Perceraian yang Terduga

1057 Kata
Joon woo sudah memperkirakan bahwa hari ini akan datang namun dia tidak menyangka bahwa hari ini datang secepat itu. Baek Jung marah sekali pada Joon Woo. Sekali lagi Joon Woo menjadi bulan-bulanan Baek Jung. Perempuan itu bahkan tidka segan memarahi Joon Woo padahal restoran sedang ramai. Tentu saja itu menyita perhatian para pengunjung. “Kau habiskan kemana uang tabunganmu?” Bentak Baek Jung. Joon Woo seperti tidak ada martabatnya dimata Baek Jung. Baginya Joon woo hanya suami yang gagal dan selalu menghabiskan uang. Joon Woo diam. “Bisakah kita bicarakan ini di rumah saja?” Pinta Joon Woo. Namun mana mungkin Baek Jung sanggup bersabar ketika melihat rekening tabungan Joon Woo kosong. Do Yun yang sedang melayani pelanggan tampak merasa bersalah dengan apa yang menimpa Joon woo. Mendadak dia teringat Joon Woo yang membiayai seluruh biaya pengobatannya. Apa Joon Woo dimarahi karena itu? Do Yun menatap Joon Woo dengan tatapan iba. Anak itu ingin maju membela Joon Woo namun lelaki itu memberi isyarat pada Do Yun agar dia diam saja. Do Yun hanya bisa mengamati dari kejauhan. “Berhenti menghindar dan jawab pertanyaanku! Kau kemanakan uang tabunganmu!” Baek Jung bertanya dengan suara nyaring sehingga banyak pengunjung restoran yang memperhatikan pertengkaran mereka. Padahal Joon Woo sudah menyimpan rapat-rapat tabungannya namun bagaimana bisa Baek Jung menemukannya. Joon Woo tidak memakai uang Baek Jung untuk pengobatan Do Yun . Hampir dua tahun dia mengumpulkan uang dari hasil kerja paruh waktunya. Lelaki itu bekerja siang malam dan diam-diam menabung. Jika dia mengatakan pada Baek Jung bahwa ia punya tabungan pastinya Baek Jung akan merebut semuanya dari Joon Woo. Baek Jung adalah tipe perempuan yang diktator. Dia sama sekali tidak pernah menghargai Joon Woo. “Mau kuapakan uangku, itu urusanku. Aku mengumpulkannya sendiri dan kuhabisakan untuk apa bukan urusanmu.” Untuk pertama kalinya Joon Woo membalas perkataan Baek Jung. Baek Jung tampak kaget. Nam Joon Woo sudah lelah menghadapi istrinya yang selalu memerintah dirinya. Dia sudah muak dengan semua ini. “Berani sekali kau menjawabku. Kau tidak ingat berapa banyak uangku yang sudah kau habiskan untuk bandmu yang tidak jelas itu!” Baek Jung mengungkitnya kembali.Setiap kali dia marah dan bertengkar dia selalu mengungkit kesalahan Joon Woo di masa lalu dan membuat lelaki itu merasa bersalah dan pada akhirnya mengalah. “Apa salahku menggunakan uangku sendiri untuk kugunakan sesukaku. Kau selalu saja mengungkit kesalahanku setiap kali kita bertengkar. Aku muak dengan semua ini.” Teriak Joon Woo dengan tatapan penuh emosi. Baek Jung benar-benar kaget. Joon Woo tidak pernah marah selama ini tapi sekalinya marah dia sangat menyeramkan.Seseorang yang pendiam memang akan sangat menyeramkan ketika dia marah. “Kau!” Baek Jung tidak bisa meneruskan ucapannya, lalu pandangannya bertemu dengan Do Yun yang sedang memandangnya. Do Yun mengalihkan pandangannya. Satu kecurigaan muncul di kepala Baek Jung. “Pasti kau memberikannya pada anak sialan itu kan?” Tunjuk Baek Jung pada Do Yun. Do Yun menggigit bibirnya. Tubuhnya mulai gemetar. Dia tidak berani menatap Baek Jung. Melihat Do Yun yang gemetar. Joon Woo segera menghampiri Do Yun. “Do Yun apa kau baik-baik saja?” Tanya Joon Woo. Baek Jung mengikuti Joon Woo dan menarik lengannya dengan kasar, “Kita belum selesai bicara,” teriak Baek Jung. Tubuh Do Yun semakin gemetar ketika Baek Jung beteriak. Joon Woo mendekap tubuh Do yun. “BIsa diam tidak!” Tukas Joon Woo dengan suara pelan. Hain bilang Do Yun harus dijauhkan dari pertengkaran karena traumanya bisa muncul kembali. Joon Woo menatap Baek Jung dengan penuh kebencian. “Kau tidak bisa---“ Baru saja Baek Jung ingin memarahi Joon Woo kembali namun lelaki itu memberikan tatapan tajam padanya. Joon Woo menutup telinga Do Yun dan berbisik padanya, “Tidak apa-apa Do Yun. Tidak apa-apa. Kami tidak bertengkar,” bisik Joon Woo. Tangannya menggenggam tangan Do Yun dan mendekap tubuhnya. “Paman, BIbi tolong jangan bertengkar,” bisiknya dengan suara lemah. Joon Woo mengangguk, “Maafkan aku Do Yun,” lirihnya. Tangan Joon Woo masih di telinga Do Yun lalu dia mengatakan sesuatu yang tak pernah Baek Jung duga. “Aku mau kita bercerai.” Tukas Joon Woo, bibir Baek Jung terbuka lebar, Perempuan itu tak percaya mendengar apa yang barusan Joon Woo ucapkan. “ Dan Do Yun akan tinggal denganku. Aku akan mencicil hutangku kau tidak perlu khawatir. Kau boleh membawa Aeyong namun jika dia ingin ikut denganku aku akan merawatnya.” Keputusan Joon woo sudah bulat tak ada gunanya mempertahankan pernikahan ini. Setiap hari harga dirinya terus terkikis. Baek Jung memperlakukannya dengan buruk, “Appa? Appa ingin bercerai dari Eomma?” Mereka tidak menyangka percakapan mereka didengar oleh Aeyong yang baru datang. Perempuan itu menatap Joon Woo lekat-lekat, “Maafkan aku Aeyong,” tukas Joon Woo merasa bersalah. Dia tidak bisa membaca sorot mata Aeyong. Perempuan itu tampak sedih namun sedetik kemudian dia tersenyum. “Keputusan yang bagus, Appa. Aku akan mendukungmu,” kata Aeyong yang membuat Baek Jung sangat terkejut. “Aeyong, kau!” Baek Jung kehilangan kata-kata, anaknya satu-satunya yang dia harapkan akan berada di sisinya kini mengkhianatinya. “Jangan begitu,Sayang.” Baek Jung menarik tangan Aeyong dengan lembut. Dia tidak akan membiarkan Aeyong pergi dan mendukung keputusan Joon Woo. Aeyong menepis tangan Baek Jung dengan halus. “Aku akan ikut dengan Appa. Maafkan aku Eomma,” lirih Aeyong. Keputusan yang tak pernah Baek Jung perkirakan. “Aeyong kau tidak akan bahagia jika ikut dengannya bagaimana mungkin dia bisa merawatmu dan anak sialan itu. Dia bahkan tidak punya uang untuk bertahan hidup. Kau lebih baik ikut denganku Aeyong. Ayo kita wujudkan mimpi kita bersama. Aku yakin kau bisa menjadi idol yang terkenal suatu hari nanti,” pinta Baek Jung. Sama dengan Joon Woo, Aeyong sudah lelah hidup terikat pada impian sang ibu. Dia ingin bebas. “Menjadi idol bukan impianku, Eomma. Maafkan aku. Aku akan tetap pada keputusanku. Aku akan ikut dengan Appa,” Aeyong mengamit lengan Joon Woo tanpa ragu sedikit pun. Dia tahu hidup dengan ayahnya mungkin tidak akan semudah itu namun Aeyong kebih baik hidup dengan ayahnya daripada hidup dengan Baek Jung yang selalu mengaturnya dalam hal apapun. “Terima kasih sudah memilih ayah,” Joon Woo menyunggingkan senyumnya. Sementara itu Do Yun merasa sangat bersalah. Anak itu menitikkan air mata, “Jangan cengeng. Ini semua bukan salahmu, Do Yun. Kini kamu gak sendiri. Kamu punya kami yang akan melindungimu,” kata Aeyong yang membuat hati Do Yun menghangat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN