Drum Festival

1090 Kata
“Bagaimana kuliahmu Do yun? Apa semuanya berjalan lancar?” Nam Joon Woo membuka pembicaraan di tengah aktivitas makan mereka. Do Yun tersenyum,”Semuanya berjalan lancar, Paman,”gumam Do Yun. Tidak ada yang istimewa dari kuliah Do Yun terlebih dia tidak enak pada Aeyong karena Aeyong berkorban demi dirinya. Aeyong mengalah demi Do Yun. Perempuan itu tidak pergi kuliah dan malah melamar kerja setelah lulus sekolah. Joon Woo tidak tahu bahwa Aeyong melakukan itu demi Do Yun saat itu. Antara terharu dan sedih karena Joon Woo tidak bisa menguliahkan dua orang yang dia sayang. Namun Aeyong berkata dia baik-baik saja. Sudah sejak di sekolah menengah Aeyong belajar bisnis management. Karena otaknya yang cerdas meski tidak punya gelar, Aeyong berhasil memenangkan banyak tender dan kini mendapat banyak project. Dia jugalah yang membantu Joon Woo membeli rumah ini. “Apa kau masih sungkan padaku?” gumam Aeyong sambil mengunyah kimchi di hadapannya, “Aigo, kau ini benar-benar aku sudah menyuruhmu tidak bersikap seperti itu. Aku tidak menyesal tidak kuliah Do yun. Kau masih saja menyalahkan dirimu. Kau bisa lihat sendiri kan aku baik-baik saja,” gumam Aeyong dengan gemas. “Tapi bagaimanapun juga aku merasa tidak enak pada, Nuna,” kata Do Yun sambil menunduk. “Semua itu keputusanku Do Yun. Aku tidak mau kau menyalahkan dirimu seperti itu. Jika bukan karena kau mungkin aku juga akan mengambil jalan yang sama. Jadi berhenti merasa bersalah,” kata Aeyong sambil memasukkan sesuap nasi ke mulutnya. Joon Woo menatap Do Yun dengan tatapan iba, sifat pemalu dan rendah dirinya terkadang membuat Joon merasa kasihan dengan keponakannya. Meskipun keadaannya sudah lebih baik namun dia masih saja terkadang merasa merepotkan orang lain. “Aeyong benar Do Yun. Kau tahu kan dia selalu keras kepala, dia juga pasti akan begitu meski kau kuliah atau tidak,” tambah Joon Woo membela pernyataan Aeyong. “Tuh kan apa aku bilang,” kata Aeyong mengedipkan matanya pada Do Yun. Aeyong tidak mau berlama-lama dengan topik pembicaraan ini jadi dia mengalihkan pembicaraan. “Kau bilang minggu depan akan tampil di festival? Benarkah? Pastikan kau tampil dengan baik, aku akan mentraktirmu daging yang enak jika kau tampil dengan baik, Do yun,” gumam Ayeong. “Festival? Festival apa kok ayah tidak tahu?” Joon Woo tampak terkejut. Oups! Ara langsung mendapat tatapan tajam dari Do Yun padahal Do Yun sudah meminta Aeyong untuk tidak mengatakan itu pada Joon Woo. “Nuna!” teriak Do Yun dengan wajah masam karena rahasianya sudah bocor sekarang. “Kalian merahasiakan apa dariku? Do yun apa yang kau sembunyikan?” Tanya Joon Woo. Do Yun hanya tersenyum tipis. Gagal sudah rencana Do Yun untuk memberi kejutan pada Joon Woo. Untuk pertama kalinya Do Yun akan tampil di festival. Ada sebuah kompetisi drum dengan hadiah senilai seratus ribu won. Meski tidak banyak Do Yun berambisi ingin memenangkan festival tersebut. Do Yun berharap bisa memberikan uangnya nanti pada Joon Woo. Aeyong sebelumnya juga tidak tahu tentang festival ini sebelum perempuan itu menemukan salinan formulir pendaftaran festival di meja Do Yun. Do Yun gugup. Otaknya blank dan tak bisa menjelaskan apapun pada Joon Woo. “Baiklah jika kau tidak mau cerita tidak apa-apa,” gumam Joon Woo akhirnya mengalah tidak menuntut Do Yun untuk cerita. Didorong dengan perasaan tidak enak Do Yun pun akhirnya buka suara, “Bukannya aku ingin merahasiakan ini dari paman, namun aku ingin memberi tahu paman jika memenangkan festival nanti, Aku bukannya percaya diri akan memenangkan festival ini namun aku hanya ingin mengatakannya jika aku berhasil, aku ingin membalas jasa paman karena selama ini paman sudah baik padaku dan merawatku,” ujar Do Yun dengan nada lambat dan Joon Woo mendengarkannya dengan seksama. Joon Woo mengelus kepala Do Yun dengan satu tangannya yang bersih. Dia menatap bangga pada Do Yun. “Kau tidak perlu membalas apapun padaku. Kau ini anaknya Yerin jadi kau adalah keponakanmu. Yerin menitipkanmu pada istriku namun dia tidak memperlakukanmu dengan baik. Aku sungguh minta maaf atas perlakuan Baek Jung, Do Yun. Kau tidak perlu membalas apapun. Kau bisa memakai uang itu jika menang nanti,” gumam Joon Woo dengan bijak. Do Yun tidak bisa mengekspresikan rasa terima kasihnya pada Joon Woo dan Aeyong. Jika mereka berdua tidak merawatnya mungkin Do Yun sudah tinggal di jalanan. “Kau akan tampil di festival mana Do Yun?” Dua bulan ini adalah musim festival di Gwangju. Musim yang sibuk juga bagi Joon Woo, namun dia senang karena dia bisa melakukan pekerjaan yang dia suka. Joon Woo kembali bergelut di dunia musik. Lelaki itu bekerja menjadi teknisi band sekarang. Dia sering bekerja ke luar kota mengurusi sebuah band yang bernama Lilac. Meski tidak begitu terkenal di Korea namun band ini lumayan sering punya jadwal manggung di berbagai daerah. Terkadang Joon Woo harus mengikuti jadwal mereka dan tidak pulang karena pekerjaannya. “Gwangju Ar et mus. Mu apa ya? Duh kok lupa?” Do Yun sedikit kesulitan mengucapkan nama festivalnya yang tertulis dalam bahasa inggris. Do Yun memang mengakui bahwa bahasa inggrisnya kurang bagus. “Gwangju Art Music Festival?” Ujar Joon Woo membenarkan ucapan Do Yun. Wajah Do Yun langsung berbinar,”Iya itu, Paman.” Joon Woo tampak terkejut, “Wah kau keren sekali Do Yun! Itu festival yang besar. Kau keren bisa tampil di sana, Oh Ya Lilac bakal tampil di sana juga jadi aku akan pergi untuk menontonmu nanti,” ujar Joon Woo memberikan dukungan pada Do Yun. Do Yun senang, namun sekaligus khawatir. Ini pertama kalinya dia tampil di depan banyak orang dan juga dia akan tampil di depan Joon Woo. “Kau harus tampil dengan baik, Do Yun, kau tahu kan Appa pasti akan mengkritikmu jika kau tampil jelek,” ancam Aeyong sambil tertawa. “Kapan aku bersikap seperti itu?” elak Joon Woo dengan tatapan tak terima. Aeyong langsung mengkeret, “Aku hanya bercanda, Appa,” gumam Aeyong. Do Yun tertawa melihat tingkah bapak dan anak itu, mereka terkadang memang sekonyol itu. “Nuna juga harus datang melihatku,” gumam Do Yun. Aeyong menatap Do Yun dengan tatapan meledek, “Idih kamu siapa? Nanti kalau kau sudah jadi drummer terkenal aku baru mau datang menontonmu, maaf ya aku sibuk,” ledek Aeyong. Do yun tampak sedih dengan jawaban Aeyong padahal dia berharap Aeyong akan mau menonton pertunjukan drumnya pertama kali. “Aku hanya bercanda Do Yun! Kau ini kenapa serius sekali,” tukas Aeyong. “Tentu saja aku akan menontonmu. Awas saja kau jangan sampai mengacau,” ancam Aeyong. “Aku akan berusaha yang terbaik,” Do Yun merasa bersemangat setelah tahu Aeyong akan datang ke festival.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN