Mendekati Tae Joon

1064 Kata
Satu hal yang membuat Ilsung menolak membantu Haena bukan karena dia kini bisa berkata tidak pada orang yang dia sukai. Tapi karena ada hal yang lain. Saat Ilsung berbicara dengan Haena, pandangan matanya menangkap sosok yang selama ini dia cari. Dia bahkan tidak tahu bahwa anak itu satu sekolah dengannya. Mungkin karena selama ini Ilsung hanya fokus pada dunia di sekitarnya saja. Ilsung berlari dengan sekurat tenaga. Jarak antara anak laki-laki itu dan Ilsung hanya beberapa meter. “Permisi, kau!” Ilsung berteriak berusaha menyapa anak laki-laki yang sedang berjalan dengan santai di hadapannya. Dia terus berjalan meski Ilsung sudah memanggilnya berulang kali. Ilsung menambah kecepatannya dan berusaha mendahului dia. Setelah beberapa menit berlari, Ilsung akhirnya berhasil meraih bahu anak laki-laki itu. Dia menoleh dan kini menatap Ilsung dengan tatapan datar. Ilsung baru pertama kali mengamati wajahnya, auranya tidak main-main. Anak laki-laki ini memiliki tubuh tegap dengan tinggi mungkin lima belas senti lebih tinggi dari Ilsung. Hidungnya mancung dengan kulit putih bersih dan pakaiannya yang rapi. Tak lupa headset yang menutupi telinganya, pantas saja Ilsung memanggilnya dari tadi dan anak ini tidak menyahut karena telinganya sejak tadi tertutup headset. Kau pasti penasaran siapa anak laki-laki yang Ilsung kejar saat ini. Kau masih ingat bukan Ilsung pernah datang ke festival beberapa hari yang lalu dan dia sempat bertemu dengan seorang pemain piano yang kemudian membuatnya kagum? Iya, dia adalah anak laki-laki itu. Anak laki-laki di hadapannya melepas satu headset dari kupingnya dengan tenang. Sementara itu, Ilsung tampak mengatur napasnya yang terengah-engah. “Kau siapa?’ Tanyanya tanpa basa-basi. Ilsung belum bisa menjawab pertanyaan anak ini karena dia kesulitan untuk bicara. “Kasih aku dua menit,” tukas Ilsung dengan napas tak beraturan. Dia meminta waktu pada anak laki-laki di hadapannya. Ilsung pikir permintaannya cukup konyol karena tidak semua orang mau menunggunya, terlebih mereka baru pertama kali bertemu dan Ilsung memintanya untuk menunggu, “Kenapa aku harus memberimu waktu dua menit? Kau hanya membuang waktuku,” tukasnya sambil menyingkirkan tangan Ilsung dari bahunya. Anak itu berbalik dengan tatapan tak peduli. Ilsung menegakkan badannya dan memanggil lelaki itu. “Kang Tae Joon-ssi,” panggilnya dengan keras. Beberapa anak yang lewat sampai berhenti dan memperhatikan mereka. Langkah Tae Joon mendadak berhenti, tangannya menggenggam erat, buku-buku jarinya merapat, matanya terlihat penuh emosi. Dia tak suaka orang memanggil nama lengkapnya dan Ilsung kini membuatnya marah. “Itu namamu bukan,” lanjut Ilsung. Tanpa sengaja Ilsung membaca nama yang ada di baju Tae Joon. Sebenarnya Tae Joon malas meletakkan nama dibajunya, tapi karena ini hari senin dan setiap senin para guru akan meneliti name tag  para siswa jadi mau tak mau dia harus memakainya. Tae Joon berbalik dengan mata yang penuh emosi. Ilsung memandangnya dengan tatapan salah, anak itu tak sadar telah membuat Tae Joon marah dan malah menyunggingkan senyum ke arahnya. “Kau memanggilku apa?” tanya Tae Joon. Tae Joon mencengkeram kerah Ilsung hingg membuat ia menahan tangannya dengan dua tangan, “Berani-beraninya kau memanggil nama lengkapku,” desis Tae Joon. Sorot mata tak bersahabat tamapk di mata Tae Joon. Lelaki itu tampak menyeramkan sekarang. Ilsung tidak menyangka bahwa sosok anak laki-laki yang terlihat tenang dan kalem itu kini berubah menjadi sosok yang tak menyenangkan. “Maafkan aku,” cicit Ilsung. “Aku tak tahu harus memanggilmu apa,” tukas Ilsung dengan jujur. Tae Joon sama sekali tak punya niatan untuk mengendurkan cengkeramannya. “Jangan pernah mengusikku lagi. Aku tidak tahu kau siapa, tapi sekali lagi kau menggangguku akan kupastikan,” Tae Joon mengangkat tangannya dan dengan gerakan cepat dia mengarahkan bogem mentah ke arah Ilsung. Ilsung menutup matanya, sepertinya ia akan mendapat luka babak belur akibat pukulan Tae Joon. “Apa yang sedang kau lakukan, Tae Joon?” Suara seorang perempuan tampak menginterupsi  Tae Joon dan Ilsung. Ilsung masih memejamkan mata. Kini mereka menyedot perhatian banyak murid. Mereka tampak berbisik-bisik dan menatap ke arah mereka. Ilsung merasa mengenal suara perempuan itu dan ketika dia membuka mata, Ilsung sedikit kaget saat melihat Harin tengah menahan tangan Tae Joon dengan tatapan tajam. Bukan hanya Harin yang melemparkan tatapan tajam tapi Tae Joon tak kalah tajam menatap Harin. “Bukan urusanmu,” kata Tae Joon menepis tangan Harin. Harin masih tak beranjak dari sana, mana mungkin dia tega melihat adiknya berurusan dengan Tae Joon. Tae Joon terkenal pendiam di sekolah, dia seperti gunung es yang tidak mau didekati oleh siapapun. Tae Joon berada di tingkat yang sama dengan Harin, dengan kata lain dia adalah kakak kelasnya Ilsung. Letak kelas 3 di sekolah Ilsung berbeda gedung, jadi wajar saja jika Ilsung tidak pernah bertemu dengan Tae Joon karena tempat ini begitu luas. “Kalian jangan bertengkar,” Ilsung mencoba melerai mereka. Tangan kiri Tae Joon masih mencengkeram erat kerah Ilsung. Anak itu tidak bisa bergerak kemanapun. Wajah Harin dan Tae Joon tampak tegang. Keduanya seperti siap menyerang kapan saja. Ilsung panik, Harin memang jago karate namun ia tidak ingin sang kakak terkena masalah di sekolah karenanya. “Aku bilang lepaskan tanganmu dari anak ini, Tae Joon!” Nada bicara Harin meninggi menandakan bahwa gadis itu tengah marah. “Sudah kubilang bukan urusanmu, Harin!” Tae Joon membalas tatapan Harin dengan tak kalah tajam, “Memangnya kau ada hubungan apa dengannya hingga kau membelanya seperti itu.” Harin seperti tesedak karena ucapan Tae Joon. Sebenarnya dia tak tertarik dengan apa yang terjadi antara Ilsung dan Tae Joon. Harin tanpa sengaja melihat Ilsung tengah mengejar Tae Joon, awalnya dia akan membiarkan Ilsung begitu saja. Harin pikir Ilsung mungkin sedang ada urusan dengan Tae Joon,meski sebenarnya Harin sedikit khawatir. Meskipun memiliki wajah tenang, namun Tae Joon begitu temperamental. Karena itu Harin sedikit khawatir dan benar saja Tae Joon hampir memukul Ilsung jika dia tidak segera mencegahnya. Sebenarnya Tae Joon tak ada niatan untuk memukul Ilsung. Dia hanya mengancam Ilsung agar tidak mengganggunya dan sepertinya Harin salah paham. “Jika kau tidak ada hubungan apa-apa dengannya sebaiknya kau pergi.” Usir Tae Joon. Haruskah Harin memberitahu Tae Joon apa hubungannya dengan Ilsung? Tapi mereka sedang ada di tengah kerumunan. Ilsung pasti akan marah jika Harin memberitahu hubungan mereka yang sebenarnya apalagi di depan orang banyak. Harin akhirnya memilih melepaskan tangan Ilsung dan dia tidak peduli lagi apa yang akan terjadi pada Ilsung. Harin berbalikd an tak peduli lagi namun baru beberapa langkah, Ilsung akhirnya membuka suara, “Nuna, kau mau kemana?” tukas Ilsung yang secara tidak langsung telah memberitahu semua orang bahwa Harin adalah kakaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN