Jika ada orang yang paling sabar di dunia ini mungkin salah satunya adalah Kim Ilsung. Kim Ilsung terlahir seperti matahari yang hangat dengan senyuman polos di wajahnya yang sehangat matahari pagi. Memiliki wajah yang tampan dengan mata sipit dan tinggi badan yang bisa dibilang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek karena Ilsung masih dalam masa pertumbuhan, Ilsung bisa dibilang cukup pupoler di sekolahnya.
Diam-diam banyak gadis yang suka dengan Ilsung namun anak itu seperti tak pernah melihat sekitarnya. Ilsung hanya fokus belajar dan tentu saja menyukai satu orang yaitu Haena. Ilsung menyukai gadis itu dan tetap berpikir bahwa Haena adalah orang yang baik meski sudah bekali-kali gadis itu memanfaatkannya. Harin saja sampai sebal dengan gadis itu namun ia tidak bisa mencampuri urusan Ilsung. Kau tahu sendiri kan Ilsung bahkan merahasiakan hubungan mereka di sekolah.
Harin terkenal sangat pandai karate, dia memang sedikit tomboy dan berbeda dengan image yang dimiliki oleh Ilsung. Mereka seperti kebalikan. Jika Harin jadi Ilsung mungkin gadis itu sudah akan memaki-maki Haena. Seperti saat ini, Harin tengah memaki-maki Haena dengan tatapannya.
“Kenapa bodoh sekali sih tuh anak, bisa-bisanya dimanfaatkan cewek kayak gitu,” bukan Harin yang berbicara melainkan salah satu temannya yang tengah mengamati Ilsung dan Haena yang tengah bicara. Bukan satu dua orang saja yang sering membicarakan Ilsung. Seluruh sekolah juga tahu jika Ilsung dibodohi oleh gadis itu dan anehnya Ilsung tetap saja mau membantu Haena.
Harin mengeratkan genggaman tangannya yang gatal ingin menjambak rambut Haena. “Lihat saja senyum palsunya itu benar-benar memuakkan,” tukas Gayoung yang kini ikutan kesal karena melihat mereka.
“Kenapa kau tidak tegur saja dia, Harin. Kasihan adikmu jika terus dimafaatkan seperti itu.” Gayoung menyenggol lengan Harin yang tengah melamun.
“Aku saja ikutan muak dengan tingkah Haena, benar-benar tidak tahu diri,” tukas Dalmi menanggapi ucapan Gayoung.
Sebenarnya bukan hanya mereka saja yang kesal, Harin sendiri harus mati-matian menahan emosi yang bersemayam di dalam dadanya. Tapi kemudian dia ingat bahwa Ilsung tidak ingin masalahnya dicampuri oleh Harin.
Sampai sekarang Harin masih tidak tahu alasan Ilsung menutupi hubungan mereka di sekolah. Selain Dalmi dan Gayoung tidak ada yang tahu bahwa Ilsung adalah adiknya Harin.
“Sudahlah, biarkan saja mereka. Ini bukan urusanku,” Harin memutar tubuhnya dan membiarkan adik bodohnya itu berbicara dengan Haena.
Di sisi lain Ilsung tahu tatapan kemarahan sang kakak yang ditujukan pada Haena. Haena mengajaknya bicara di taman, dia bilang kesulitan menyelesaikan beberapa soal di buku pelajaran, jadi Haena meminta tolong pada Ilsung untuk membantunya mengerjakan soal tersebut.
Ilsung tidak menyangka bahwa dirinya akan bertemu dengan sang kakak. Anak itu sempat was-was jika Harin terbawa emosi dan akhirnya melabrak Haena.Namun Ilsung bisa menarik napas lega karena sang kakak memilih pergi dan tidak menghampirinya.
Di sudut hati yang terdalam Ilsung merasa sangat bersalah kepada Harin, Ilsung tahu tindakannya sedikit keterlaluan, tapi dia pernah mengalami masa yang sulit ketika orang-orang tahu bahwa dia adik seorang Kim Harin.
Harin tidak tahu tentang pengalaman buruk yang Ilsung alami. Gadis itu malah berpikir bahwa adiknya malu punya kakak yang tidak sefeminim sepertinya. Ilsung masih belum bisa berdamai dengan lukanya di masa lalu. Bahkan kejadian buruk sore di hari yang mendung itu masih teringat jelas di kepalanya.
Sore itu Ilsung bermaksud datang ke sekolah dan mengantarkan payung untuk Harin. Ilsung sudah sampai rumah terlebih dahulu dan sempat menelepon sang kakak karena Harin lupa membawa payung. Harin sudah berpesan pada Ilsung dia bisa pulang tanpa payung. Namun sebagai adik yang perhatian, Ilsung justru tidak mendengar perkataan Harin.
Ilsung datang ke sekolah dengan langkah ringan. Dia membayangkan bahwa Harin akan tersentuh dan berterima kasih karena Ilsung membawakannya payung. Namun bayangan itu menghilang ketika Ilsung dihadang lima orang kakak kelas yang pada akhirnya menculik Ilsung dan membawanya ke gudang belakang sekolah.
Di sana Ilsung dipukuli , meski sudah mencoba memukul balik namun perlawanan Ilsung tidak cukup kuat sehingga mengakibatkan tubu itu penuh luka karena dikeroyok mereka. Mereka pun meninggalkan Ilsung yang sudah babak belur dan pingsan.
Ketika Ilsung bangun hal yang pertama dia dapati adalah dirinya berada di rumah sakit dengan tatapan sang mama yang khawatir. Ilsung tidak mengatakan yang sebenarnya. Meski pengeroyokan itu ada hubungannya dengan Harin. Salah satu diantara mereka adalah musuh bebuyutan Harin, anak itu sempat kalah di kejuaraan karate dan sempat dibuat malu oleh Harin. Tujuan pengeroyokan hari itu adalah untuk memberikan peringatan pada Harin agar gadis itu mundur dari kejuaraan nasional.
Ilsung tahu mimpi Harin sangat besar untuk memenangkan kejuaraan nasional. Ilsung menyimpan luka itu sendiri. Anak itu terpaksa berbohong di depan orang tuanya bahwa luka yang ada di tubuhnya di dapat karena dia tak sengaja terjatuh. Meski ketiga keluarganya tahu bahwa Ilsung sedang berbohong namun mereka tidak membalasnya lagi. Sorot mata rapuh dari Ilsung membuat mereka tak sanggup mengulik apa yang terjadi sebenarnya. Harin yakin bahwa Ilsung dikeroyok, meski sudah menanyainya berkali-kali namun Ilsung tetap bungkam. Sejak itu Ilsung sedikit ingin lepas dari Harin. Setelah pengeroyokan itu Ilsung berkali-kali mendapat perundungan dari mereka, beruntungnya Ilsung bisa menghindar atau sedikit melawan. Masa SMP Ilsung benar benar kelam . Karena iru dia ingin masa SMAnya berbeda dengan masa SMP yang dilaluinya.
Ilsung ingin bisa bernapas sedikit saja, meski rasanya dia sedikit terjebak dengan sikapnya sendiri yang tidak bisa menolak permintaan orang lain.
“Ilsung, kau bisa membantuku mengerjakan semua ini kan? Ilsung apa kau mendengar ucapanku,” Haena menyentuh lengan Ilsung dan membuatnya tersadar dari lamunannya.
Ilsung geragapan, “Kamu melamun?” Tanya Haena lembut tentu saja semua itu hanya pura-pura. Ilsung menatap Haena masih dengan tatapan linglung, dia mendadak memikirkan perasaan Harin. Ilsung merasa bersalah. Harin tidak pernah bersalah apdanya, jika Harin tahu kalau Ilsung dipukuli dia pasti akan membela Ilsung. Entah kenapa Ilsung merasa bersalah pada Harin.
“Ah iya maaf, kamu tadi bilang apa?” Ilsung sedikit linglung sehingga tidak mendengar ucapan Haena dengan jelas.
“Kau bisa membantuku mengerjakan ini kan?”
Ilsung menarik napasnya berat,”Maaf aku tidak bisa, kau bisa mengerjakan sendiri kan? Aku ada urusan, sampai jumpa nanti,” Ilsung berlari ke arah lorong. Sementar itu Haena sedikit terkejut dengan sikap Ilsung,”b******k,” gumam Haena memaki Ilsung dari belakang.