmu” Jelas Liow sebelum Hyunsu salah paham . “Tentu saja aku tidak berpikir kau memanfaatkanku, Hyung. Aku senang Hyung menyukai laguku. Tapi aku merasa tidak percaya diri dengan lagu ini. Aku rasa aku belum menulis lirik dengan baik.” Hyunsu kembali pesimis. Tentu saja Liow menepis hal itu karena baginya lagu ini sudah cukup bagus. “Kita hanya perlu memolesnya beberapa bagian. Jika kau mengizinkannya tentu saja.” “Tentu saja aku mengizinkan. Kapan lagi laguku bisa masuk ke dalam album seorang Liow. Aku sangat senang sekali,” komentar Hyunsu. “Jadi kau mengizinkanku membeli lagumu, Hyunsu?” Liow berusaha untuk memastikan. Hyunsu mengangguk. “Kau boleh mengambil dan mengubahnya sesukamu Hyung. aku tahu kau akan membuat laguku menjadi lebih baik.” Ujar Hyunsu dengan yakin. Liow tersenyum namun permintaannya tidak berhenti sampai di situ, katakanlah Liow maruk namun dia ingin mencoba sekali lagi menawarkan hal ini pada Hyunsu. Karena dia tahu Hyunsu pasti akan bisa melakukannya dengan baik jika dia menerimanya. “Aku punya satu permintaan lagi,” Liow menggantung ucapannya agar Hyunsu penasaran. Hyunsu kembali menatap Liow dengan tatapan penasaran, “Apa itu, Hyung?”tanya Liow. “Maukah kau menyanyikan lagu ini bersamaku?” Hyunsu langsung tersedak karena tawaran Liow, dia benar-benar terkejut setelah Liow membuatnya kaget dengan niat untuk membeli lagunya lelaki itu kini bahkan meminta Hyunsu untuk berduet dengannya. Sungguh permintaan yang tidak masuk akal. “Hyung tapi aku merasa tidak layak untuk berduet denganmu,”kata Hyunsu dengan pesimis. “Kau belum mencobanya kenapa kau berkata seperti itu. Kita coba dulu Hyunsu. Aku yakin hasilnya akan bagus,” ujar Liow dengan percaya diri. Jauh di lubuk hati Hyunsu dia ingin langsung menjawab iya namun Hyunsyu masih harus memikirkan ini puluhan kali. Liow bisa membaca keraguan itu di wajah Hyunsu. Dia tidak ingin memaksakan keinginannya. “Aku rasa aku tidak bisa, Hyung,” tolak Hyunsu dengan halus. Liow menghampiri Hyunsu dan menepuk pundaknya, “Jangan langsung kau putuskan sekarang, kau bisa menjawabnya nanti Hyunsu.Aku benar-benar yakin kau akan berubah pikiran,” gumamnya sambil tersenyum. Hyunsu hanya diam tak berani menanggapi apa-apa. Dia masih bimbang harus menjawab iya apa tidak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN