Ara pikir setelah dia membantu Hajoon diam-diam adiknya akan mendapat kesempatan untuk bermusik, namun yang terjadi adalah dengan bodohnya Hajoon menghapus video yang sudah diupload dan sudah ditonton lebih dari satu juta penayangan itu tanpa rasa bersalah. Ara yang emosi mendatangi kamar Hajoon dan tidak sadar bahwa tindakannya justru begitu ceroboh.
“Jadi kau yang mengunggahnya, Kak?”
Memang jika sudah terburu-buru seseorang bisa melakukan tindakan yang sangat bodoh seperti Ara saat ini yang seperti tengah mengakui rahasianya sendiri di depan Hajoon. Padahal Hajoon hampir yakin videonya terunggah mungkin karena kesalahannya sendiri.
Kini Hajoon menatap sang kakak dengan pandangan penuh emosi. Hajoon tidak suka barang-barangnya disentuh orang lain terutama komputernya, semua orang punya privasi dan Hajoon tak ingin privasinya diganggu oleh siapapun.
“Aku akan menjelaskannya nanti, tapi kenapa kau menghapusnya, Hajoon?” Tanya Ara masih dengan wajah kesal. Tak kalah kesal dengan Ara, Hajoon juga sedang marah pada Hajoon. Hajoon menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
“Karena aku ingin,” jawab Hajoon dengan singkat, padat jelas dan menyebalkan.
“What?” Ara refleks berteriak dan Hajoon juga refleks menutup telinganya dengan kedua tangannya.
“Satu juta tayangan dan kau menghapus videomu begitu saja,” Ara geleng-geleng kepala, bagaimana tidak, seharusnya Hajoon senang karena videonya banyak yang menonton. Suara Hajoon benar-benar bagus di video itu meski penampilannya agak sedikit, yah tapi masih tertutup dengan wajah tampannya jadi tidak masalah.
Hajoon melipat kedua tangannya. “Harusnya aku yang marah di sini, kenapa kakak yang marah padaku. Kakak menyentuh komputerku tanpas izin, menonton videoku dan mengunggahnya, lalu kakak datang kesini marah-marah karena aku menghapus videoku, apa ini tidak terbalik?” tanya Hajoon. Ara menarik napasnya. Hajoon berhak marah karena dia telah menyentuh barang-barangnyam namun Ara tidak ada niatan untuk menyentuhnya sama sekali. Kau juga tahu sendiri Ara melihat video Hajoon secara tidak sengaja jadi tidak sepenuhnya Ara salah.
“Kau sendiri yang meninggalkan komputermu dalam keadaan terbuka dan aku benar-benar tak sengaja melihatnya Hajoon. Apa salahnya aku mengunggahnya?” timpal Ara dengan wajah tak merasa bersalah.
“Kau pikir aku membuat video ini untuk diunggah Hah?”
Hajoon terbawa emosi hingga tidak sadar bahwa nada bicaranya meninggi.Tapi dirinya benar-benar kesal. Semua video yang ada di draft youtubenya bukan untuk diunggah. Hajoon memang senang membuat video cover tapi dia belum punya cukup keberanian untuk mengunggahnya jadi dia hanya menyimpan draft videonya di Youtube. Tapi Ara mengunggahnya tanpa izin membuat semua rencana Hajoon kacau.
“Jika bukan untuk kau unggah lalu untuk apa?” Ara mulai menurunkan nada bicaranya, Hajoon juga sudah mulai tenang diajak bicara saat ini. Hajoon menunduk, menarik napasnya sebelum menjelaskannya pada Ara.
“Aku bermusik bukan untuk terkenal,Kak. Kau tahu sendiri bagaimana kondisiku. Kau bilang seorang penyanyi harus bisa berdiri di depan panggung aku bahkan tidak bisa berdiri di tengah kerumunan. Aku bermusik hanya untuk diriku sendiri jadi tolong jangan mencampuri urusanku soal musik,” jelas Hajoon dengan wajah memelas.
Ara tertegun, harusnya dia memikirkan perasaan Hajoon sebelum mengunggahnya. Ara tidak berpikir panjang hingga tanpa sadar telah melukai adiknya sendiri. Gadis itu berjalan mendekati Hajoon dan menyentuh pundaknya dengan lembut, “Tapi kondisimu sudah baikan Hajoon. Aku yakin kau bisa sembuh, kau jangan menyerah dulu,” Ara mencoba menghibur Hajoon. Hajoon menggeleng. Sudah hampir dua tahun Hajoon terjebak dalah kegelapan ini. Bukan dia tidak berusaha untuk keluar dari semua ini, Hajoon sudah berusaha hanya saja rasa itu datang berkali-kali dan membuatnya terpuruk lagi.
Anxiety dan panic attack tidak dapat sembuh begitu saja. Meski beberapa saat yang lalu Hajoon untuk pertama kalinya dapat melewati kerumunan dengan tenang namun Hajoon bisa saja mengalami rasa sesak dan kesulitan bernapas dalam waktu yang tak terduga.
“Tidak mudah bagiku, Kak. Aku mungkin butuh waktu bertahun-tahun hingga bisa lepas dari semua ini.” Kata Hajoon yang membuat hati Ara semakin tertusuk. Hal yang membuat Hajoon menderita masih teringat jelas di kapala Ara. Dia juga tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya karena semua itu bermula dari Ara.
“Kau masih punya banyak waktu untuk memulai apa yang kamu suka, Hajoon. Kau belum terlambat, tak ada salahnya memulai pelan-pelan. Bahkan kau minggu lalu sudah mulai bisa belajar dengan guru privatmu, maka bukan tidak mungkin suatu hari kau bisa berdiri di atas panggung yang kamu inginkan.” Ara kembali memberi Hajoon harapan.
Sudah ratusan kali Hajoon membayangkan, bagaimana rasanya berdiri di depan ratusan bahkan ribuan orang, menyanyikan lagu yang dia ciptakan dan memainkan musik yang dia sukai di hadapan orang banyak. Namun harapan dan impian itu seperti runtuh begitu saja setiap kali dia teringat tentang keadaannya.
“Aku minta maaf, harusnya aku lebih memikirkan perasaanmu, aku pikir dengan mengunggah videomu bisa membantumu mencapai apa yang kau inginkan, tapi aku salah, maaf sudah membuatmu terluka,” tukas Ara dengan tatapan lurus. Hajoon diam dan menatap sang kakak dengan tatapan tidak tahan. Dia tidak tahan dengan situasi yang berubah menjadi mellow seperti ini.
“Kau pikir memaafkanmu mudah, hah? Belikan aku burger double cheese, cola dan French fries large baru aku akan memaafkanku,” ujar hajoon sambil menyunggingkan senyum yang menyebalkan.
Ctak!
Ara menjitak kepala Hajoon karena kesal, “Kau sejak awal memang ingin memalakku bukan?” teriak Ara tidak terima.
Hajoon nyengir,” Baru saja kau meminta maaf sudah bikin salah lagi. Benar-benar keterlaluan, maaf macam apa itu,” protes Hajoon. Ara menarik napasnya dia harus sabar menghadapi Hajoon. “Tak bisakah kau makan yang lain, apa kau tak bisa makan yang lain?”
“Kau lupa aku punya banyak alergi dan hanya burger MCD yang bisa kumakan?”
Ara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Untuk sejenak dia lupa bahwa Hajoon punya banyak alergi dan dia tidak bisa makan sembaranganm tapi anehnya salah satu makanan yang aman dikonsumsi Hajoon adalah burger MCD.
“Baiklah, aku kan membelikannya, aku pergi dulu kau jaga rumah, jangan ke mana-mana,” pesan Ara.
“Kau lupa aku tak bisa kemana-mana hah?”
Hajoon kembali seperti memukul kepala Ara dengan kenyataan. Ara segera berlalu dari sana, rasa tidak enak kembali menyelimuti perasaannya. Meski Hajoon terkesan suka bercanda namun dia menyimpan banyak sekali luka dan cerita sedih yang tidak banyak orang tahu dan lewat ini suatu hari nanti kau akan tahu tentang sisi lain Hajoon yang sebenarnya.