Di balik Gemerlap Dunia Hiburan

1070 Kata
“Tentu saja tidak, aku sering melihat yang seperti ini,” tukas Liow dengan wajah tenang. Gelap tadi Liow melihat Hyunsu yang tengah berdiri mematung sambil memegang kantong kecil yang berisi n*****a di tangannya. Liow tidak berteriak atau memarahi Hyunsu. “Hyung,” bibir Hyunsu bergetar saat itu. Liow sampai ke lorong lima menit setelah Hyunsu menelepon. Hyunsu hampir saja memberikan obat itu pada Jeyoon namun Liow mencegahnya, “Jangan berikan, Hyunsu,” Liow mengambil kantong obat tersebut dan membuangnya ke tong sampah yang ada di hadapannya. “Cepat bantu aku membawanya ke mobil,” perintah Liow. Hyunsu mengangguk, dia membopong tubuh Jeyoon dan membawanya ke mobil Liow. Liow mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hyunsu baru tahu Liow sangat gesit dalam menyetir mobil. Lima menit kemudia Liow sampai ke apartemennya, mereka masuk lewat lift khusus sehingga tidak ada orang yang melihatnya. Hyunsu dan Liow membaringkan tubuh Jeyoon di di ranjang milik Liow. Lalu Liow memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Jeyoon, beruntung Jeyoon masih bisa diselamatkan, jadi mereka bisa bernapas lega. “Semua orang pernah tersesat Hyunsu, aku tidak mau menghakimi temanmu, tapi aku rasa dia punya alasan kenapa dia menggunakan obat terlarang itu. Jika ada orang tersesat bukankah kita harus menolongnya dan membawanya kembali ke jalan yang benar?” Ucap Liow dengan bijak. Lelaki itu mengambil cangkir di depannya dan meminum the di dalamnya yang masih hangat. “Apa Hyung akan melaporkannya pada polisi?” Tanya Hyunsu. Liow meletakkan kembali cangkirnya ke atas meja. “Aku rasa kita bisa membicarakannya dengan temanmu jika dia sudah bangun.” Jeyoon sudah melanggar hukum karena menggunakan obat terlarang, karena itu dia harus bertanggung jawab akan perbuatannya. Liow hanya menolong Jeyoon namun dia tidak bermaksud melindunginya. “Tidurlah, kau tampak lelah, Hyunsu,” ujar Liow. Tempat ini terlalu mewah untuk Hyunsu mana mungkin dia berani tidur di sini. Terlebih dengan bajunya yang seharian tidak dia ganti. “Aku tidak mau merepotkanmu, Hyung.” gumam Hyunsu. Liow langsung berjalan ke arah Hyunsu dan memiting dirinya. “Aw, Hyung sakit!” teriak Hyunsu tanpa sadar. “Apa salahku coba,” imbuh Hyunsu tak mengerti. “Sekali lagi kau berkata begitu akan kupecat kau menjadi fansku,” ancam Liow. “Lebih baik aku mengundurkan dari fansmu, ternyata kau suka melakukan kekerasa pada Fans, Hyung,” protes Hyunsu. Liow menjitak kepala Hyunsu gemas. “Jangan jadi pengkhianat dong. Jadi fans yang setia dong jangan setengah –setengah, “protesnya. Mereka bertengkar seperti anak kecil. Semenjak ada Liow Hyunsu merasa memiliki sosok kakak yang dia dambakan, bagitu juga sebaliknya dengan Liow. “Hyung, apa kau mau mengadakan pesta? Kenapa kau memesan makanan sebanyak ini?” Hyunsu dan Jeyoon tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Keduanya tampak tertegun melihat pesanan makanan yang tersaji di atas meja. Jeyoon sudah sadar sejak dua jam yang lalu. Begitu tersadar lelaki itu hampir mencabut infus di tangannya, namun beruntung Hyunsu ada di sampingnya dan mencegahnya. Jeyoon akhirnya harus menunggu hingga infus di tangannya habis baru dia boleh pulang. Namun belum sempat Jeyoon beranjak dari apartemen Liow, “Aku sudah memesan makanan, kau boleh pergi setelah selesai makan,” tukas Liow dengan nada memerintah sekaligus memaksa. Liow mengunci apartemennya jadi Jeyoon tidak bisa keluar begitu saja. Keduanya akhirnya mengangguk, namun baik Jeyoon maupun Hyunsu tidak menyangka bahwa pesanan makanan Liow seperti orang yang akan mengadakan hajatan. “Sudah, kau makan saja, jangan sampai tidak habis. Kasihan makanannya,” ucap Liow sambil tersenyum. Semuanya bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Hyunsu dan Liow tak lantas mencecar Jeyoon dengan banyak pertanyaan. Mereka ingin membiarkan Jeyoon hingga lelaki itu punya keberanian untruk menceritakan kisahnya sendiri. “Kalau gitu terima kasih makanannya Hyung,”ucap Hyunsu. “Terima kasih makanannya,” tukas Jeyoon setelah Hyunsu menyikut lengannya. Jeyoon menjadi lebih banyak dia,. Dia makan dengan tenang. Padahal biasanya dia heboh dan banyak bicara. Dia sempat terkejut saat melihat Liow pertama kali sama seperti ekspresi Hyunsu waktu itu. “Bagaimana sekolahmu, Hyunsu?” tanya Liow sambil menggigit pizza di tangannya. Jeyoon tampak malu-malu mengambil hotdog yang ada di depannya sementara Hyunsu memilih makan jajangmyeon dengan tenang. “Tidak ada yang menarik, Hyung. Eh, apa benar Hyung mau comeback?”  tanya Hyunsu dengan wajah berbinar-binar. Comeback adalah waktu di mana para idol atau penyanyi kembali ke panggung untuk merilis album baru dan melakukan promosi di musik show. Sudah sejak enam bulan setelah Liow merilis mini album ketiganya yang berjudul Breakdown, Dear. Album ini sukses merajai chart billboard dan juga menyabet penghargaan album terbaik tahun ini. “Bisakah kau beri aku spoiler, Hyung?’” Gumam Hyunsu dengan nada penasaran. “Bukannya kau sudah memutuskan untuk tidak menjadi fansku lagi? Jangan plin plan dong.” Goda Liow pada Hyunsu. Wajah Hyunsu langsung panik. Dia tidak bermaksud mengatakan hal seperti itu pada Liow tadi, dia hanya mengancamnya agar Liow melepaskan cengkeramannya. “Hyung, aku tidak bermaksud begitu. Aku—“ Melihat Hyunsu panik Liow tertawa sangat kencang. Bukan hanya Liow namun Jeyoon juga begitu tanpa sadar makanan dan obrolan ringan ini membuat mereka semakin akrab. “Kau mengerjaiku, Hyung!”Hyunsu tidak terima, dia sudah panik setengah mati namun Liow malah menggodanya. Keadaan pun mulai mencair. Selanjutnya ketiganya tampak berbincang dengan santai mengenai banyak hal. “Jadi apa keputusanmu, Jeyoon?” Liow mengjampiri Jeyoon yang tengah melamun di balkon. Hyunsu tengah tertidur di sofa saking lelahnya, sementara Jeyoon tengah merokok di balkon , “Aku tidak tahu. Aku tidak menyangka semuanya akan sekacau ini,” gumam Liow. “Kau tidak perlu khawatir, aku yakin kau tidak akan mendapat hukuman berat dan tentu saja kau akan mendapat rehabilitasi. Itu baik untukmu.” Ujar Liow memberi nasihat. Lalu matanya melirik ke arah Hyunsu, “Anak itu meneleponku dengan nada suara yang sangat takut. Dia takut jika terjadi sesuatu padamu. Setidaknya ada seseorang yang masih mengharapkanmu untuk hidup. Aku tidak tahu apa yang membuatmu terjerat dalam obat terkutuk itu, namun ini belum terlambat untuk berhenti.”Liow menepuk pundak Jeyoon. Jeyoon merasa berhutang budi pada Hyunsu. Dia yang menyelamatkan nyawanya hari ini. Haruskah dia menyerahkan diri pada polisi? Liow benar ini belum terlambat. Jeyoon bisa memulai hidup baru setelah semuanya selesai. “Datanglah ke sini setelah semuanya selesai, aku akan mentraktirmu makan yang enak,” tukas Liow sambil tersenyum. “Thanks,” jawab Jeyoon. Keputusannya sudah bulat, dia tidak sendiri sekarang. Setidaknya dia punya dua orang teman yang akan menunggu dia kembali setelah melewati masa sulit dan itu sangat berarti untuknya. Layaknya kau punya rumah untuk kembali setelah pergi jauh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN