Sebuah Usaha Mendekati Tae Joon

1062 Kata
Ilsung tidak bisa berhenti begitu saja, meski sang kakak sudah memperingatkannya untuk tidak dekat dengan Tae Joon namun Ilsung tetap bersikeras. Dia diam-diam akan meminta Tae Joon untuk mengejarinya piano. Ilsung sudah menemukan mimpinya sekarang, namun dia tidak ingin mendapat bantuan dari orang tuanya. Ilsung ingin memenangkan kompetisi piano terlebih dahulu baru kemudian menunjukkannya pada orang tuanya. Ilsung ingin membuat orang tuanya bangga. Anak itu berridi di dekat gedung berwarna merah bata dengan wajah cemas. Ilsung sudah mencari informasi tentang Tae Joon. Tentu saja dengan bersusah payah. Hatinya berdebar kencang. Dia selalu membayangkan bisa belajar piano dari Tae Joon. Meski Ilsung tidak yakin bisa membujuknya terlebih setelah dia tahu Ilsung adalah adiknya Harin. Gosip itu langsung menyebar ke seluruh sekolah, sebenarnya bukan gosip tapi memang kenyataan yang selama ini Ilsung sembunyikan. Ilsung tidak ingin sembunyi lagi, harusnya dia bangga memiliki kakak sehebat Harin, Ilsung menyesal karena sempat tidak mengakui sang kakak.  Harin saja tidak pernah mengeluh puny adik seperti Ilsung. Setelah dipikir-pikir Ilsung terlihat jahat sekali kemarin-kemarin. Ilsung sudah merenungi perbuatannya. “Tae Joon ssi!” Setelah menunggu beberapa menit penantian Ilsung akhirnya selesai. Tae Joon menoleh begitu melihat wajah Ilsung lelaki itu langsung muram. Padahal terakhir kali bertemu Tae Joon sudah memperingatkan Ilsung untuk tidak menganggunya. “Mau apa lagi sih kau?” Tae Joon berdecak dengan wajah kesal. Sementara Ilsung malah melemparkan senyum andalannya. “Hyung, bolehkah aku memanggilmu Hyung, boleh ya?” Ilsung bertanya sendiri dan menjawab sendiri. Hyung adalah sebutan Kak yang dipakai antar lelaki. Biasanya dipakai untuk mereka yang sudah akrab. Ilsung berjalan mendekati Tae Joon. “Kau ini apa memang semenyebalkan ini?” gerutu Tae Joon. Berhadapan dengan Ilsung membuatnya sakit kepala. Terlebih setelah tahu bahwa dia adiknya Kim Harin. Tae Joon tidak ingin terlibat dalam masalah. “Hyung, beri aku waktu untuk bicara denganmu,” Ilsung menatap Tae Joon dengan tatapan memelas namun sepertinya tatapannya tak mampu meluluhkan lelaki di hadapannya itu. “Aku tidak ada waktu untuk bicara denganmu,” tukas Tae Joon mengabaikan Ilsung. Raut wajah kecewa tampak di diri Ilsung namun anak itu tidak akan menyerah begitu saja. “Kalau begitu aku akan menunggu sampai Hyung punya waktu.” Ilsung terus memanggil Tae Joon Hyung, Tae Joon terlihat tidak nyaman dengan panggilan itu namun melihat sosok Ilsung yang keras kepala ini Tae Joon akhirnya menyerah dan membiarkannya memanggil Tae Joon Hyung sesuka hatinya. “Apa Hyung punya waktu sepulang sekolah?” Tanya Ilsung dengan wajah polos. “Tidak ada jika untukmu,” ketus Tae Joon sambil mendorong tubuh Ilsung agar menjauh darinya. Tae Joon berjalan menjauhi Ilsung. “Hyung, kenapa kau meninggalkanku,” tukas Ilsung lalu berlari menghampiri Tae Joon. *** “Kenapa kau masih di sini, cepat pulang!” Teriak Harin begitu melihat Ilsung berdiri di depan sekolah. Harin memicingkan matanya.”Kau tidak sedang melakukan sesuatu yang aneh kan?” selidik Harin. Ilsung berusaha untuk bersikap senormal mungkin. Dia tidak ingin Harin tahu bahwa dirinya tengah menunggu Tae Joon. Dia tidak akan menyerah hanya dengan sekali penolakan. “Aku mau pergi ke perpustakaan dengan temanku. Kakak pulang duluan saja,” kata Ilsung menatap sekitar was-was. Dalam hatinya dia berdoa agar Tae Joon tidak keluar dulu. “Temanmu siapa? Kau punya teman?” Tanya Harin sarkastik. Selama ini Ilsung jarang membawa temannya di rumah jadi wajar saja jika Harin bertanya siapa teman Ilsung, karena dia tidak tahu banyak tentang teman sang adik. “Jangan-jangan kau menunggu Haena, Ilsung kenapa kau bodoh sekali. Bukannya sudah kubilang untuk menjuhi gadis itu. Dia hanya memanfaatkanmu,” tebak Harin. Harin gemas dengan tingkah Ilsung. Anak itu polos namun terkadang terlalu polos. Niatnya baik ingin membantu orang lain namun dia tidak sadar bahwa terkadang orang-orang di sekitarnya memanfaatkannya dirinya. Ilsung mendadak sadar akan sesuatu, akhir-akhir ini Haena tampak menjauhinya. Dia jadi curiga apa Harin mengancam Haena untuk tidak dekat-dekat dengannya. “Kakak mengancam Haena ya?” Ilsung mengutarakan pikirannya begitu saja. Ctak! Harin menyentil jidat Ilsung. Kini dia tidak segan-segan memarahi adiknya di depan umum. Beberapa orang tampak memperhatikan mereka dan berbisik-bisik namun Harin tidak peduli. Harin akan memberikan tatapan tajam pada siapapun yang menatapnya dengan sinis. “Aw, sakit, Nuna,” gerutu Ilsung. Nuna adalah panggilan bagi kakak perempuan tetapi jika sang adik adalah laki-laki. Sementara jika sang adik perempuan mereka biasanya memanggil sang kakak dengan sebutan Eonni. “Kau pikir aku serendah itu. Meski aku kesal punya adik bodoh sepertimu namun aku tidak akan ikut campur urusanmu, Bodoh! Kau seenaknya saja menuduhku,” Nada bicara Harin mendadak meninggi. tanpa sadar. Gadis itu tidak terima jika Ilsung menuduhnya. “Aku tidak bermaksud menuduhmu, Nuna. Aku hanya bertanya padamu karena akhir-akhir ini Haena tampak menjauh dariku.” Berbeda dengan wajah Ilsung yang sedih Harin tampak senang karena gadis itu tidak mengganggu sang adik lagi. “Justru bagus kan? Pokoknya kau jangan dekat-dekat dengannya.” Ujar Harin memperingatkan sang adik. “Sudah pergi sana Nuna jangan menggangguku, aku sedang menunggu temanku nanti dia takut melihatmu,” Ilsung mendorong tubuh Harin dan membuat sang kakak akhirnya pergi dari hadapan Ilsung. Dari kejauhan Harin menoleh dan berteriak pada Ilsung, “Jangan pulang terlambat, atauakan kuadukan kau pada appa eomma,” ancam Harin. Ilsung tidak menanggapi apa-apa. Beberapa detik setelah Harin pergi , Tae Joon muncul di depan gerbang sekolah. Ilsung ingin menyapanya namun langkahnya terhenti ketika dua orang berbadan besar tampak menghadang langkah Tae Joon. Mereka tampak berbincang serius. Tae Joon hanya bisa mengamati dari kejauhan. Raut wajah Tae Joon tampak kesal. Ilsung bermaksud untuk menghampirinya namun dia takut dengan dua orang berbadan besar itu. Mereka tampak bukan orang baik-baik. Ilsung bergidik ngeri ketika melihat tato naga di salah satu tangan orang yang tengah menghadang Tae Joon. “Aku harus bagaimana?” Ilsung panik. Hatinya bergelut antara menghampiri Tae Joon dan membantunya atau tidak ikut campur masalah Tae Joon. “Hah? Kenapa mereka membawa Tae Joon Hyung,” kata Ilsung melihat Tae Joon dibawa paksa oleh dua orang berbadan besar tersebut. Tae Joon menepis tangan mereka dan seperti terpaksa berjalan di depannya. Ilsung masih bergelut dengan perasaannya, dia tak tahu ada masalah apa antara Tae Joon dan dua orang berbadan besar tersebut. Di sisi lain Ilsung juga tidak pandai berkelahi bagaimana kalau dia babak belur dihajar dua orang tersebut. “Masa bodoh, aku harus menolong Tae Joon Hyung. “ Ilsung akhirnya memutuskan. Lelaki itu berjalan dengan langkah cepat mengikuti Tae Joon dan dua orang berbadan besar tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN